Tuesday 9 December 2014

Asuhan Keperawatan Meningitis Tuberkolosa,,, ASKEP



A.    Konsep Dasar Medis

  1. Pengertian
Meningitis Tuberkulosa adalah reaksi peradangan yang mengenai salah satu atau semua selaput meningen disekeliling otak dan medulla spinalis yang disebabkan oleh kuman tuberkulosa. [1])
  1. Etiologi
Kuman Mikobakterium Tuberkulosa varian homoris.
  1. Anatomi dan Fisiologi
a.       Meningen
Merupakan selaput yang menyelubungi otak, yang berfungsi sebagai pelindung, pendukung jaringan dibawahnya. Selaput otak ini terdiri dari piameter, arachnoid dan durameter yang masing-masing meruapakan suatu lapisan yang terpisah dan kontinyu.
Antara lapisan piameter dan arachnoid ada hubungan yang disebut dengan nama “pakimening”. Piameter merupakan lapisan vaskuler, dan pembuluh darah melalui piameter menuju struktur Interna Central Nervus Sistem (CNS) untuk memberi nutrisi pad jaringan neural.
Arachnoid meruapakan membaran fibrosa yang tipis halus dan vaskuler. Arachnoid meliputi otak dan membran spinalis, tetapi tidak mengikuti setiap bentuk luarnya seperti piameter. Daerah antara arachnoid dan paimeter dinamakan ruang subarachnoid dan mengandung arteri, vena serebral dan tuberkulae. Arachnoid dan cairan cerebrospinal yang membasahi CNS.
Durameter merupakan suatu jaringan liat dan tidak elastis seperti kulit. Terdiri dari dua lapisan, lapisan luarnya disebut endoteal dan bagian dalam disebut durameningeal.
b.      Ventrikel dan Cairan Serebrospinal (CSF)
Ventrikel merupakan tempat rongga dalam otak yang salaing berhubungan satu dengan yang lain dan dibatasi dengan epindima dan mengandung CSF. Pada setiap hemisper serebri terdapat satu ventrikel lateral. Ventrikel ketiga terdapat diensefalon dan ventrikel keempat dalam pons, medulla oblongata.
Dalam setiap ventrikel terdapat struktur sekresi khusus yang disebut Fleksus Koroideus. Fleksus ini terdiri dari jaringan pembuluh darah piameter yang mempunyai hubungan langsung dengan epindima dan mengandung CSF. Pada setiap hemisper serebri terdapat satu ventrikel lateral. Ventrikel ketiga terdapat di ensefalon dan ventrikel keempat dalam pons, medulla oblongata.
Dalam setiap ventrikel terdapat struktur sekresi khusus yang disebut Fleksus koroideus. Fleksus ini terdiri dari jaringan pembuluh darah piameter yang mempunyai hubungan langsung dengan epidemi. Fleksus Koroideus inilah yang mengsekresi CSF yang jernih dan tidak berwarna, yang merupakan bantalan cairan yang pelindung disekitar CNS. Kebanyakan CSF direabsorbsi kedalam darah melalui struktur khusus yang disebut villi arachnoid yang menonjol dari ruang subarachnoid menuju sinus sagitalis superior otak. Produksi dan reabsorbsi CSF dalam CNS berlangsung konstan. Volume total CSF yang terdapat dalam rongga serebrospinal sekitar 125 ml. Sedang kecepatan sekresi Fleksus Koroideus besarnya hanya sekitar 500 sampai 750 ml perhari.
Tekanan CSF merupakan fungsi kecepatan pembentukan cairan dan resistensi reabsorbsi oleh villi arachnoidalis. Tekanan CSF sering diukur waktu dilakukan lumbal fungsi yaitu sekitar 13 mmHg.

  1. Patofisiologi
Meningitis Tuberkulosa timbul sebagai akibat invasi kuman ke jaringan sel otak (meningen). Penyebaran kuman ke otak melalui penjalaran hematogen pada saat terjadinya Tuberkulosa millier.
Oleh karena itu seseorang yang telah mendapat vaksinasi BCG sewaktu masih anak-anak, masih mungkin menderita Meningitis Tuberkulosa apabila sebelum vaksinasi telah terkena infeksi oleh bakteri mycobakterium tuberkulosa. Kuman yang tersangkut didaerah subarachnoid ini terus hidup dan berkembang biak. Tetapi dengan adanya imunitas tubuh kuman terkurung didaerah tuberkel, apabila oelh suatu sebab daya tahan tubuh menurun fokus ini melebar dan pecah ke dalam rongga subarachnoid.
Disamping fokus rich pecah dapat timbul pada saat tuberkulose paru sudah menghilang atau memang lesinya sangat kecil, sehingga tidak tampak pada pemeriksaan radiologik.
Meningitis Tuberkulosa yang timbul akibat pecahnya fokus rick biasanya timbul secara akut, bahkan kadang-kadang dengan cepat klien jatuh ke stadium terminal. Hal ini disebabkan oleh karena dngan pecahnya fokus rich, sejumlah besar kuman dari tuberkel dalam waktu yang singkat tertuang ke dalam rongga subarachnoid.

  1. Gambaran Klinis
Gejala dan tanda penyakit Meningitis Tuberkulosa dipengaruhi oleh banyak faktor, sehingga manifestasi klinik penyakit ini beraneka ragam. Diantara banyak faktor yang mempengaruhi manifestasi klinis ini yang terpenting adalah faktor umur dan status fisik klien. Pada seorang anak sangat sensistif terhadap kuman TBC, masuknya kuman ke dalam cairan serebrospinal akan diikuti oleh exudasi sel darah putih dan fibrin yang hebat, sehingga manifestasi klinis Meningitis Tuberkulosa akan timbul lebih kuat dan hebat dibandingkan dengan orang dewasa.
Meningitis yang timbul akibat pecahnya fukos rich biasanya timbul secara akut dan bahkan kadang-kadang telah menjadi komateus dan spastis dalam 1 – 2 hari.
Perjalanan penyakit Meningitis Tuberkulosa yang klasik dapat dibagi dalam 3 stadium :
a.       Stadium prodormal
Pada stadium ini terjadi iritasi selaput otak. Meningitis biasanya mulai perlahan-lahan tanpa panas atau terdapat kebaikan suhu yang ringan. Pada anak sering dijumpai mudah terangsang, apatis dan tidur terganggu. Dan pada anak besar dapat mengeluh nyeri kepala, anoreksia, obstipasi dan muntah.
b.      Stadium transisi
Gejala pada stadium prodormal menjadi lebih berat dan gejala meningeal mulai nyata, kaku kuduk, seluruh tubuh menjadi kaku dan timbul opistotonus. Refleks tendon menjadi lebih tinggi, ubun-ubun menonjol dan umumnya terdapat kelumpuhan syaraf mata hingga timbul gejala strabismus dan nistagmus. Kesadaran menurun hingga timbul stupor.
c.       Stadium terminal
Terdapat gejala berupa kelumpuhan, koma, pupil melebar dan tidak bereaksi sama sekali. Nadi dan perbafasan Cheyne Stokes, hyperpireksi.


  1. Komplikasi
Komplikasi pada Meningitis Tuberkulosa dapat terjadi akibat pengobatan yang tidak sempurna atau pengobatan yang terlambat, berupa :
a.       Paresis, paralisis samapi deserebrasi.
b.      Dehidrasi asidosis
c.       Hydrosefalus akibat sumbatan, reabsorbsi berkurang atau produksi berlebih dari likuor serebrospinal.
d.      Dekubitus
e.       Retradasi mental.

  1. Penatalaksanaan
a.       Medis
Dasar pengobatan Meningitis Tuberkulosa adalah :
1).    Pemberian kombinasi obat antituberkulosa.
2).    Kortikosteroid
3).    Simtomatis
4).    Pemberian O2
5).    IVD dengan Dextrose 10% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3 : 1.
b.      Perawatan
1).    Pemberian nutrisi melalui NGT
2).    Pasang kateter
3).    Atur posisi yang nayaman
4).    Lakukan fisioterapi bila sudah memungkinkan.
B.     Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan untuk meningkatkan pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mengatasi dan memulihkan kesehatan melalui 4 (empat) tahap proses keperawatan yang terdiri dari :
1.      Pengkajian (Assesment)
2.      Perencanaan (Planning)
3.      Pelaksanaan (Implementasi)
4.      Penilaian (Evaluasi)
Yang masing-masing berkesinambungan serta memerlukan kecakapan keterampilan professional tenaga keperawatan.
Proses keperawatan adalah cara pendekatan sistematis yang diterapkan dalam pelaksanaan fungsi keperawatan, ide, pendekatan yang dimiliki, karakteristik, sistematis, bertujuan, interaksi, dinamis dan ilmiah.
1.      Pengkajian Data
Pengkajian merupakan tahapan awal dan merupakan dasar proses keperawatan, diperlukan pengkajian yang cermat untuk masalah klien, agar dapat memberi arah pada tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat tergantung kepada kecermatan dan ketelitian dalam tahap pengkajian.
Tahap pengkajian terdiri dari 4 (empat) tahapan yaitu: a. Pengumpulan data, b. Klasifikasi data, c. Analisa data, d. Rumusan diganosa keperawatan.
a.       Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi dari klien, keluarga, catatan medis atau profesi lain, termasuk hasil diagnostik test. Data dikumpulkan dengan cara wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi) yang meliputi data-data sebagai berikut :
1).    Biodata
Terdiri dari identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, nomor register klien, tanggal masuk dirawat, tanggal pengkajian, diagnosa medis.
2).    Riwayat kesehatan sekarang
a).    Keluhan utama: pasien dengan Meningitis Tuberkulosa menunjukkan gejala gangguan kesadaran dan kelumpuhan.
b).    Riwayat keluhan utama: klien dengan Meningitis Tuberkulosa biasanya datang berobat dengan riwayat gangguan kesadaran, kejang dan panas serta muntah.
3).    Riwayat kehamilan dan persalinan meliputi: prenatal, natal, post natal.
4).    Riwayat kesehatan masa lalu meliputi: riwayat penyakit yang diderita, pernah opname atau belum, nutrisi waktu bayi, imunisasi dan riwayat allergi.
5).    Riwayat tumbuh kembang, terdiri atas: berat badan lahir (BBL), panjang badan lahir (PBL), lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas pada umur berapa: gigi tumbuh, anak tengkurap, duduk, berjalan, menggerakkan motorik halus.
6).    Data psikososial spiritual: anak dan orang tua.
7).    Pola kebiasaan sehar-hari, terdiri dari: makan/minum, istirahat/tidur, pola eliminasi BAB dan BAK, akativitas sehari-hari sebelum dan selama sakit.
8).    Pemeriksaan fisik meliputi :
a).    Inspeksi  : (mulai kepala sampai ujung kaki).
Keadaan umum: gangguan kesadaran, ubun-ubun menonjol, muntah, kejang, kelumpuhan saraf mata sehingga terjadi strabismus dan nigtasmus, pernafasan Cheyne Stoke.
b).    Palpasi : anak dengan meningitis akan menunjukkan aku seluruh tubuh, suhu tubuh meningkat (panas), nadi tidak teratur, kaku kuduk.
c).    Perkusi : anak dengan Meningitis Tuberkulosa akan menunjukkan adanya refleks tendon yang meninggi.
d).   Auskultasi : akan terdengar bunyi pernafasan yang tidak teratur, ronchi basah.


9).    Pemeriksaan penunjang
Pada kasus Meningitis Tuberkulosa biasanya dilakukan pemeriksaan penunjang :
a).    Lumbal punksi untuk memeriksa CSF yang meliputi :
(1).       Warna : xanthacrom
(2).       Kekeruhan : tergantung pada jumlah sel dalam liquor, bila lebih dari 200 mm3 liquor sedikit keruh.
(3).       Sel : terdiri dari PMN dan limposit. Semakin akut keadaan penyakit maka makin banyak jumlah PMN
(4).       Protein : selalu lebih dari 40%.
b).    Tes tuberkulin : pada stadium awal memberikan hasil positif, sedang distadium akhir hasil negatif.
c).    Pemeriksaan radiologis : adanya perubaan gambaran yang dapat menyokong Meningitis Tuberkulosa.
d).   Pemeriksaan heatologi : Hb, leukosit, hitung jenis., analisa gas darah.
Nilai normal CSF :
-          Warna                    : jernih.
-          Nonne                   : (-) sampai (+)
-          Pandy                    : (-) sampai (+)
-          Sel                         : 0 sampai 10 /mm3
-          Protein                   : 10 – 35 mg/100 ml.
-          Glukosa                 : 50 – 80 mg/100 ml.
b.      Klasifikasi Data
Mengklasifikasikan dalam data subyektif dan data obyekti.
1).    Data Subyektif
Adalah persepsi klien/keluarga yang bersifat subyektif terhadap masalah-masalah yang dikluhkan sehubungan dengan Meningitis Tuberkulosa.
2).    Data Obyektif
Adalah semua data senjang pada klien dengan Meningitis Tuberkulosa yang diperoleh dari pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi) dan hasil-hasil pemeriksaan diagnostik.
c.       Analisa Data
Dengan melihat data subyektif dan data objektif dapat ditentukan permasalahan yang dihadapi oleh klien dan dengan memperhatikan patofisiologi mengenai penyebab penyakit Meningitis Tuberkulosa sampai permasalahannya tersebut.
d.      Dignosa Keperawatan
“Diagnosa Keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon actual dan potensial dari individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah kesehatan proses kehidupan” (Carpenito, 1988).[2])
Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien dengan Meningitis Tuberkulosa, baik actual maupun potensial adalah sebagai berikut :
1).    Gangguan pertukaran oksigen dan karbon dioksida.
2).    Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses penyakit anaknya.
3).    Kecemasan orang tua berhubungan dengan penyakit anaknya.
4).    Resiko terjadi gangguan integritas kulit berhubungan dengan pasien tidak sadar, kejang.
5).    Perubahan pola nutrisi berhubungan dengan kesadaran menurun.
6).    Resiko terjadi squel berhubungan dengan proses penyakitnya.
7).    Resiko infeksi sekunder berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun.

2.      Perencanaan Tindakan Keperawatan / Intervensi.
Perencanaan tindakan keperawatan adalah merupakan suatu pedoman bagi perawat dalam melaksanakan implementasi yang tepat.
Perencanaan tindakan keperawatan meliputi: rencana tujuan keperawatan dan rencana tindakan keperawatan. Adapun rencana keperawatan pada pasien Meningitis Tuberkulosa adalah sebagai berikut :
a.       Gangguan pertukaran oksigen dan karbon dioksida.
Tujuan    :  Pertukaran oksigen dan karbon dioksida berlangsung normal, dengan kriteria :
-          Analisa gas darah normal, tidak ada tanda-tanda sianosis, pernafasan normal.
Intervensi :
1).    Longgarkan pakaian pasien
Rasional :
Dada dapat mengembang secara maksimal, sehingga pengembangan paru juga maksimal dan pemasukan O2 adekuat.
2).    Berikan posisi ekstensi segera, beri tongue spatel.
Rasional :
Pembebasan jalan nafas memungkinkan pemasukan O2 dari luar paru maksimal.
3).    Berikan oksigen dan terapi sesuai program.
Rasional :
Memberi kecukupan masukan O2 keluarga dalam tubuh.
4).    Observasi reaksi pemberian terapi.
Rasional :
Memungkinkan terdeteksinya kemungkinan alergi terhadap terapi yang didapatkan.
5).    Isap lendir secara periodik.
Rasional :
Jalan nafas yang bersih memungkinkan terjadinya ventilasi dengan baik
b.   Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses penyakitnya.
Tujuan    :  Rasa nyaman nyeri terpenuhi.
Intervensi :
1).    Berikan kompres dingin
Rasional :
Konpres dingin akan merangsang penurunan suhu tubuh secara konduksi.
2).    Ukur tanda-tanda vital
Rasional :
Perubahan tingkat nyeri akan tergambar pada perubahan tanda-tanda vital.
3).    Berikan posisi yang seenak mungkin
Rasional :
Posisi yang nayaman akan menyebabkan keadaan klien rileks, hingga suplai O2 adekuat dan nyeri berkurang.
4).    Berikan supportif.
Rasional :
Klien dapat melakukan koping yang efektif sehingga dapat beradaptasi dengan nyeri.
5).    Observasi tingkat kesakitan.
Rasional :
Untuk mengetahi tingkat keberhasilan dalam melakukan intervensi.
c.       Kecemasan orang tua berhubungan dengan penyakit anaknya.
Tujuan    :  Orang tua dapat menerima dan mengerti dengan kondisi anaknya.
Intervensi :
1).    Lakukan pendekatan kepada orang tua.
Rasional :
Orang tua dapat kooperatif sehingga dapat diajak terlibat dalam memberikan asuhan keperawatan.
2).    Berikan penjelasan tentang keadaan anaknya.
Rasional :
Orang tua mengeti tentang penyakit anaknya, sehingga mengurangi beban psikologisnya.
3).    Bantu orang tua untuk mengekskresikan perasaannya.
Rasional :
Bila perasaannya dapat diekpresikan maka akan sangat membantu dalam mengurangi beban psikis.
4).    Bantu pendekatan spiritual.
Rasional :
Bantu orang tua dapat menerima bahwa penyakit adalah merupakan salah satu rizki dari sang pencipta, olehnya harus diterima dengan ikhlas.

d.      Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan kejang, kesadaran menurun.
Tujuan    :  Kondisi kulit tetap utuh dan gangguan integritas kulit tidak terjadi.
Intervensi :
1).    Lakukan massage secara periodik.
Rasional :
Suplai O2 dan nutrisi lancar dan mengurangi penekanan pada area tuklang yang menonjol.
2).    Ajarkan pada orang tua cara-cara mobilisasi.
Rasional :
Orang tua mengerti keuntungan mobilisasi dan dapat melakuknnya.
3).    Mandikan klien pagi dan sore.
Rasional :
Keadaan kulit yang bersih dan segar akan merangsang suplai darah lancar.
4).    Observasi tanda-tanda dekubitus.
Rasional :
Deteksi secara dini akan mengurangi kemungkinan yang lebih buruk.

e.       Perubahan pola nutrisi berhubungan dengan kesadaran menurun.
Tujuan    :  Kebutuhna nutrisi tercukupi.
Intervensi :
1).    Kaji status nutrisi.
Rasional :
Untuk mengetahui tingkat asupan nutrisi.
2).    Observasi intake dan output.
Rasional :
Dapat membantu tingakt keseimbangan kebutuhan nutrisi klien.
3).    Bila pasien diinfus, observasi tetesan dengan baik.
Rasional :
Menjaga asupan yang adekuat.
4).    Bila terpasang NGT, berikan makanan cair setengah-setengah dan air buah.
Rasional :
Mencegah terjadinya aspirasi dan menjga keseimbangan kalori dan mineral.
5).    Timbang BB tiap hari.
Rasional :
Untuk menilai tingkat keberhasilan asuhan keperawatan sebelumnya.

f.       Resiko infeksi sekunder berhubungan dengan daya tahan tubuh yang menurun.
Tujuan    :  Klien dapat sembuh segera dan tanpa terjadi infeksi sekunder.
Intervensi :
1).    Tempatkan pasien pada tempat khusus.
Rasional :
Untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
2).    Cuci tangan sebelum dan sesudah perasat.
Rasional :
Mengurangi sekecil mungkin klien kontak dengan kuman.
3).    Observasi adanya tanda-tanda infeksi sekunder.
Rasional :
Deteksi dini akan mencegah kemungkinan yang lebih buruk.
4).    Kolaborasi untuk pemberian terapi.
Rasional :
Pemberian terapi yang tepat akan membunuh kuman pathogen, sehingga mempercepat penyembuhan.

g.      Resiko injuri berhubungan dengan prosedur perawatan dan pengobatan.
Tujuan    :  Tidak terjadi injuri
Intervensi :
1).    Observasi posisi setelah LP
Rasional :
Mencegah terjadinya komplikasi akibat LP.

2).    Berikan tindakan secara aseptik.
Rasional :
Mencegah terjadinya infeksi.
3).    Memasang NGT secara hati-hati
Rasional :
Mencegah terjadinya iritasi saluran cerna.
4).    Ajarkan orang tua supaya jangan menyentuh luka.
Rasional :
Kebersihan luka harus dijaga untuk mencegah infeksi.

3.      Implementasi
Pelaksanaan keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana perawatan, untuk memperoleh pelaksanaan yang efektif, dituntut pengetahuan dan keterampilan yang luas dari tenaga perawat, untuk memberikan pelayanan perawatan yang baik dan bermutu yang telah ditentukan dapat direncanakan.
Dalam memberikan pelayanan keperawatan yang baik dan bermutu memerlukan intelektual dan keterampilan berhubungan, antara manusia yang harmonis berdasarkan pemikiran yang rasional.



Ada dua syarat hasil yang diharapkan dalam pelaksanaan perawatan, yiatu :
a.       Adanya bukti bahwa klien sedang dalam proses menuju kepada tujuan keperawatan atau telah mencapai tujuan tersebut.
b.      Adanya bukti bahwa tindakan-tindakan perawatan dapat diterima oleh klien.
Proses pelaksanaan perawatan mencakup tiga hal :
1).    Melaksanakan rencana keperawatan. Yaitu segala informasi yang tercakup dalam rencana keperawatan, merupakan dasar atau pedoman dalam intervensi dalam perawatan.
2).    Mengidentifikasi reaksi/tanggapan klien.
Dalam mengidentifikasi reaksi/tanggapan klien dituntut upaya yang tidak tergesa-gesa dan cermat serta teliti, agar menemukan reaksi-reaksi klien sebagai akibat tindakan perawatan yang diberikan dengan mutlak, akan sangat membantu perawat dalam mengidentifikasi reaksi klien yang mungkin menunjukkan adanya penyimpangan-penyimpangan.
3).    Mengevaluasi tanggapan/reaksi klien.
Mengevaluasi reaksi klien dengan cara membandingkan terhadap syarat-syarat dengan hasil yang diharapkan. Langkah ini merupakan tahap sendiri. Syarat yang pertama yang dipenuhi apabila perawat telah mencapai tujuan. Syarat yang kedua adalah bukti-bukti intervensi perawatan yang dapat diterima oleh klien.

4.      Evaluasi
Evaluasi untuk mengetahui sejauhmana pencapaian tujuan dalam asuhan keperawatan yang telah dilakukan. Klien perlu dievaluasi sebagai berikut :
a.       Apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah tercapai atau belum.
b.      Apakah masalah yang ada telah terpecahkan atau belum.
c.       Apakah perlu pengkajian kembali.








1) B. Chandra, Prof. Dr, Meningitis Tuberkulosa Dalam Neurologi Klinik, PT. Bina Indra Karya, Surabaya, 1987.
[2]) Linda Juall Carpenito, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada praktek klinik, Edisi keluarga 6, Penerbit EGC, 1998, Hal. 5.

No comments:

Post a Comment