A. Konsep Dasar Medis
- Pengertian
Meningitis
Tuberkulosa adalah reaksi peradangan yang mengenai salah satu atau semua
selaput meningen disekeliling otak dan medulla spinalis yang disebabkan oleh
kuman tuberkulosa. [1])
- Etiologi
Kuman
Mikobakterium Tuberkulosa varian homoris.
- Anatomi dan Fisiologi
a.
Meningen
Merupakan selaput yang menyelubungi otak, yang berfungsi sebagai
pelindung, pendukung jaringan dibawahnya. Selaput otak ini terdiri dari
piameter, arachnoid dan durameter yang masing-masing meruapakan suatu lapisan
yang terpisah dan kontinyu.
Antara lapisan piameter dan
arachnoid ada hubungan yang disebut dengan nama “pakimening”. Piameter
merupakan lapisan vaskuler, dan pembuluh darah melalui piameter menuju struktur
Interna Central Nervus Sistem (CNS) untuk memberi nutrisi pad jaringan neural.
Arachnoid
meruapakan membaran fibrosa yang tipis halus dan vaskuler. Arachnoid meliputi
otak dan membran spinalis, tetapi tidak mengikuti setiap bentuk luarnya seperti
piameter. Daerah antara arachnoid dan paimeter dinamakan ruang subarachnoid dan
mengandung arteri, vena serebral dan tuberkulae. Arachnoid dan cairan
cerebrospinal yang membasahi CNS.
Durameter
merupakan suatu jaringan liat dan tidak elastis seperti kulit. Terdiri dari dua
lapisan, lapisan luarnya disebut endoteal dan bagian dalam disebut
durameningeal.
b. Ventrikel dan Cairan Serebrospinal (CSF)
Ventrikel
merupakan tempat rongga dalam otak yang salaing berhubungan satu dengan yang
lain dan dibatasi dengan epindima dan mengandung CSF. Pada setiap hemisper
serebri terdapat satu ventrikel lateral. Ventrikel ketiga terdapat diensefalon
dan ventrikel keempat dalam pons, medulla oblongata.
Dalam setiap
ventrikel terdapat struktur sekresi khusus yang disebut Fleksus Koroideus.
Fleksus ini terdiri dari jaringan pembuluh darah piameter yang mempunyai
hubungan langsung dengan epindima dan mengandung CSF. Pada setiap hemisper
serebri terdapat satu ventrikel lateral. Ventrikel ketiga terdapat di ensefalon
dan ventrikel keempat dalam pons, medulla oblongata.
Dalam setiap
ventrikel terdapat struktur sekresi khusus yang disebut Fleksus koroideus.
Fleksus ini terdiri dari jaringan pembuluh darah piameter yang mempunyai
hubungan langsung dengan epidemi. Fleksus Koroideus inilah yang mengsekresi CSF
yang jernih dan tidak berwarna, yang merupakan bantalan cairan yang pelindung
disekitar CNS. Kebanyakan CSF direabsorbsi kedalam darah melalui struktur
khusus yang disebut villi arachnoid yang menonjol dari ruang subarachnoid menuju
sinus sagitalis superior otak. Produksi dan reabsorbsi CSF dalam CNS
berlangsung konstan. Volume total CSF yang terdapat dalam rongga serebrospinal
sekitar 125 ml. Sedang kecepatan sekresi Fleksus Koroideus besarnya hanya
sekitar 500 sampai 750 ml perhari.
Tekanan CSF
merupakan fungsi kecepatan pembentukan cairan dan resistensi reabsorbsi oleh
villi arachnoidalis. Tekanan CSF sering diukur waktu dilakukan lumbal fungsi
yaitu sekitar 13 mmHg.
- Patofisiologi
Meningitis
Tuberkulosa timbul sebagai akibat invasi kuman ke jaringan sel otak (meningen).
Penyebaran kuman ke otak melalui penjalaran hematogen pada saat terjadinya
Tuberkulosa millier.
Oleh karena itu
seseorang yang telah mendapat vaksinasi BCG sewaktu masih anak-anak, masih
mungkin menderita Meningitis Tuberkulosa apabila sebelum vaksinasi telah
terkena infeksi oleh bakteri mycobakterium tuberkulosa. Kuman yang tersangkut
didaerah subarachnoid ini terus hidup dan berkembang biak. Tetapi dengan adanya
imunitas tubuh kuman terkurung didaerah tuberkel, apabila oelh suatu sebab daya
tahan tubuh menurun fokus ini melebar dan pecah ke dalam rongga subarachnoid.
Disamping fokus
rich pecah dapat timbul pada saat tuberkulose paru sudah menghilang atau memang
lesinya sangat kecil, sehingga tidak tampak pada pemeriksaan radiologik.
Meningitis
Tuberkulosa yang timbul akibat pecahnya fokus rick biasanya timbul secara akut,
bahkan kadang-kadang dengan cepat klien jatuh ke stadium terminal. Hal ini
disebabkan oleh karena dngan pecahnya fokus rich, sejumlah besar kuman dari
tuberkel dalam waktu yang singkat tertuang ke dalam rongga subarachnoid.
- Gambaran Klinis
Gejala dan tanda penyakit Meningitis Tuberkulosa dipengaruhi
oleh banyak faktor, sehingga manifestasi klinik penyakit ini beraneka ragam. Diantara banyak faktor yang mempengaruhi
manifestasi klinis ini yang terpenting adalah faktor umur dan status fisik
klien. Pada seorang anak sangat sensistif terhadap kuman TBC, masuknya kuman ke
dalam cairan serebrospinal akan diikuti oleh exudasi sel darah putih dan fibrin
yang hebat, sehingga manifestasi klinis Meningitis Tuberkulosa akan timbul
lebih kuat dan hebat dibandingkan dengan orang dewasa.
Meningitis yang
timbul akibat pecahnya fukos rich biasanya timbul secara akut dan bahkan
kadang-kadang telah menjadi komateus dan spastis dalam 1 – 2 hari.
Perjalanan
penyakit Meningitis Tuberkulosa yang klasik dapat dibagi dalam 3 stadium :
a.
Stadium prodormal
Pada stadium ini terjadi iritasi selaput otak. Meningitis biasanya mulai
perlahan-lahan tanpa panas atau terdapat kebaikan suhu yang ringan. Pada anak sering dijumpai mudah
terangsang, apatis dan tidur terganggu. Dan pada anak besar dapat mengeluh nyeri kepala, anoreksia, obstipasi dan
muntah.
b.
Stadium transisi
Gejala pada stadium prodormal menjadi lebih berat dan gejala meningeal
mulai nyata, kaku kuduk, seluruh tubuh menjadi kaku dan timbul opistotonus.
Refleks tendon menjadi lebih tinggi, ubun-ubun menonjol dan umumnya terdapat
kelumpuhan syaraf mata hingga timbul gejala strabismus dan nistagmus. Kesadaran
menurun hingga timbul stupor.
c.
Stadium terminal
Terdapat gejala berupa
kelumpuhan, koma, pupil melebar dan tidak bereaksi sama sekali. Nadi dan
perbafasan Cheyne Stokes, hyperpireksi.
- Komplikasi
Komplikasi pada Meningitis
Tuberkulosa dapat terjadi akibat pengobatan yang tidak sempurna atau pengobatan
yang terlambat, berupa :
a.
Paresis, paralisis samapi deserebrasi.
b.
Dehidrasi asidosis
c.
Hydrosefalus akibat sumbatan, reabsorbsi berkurang atau
produksi berlebih dari likuor serebrospinal.
d.
Dekubitus
e.
Retradasi mental.
- Penatalaksanaan
a.
Medis
Dasar pengobatan Meningitis
Tuberkulosa adalah :
1).
Pemberian kombinasi obat antituberkulosa.
2).
Kortikosteroid
3).
Simtomatis
4).
Pemberian O2
5).
IVD dengan Dextrose 10% dan NaCl 0,9% dalam
perbandingan 3 : 1.
b.
Perawatan
1).
Pemberian nutrisi melalui NGT
2).
Pasang kateter
3).
Atur posisi yang nayaman
4). Lakukan fisioterapi bila sudah
memungkinkan.
B.
Konsep Dasar
Asuhan Keperawatan
Asuhan
keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan untuk meningkatkan
pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mengatasi dan memulihkan
kesehatan melalui 4 (empat) tahap proses keperawatan yang terdiri dari :
1. Pengkajian
(Assesment)
2. Perencanaan
(Planning)
3. Pelaksanaan
(Implementasi)
4. Penilaian
(Evaluasi)
Yang masing-masing berkesinambungan serta
memerlukan kecakapan keterampilan professional tenaga keperawatan.
Proses keperawatan adalah cara pendekatan
sistematis yang diterapkan dalam pelaksanaan fungsi keperawatan, ide,
pendekatan yang dimiliki, karakteristik, sistematis, bertujuan, interaksi,
dinamis dan ilmiah.
1. Pengkajian
Data
Pengkajian
merupakan tahapan awal dan merupakan dasar proses keperawatan, diperlukan
pengkajian yang cermat untuk masalah klien, agar dapat memberi arah pada
tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat tergantung kepada
kecermatan dan ketelitian dalam tahap pengkajian.
Tahap
pengkajian terdiri dari 4 (empat) tahapan yaitu: a. Pengumpulan data, b.
Klasifikasi data, c. Analisa data, d. Rumusan diganosa keperawatan.
a.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan
kegiatan untuk mengumpulkan informasi dari klien, keluarga, catatan medis atau
profesi lain, termasuk hasil diagnostik test. Data dikumpulkan dengan cara
wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi) yang meliputi data-data sebagai berikut :
1). Biodata
Terdiri
dari identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, penghasilan, nomor register klien, tanggal masuk
dirawat, tanggal pengkajian, diagnosa medis.
2). Riwayat
kesehatan sekarang
a). Keluhan
utama: pasien dengan Meningitis Tuberkulosa menunjukkan gejala gangguan
kesadaran dan kelumpuhan.
b). Riwayat
keluhan utama: klien dengan Meningitis Tuberkulosa biasanya datang berobat
dengan riwayat gangguan kesadaran, kejang dan panas serta muntah.
3). Riwayat
kehamilan dan persalinan meliputi: prenatal, natal, post natal.
4). Riwayat
kesehatan masa lalu meliputi: riwayat penyakit yang diderita, pernah opname
atau belum, nutrisi waktu bayi, imunisasi dan riwayat allergi.
5). Riwayat
tumbuh kembang, terdiri atas: berat badan lahir (BBL), panjang badan lahir
(PBL), lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas pada umur berapa: gigi
tumbuh, anak tengkurap, duduk, berjalan, menggerakkan motorik halus.
6). Data
psikososial spiritual: anak dan orang tua.
7). Pola
kebiasaan sehar-hari, terdiri dari: makan/minum, istirahat/tidur, pola
eliminasi BAB dan BAK, akativitas sehari-hari sebelum dan selama sakit.
8). Pemeriksaan
fisik meliputi :
a). Inspeksi
: (mulai kepala sampai ujung kaki).
Keadaan umum: gangguan
kesadaran, ubun-ubun menonjol, muntah, kejang, kelumpuhan saraf mata sehingga
terjadi strabismus dan nigtasmus, pernafasan Cheyne Stoke.
b). Palpasi
: anak dengan meningitis akan menunjukkan aku seluruh tubuh, suhu tubuh
meningkat (panas), nadi tidak teratur, kaku kuduk.
c).
Perkusi : anak dengan Meningitis Tuberkulosa akan
menunjukkan adanya refleks tendon yang meninggi.
d).
Auskultasi : akan terdengar bunyi pernafasan yang
tidak teratur, ronchi basah.
9). Pemeriksaan
penunjang
Pada kasus Meningitis
Tuberkulosa biasanya dilakukan pemeriksaan penunjang :
a). Lumbal
punksi untuk memeriksa CSF yang meliputi :
(1).
Warna : xanthacrom
(2).
Kekeruhan : tergantung pada jumlah sel dalam liquor,
bila lebih dari 200 mm3 liquor sedikit keruh.
(3).
Sel : terdiri dari PMN dan limposit. Semakin akut
keadaan penyakit maka makin banyak jumlah PMN
(4).
Protein : selalu lebih dari 40%.
b).
Tes
tuberkulin : pada stadium awal memberikan hasil positif, sedang distadium akhir
hasil negatif.
c).
Pemeriksaan
radiologis : adanya perubaan gambaran yang dapat menyokong Meningitis
Tuberkulosa.
d).
Pemeriksaan
heatologi : Hb, leukosit, hitung jenis., analisa gas darah.
Nilai normal CSF :
-
Warna :
jernih.
-
Nonne :
(-) sampai (+)
-
Pandy :
(-) sampai (+)
-
Sel :
0 sampai 10 /mm3
-
Protein :
10 – 35 mg/100 ml.
-
Glukosa :
50 – 80 mg/100 ml.
b.
Klasifikasi Data
Mengklasifikasikan dalam data subyektif dan data
obyekti.
1). Data
Subyektif
Adalah persepsi
klien/keluarga yang bersifat subyektif terhadap masalah-masalah yang dikluhkan
sehubungan dengan Meningitis Tuberkulosa.
2). Data
Obyektif
Adalah semua data senjang
pada klien dengan Meningitis Tuberkulosa yang diperoleh dari pemeriksaan fisik
(inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi) dan hasil-hasil pemeriksaan
diagnostik.
c.
Analisa Data
Dengan melihat data subyektif dan data objektif
dapat ditentukan permasalahan yang dihadapi oleh klien dan dengan memperhatikan
patofisiologi mengenai penyebab penyakit Meningitis Tuberkulosa sampai
permasalahannya tersebut.
d.
Dignosa Keperawatan
“Diagnosa Keperawatan adalah penilaian klinis
tentang respon actual dan potensial dari individu, keluarga, atau masyarakat
terhadap masalah kesehatan proses kehidupan” (Carpenito, 1988).[2])
Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien
dengan Meningitis Tuberkulosa, baik actual maupun potensial adalah sebagai
berikut :
1).
Gangguan
pertukaran oksigen dan karbon dioksida.
2).
Gangguan
rasa nyaman berhubungan dengan proses penyakit anaknya.
3).
Kecemasan
orang tua berhubungan dengan penyakit anaknya.
4).
Resiko
terjadi gangguan integritas kulit berhubungan dengan pasien tidak sadar,
kejang.
5).
Perubahan
pola nutrisi berhubungan dengan kesadaran menurun.
6).
Resiko
terjadi squel berhubungan dengan proses penyakitnya.
7).
Resiko
infeksi sekunder berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun.
2. Perencanaan
Tindakan Keperawatan / Intervensi.
Perencanaan
tindakan keperawatan adalah merupakan suatu pedoman bagi perawat dalam melaksanakan
implementasi yang tepat.
Perencanaan tindakan
keperawatan meliputi: rencana tujuan keperawatan dan rencana tindakan
keperawatan. Adapun rencana keperawatan pada pasien Meningitis Tuberkulosa
adalah sebagai berikut :
a. Gangguan pertukaran oksigen dan karbon
dioksida.
Tujuan : Pertukaran
oksigen dan karbon dioksida berlangsung normal, dengan kriteria :
-
Analisa
gas darah normal, tidak ada tanda-tanda sianosis, pernafasan normal.
Intervensi :
1). Longgarkan
pakaian pasien
Rasional :
Dada dapat mengembang
secara maksimal, sehingga pengembangan paru juga maksimal dan pemasukan O2
adekuat.
2).
Berikan
posisi ekstensi segera, beri tongue spatel.
Rasional :
Pembebasan jalan nafas
memungkinkan pemasukan O2 dari luar paru maksimal.
3).
Berikan
oksigen dan terapi sesuai program.
Rasional :
Memberi kecukupan masukan
O2 keluarga dalam tubuh.
4). Observasi
reaksi pemberian terapi.
Rasional :
Memungkinkan terdeteksinya kemungkinan alergi
terhadap terapi yang didapatkan.
5). Isap
lendir secara periodik.
Rasional :
Jalan nafas yang bersih memungkinkan terjadinya
ventilasi dengan baik
b. Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses penyakitnya.
Tujuan : Rasa nyaman nyeri terpenuhi.
Intervensi :
1). Berikan
kompres dingin
Rasional :
Konpres dingin akan merangsang penurunan suhu
tubuh secara konduksi.
2). Ukur
tanda-tanda vital
Rasional :
Perubahan tingkat nyeri akan tergambar pada
perubahan tanda-tanda vital.
3). Berikan
posisi yang seenak mungkin
Rasional :
Posisi yang nayaman akan
menyebabkan keadaan klien rileks, hingga suplai O2 adekuat dan nyeri
berkurang.
4). Berikan
supportif.
Rasional :
Klien dapat melakukan koping yang efektif sehingga
dapat beradaptasi dengan nyeri.
5). Observasi
tingkat kesakitan.
Rasional :
Untuk mengetahi tingkat keberhasilan dalam
melakukan intervensi.
c. Kecemasan orang tua berhubungan dengan
penyakit anaknya.
Tujuan : Orang
tua dapat menerima dan mengerti dengan kondisi anaknya.
Intervensi :
1).
Lakukan
pendekatan kepada orang tua.
Rasional :
Orang tua dapat kooperatif sehingga dapat diajak
terlibat dalam memberikan asuhan keperawatan.
2).
Berikan
penjelasan tentang keadaan anaknya.
Rasional :
Orang tua mengeti tentang penyakit anaknya,
sehingga mengurangi beban psikologisnya.
3).
Bantu
orang tua untuk mengekskresikan perasaannya.
Rasional :
Bila perasaannya dapat diekpresikan maka akan
sangat membantu dalam mengurangi beban psikis.
4). Bantu
pendekatan spiritual.
Rasional :
Bantu orang tua dapat
menerima bahwa penyakit adalah merupakan salah satu rizki dari sang pencipta,
olehnya harus diterima dengan ikhlas.
d. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan
dengan kejang, kesadaran menurun.
Tujuan : Kondisi
kulit tetap utuh dan gangguan integritas kulit tidak terjadi.
Intervensi :
1). Lakukan
massage secara periodik.
Rasional :
Suplai O2 dan nutrisi lancar dan
mengurangi penekanan pada area tuklang yang menonjol.
2).
Ajarkan
pada orang tua cara-cara mobilisasi.
Rasional :
Orang tua mengerti keuntungan mobilisasi dan dapat
melakuknnya.
3).
Mandikan
klien pagi dan sore.
Rasional :
Keadaan kulit yang bersih dan segar akan
merangsang suplai darah lancar.
4). Observasi
tanda-tanda dekubitus.
Rasional :
Deteksi secara dini akan mengurangi kemungkinan
yang lebih buruk.
e. Perubahan pola nutrisi berhubungan dengan
kesadaran menurun.
Tujuan : Kebutuhna
nutrisi tercukupi.
Intervensi
:
1). Kaji
status nutrisi.
Rasional :
Untuk mengetahui tingkat asupan nutrisi.
2). Observasi
intake dan output.
Rasional :
Dapat membantu tingakt keseimbangan kebutuhan
nutrisi klien.
3).
Bila
pasien diinfus, observasi tetesan dengan baik.
Rasional :
Menjaga asupan yang
adekuat.
4).
Bila
terpasang NGT, berikan makanan cair setengah-setengah dan air buah.
Rasional :
Mencegah terjadinya
aspirasi dan menjga keseimbangan kalori dan mineral.
5). Timbang
BB tiap hari.
Rasional :
Untuk menilai tingkat
keberhasilan asuhan keperawatan sebelumnya.
f. Resiko infeksi sekunder berhubungan dengan
daya tahan tubuh yang menurun.
Tujuan : Klien
dapat sembuh segera dan tanpa terjadi infeksi sekunder.
Intervensi :
1). Tempatkan
pasien pada tempat khusus.
Rasional :
Untuk mencegah terjadinya
infeksi nosokomial.
2). Cuci
tangan sebelum dan sesudah perasat.
Rasional :
Mengurangi sekecil mungkin klien kontak dengan
kuman.
3).
Observasi
adanya tanda-tanda infeksi sekunder.
Rasional :
Deteksi dini akan mencegah kemungkinan yang lebih
buruk.
4). Kolaborasi
untuk pemberian terapi.
Rasional :
Pemberian terapi yang
tepat akan membunuh kuman pathogen, sehingga mempercepat penyembuhan.
g.
Resiko injuri berhubungan dengan prosedur perawatan dan
pengobatan.
Tujuan : Tidak terjadi injuri
Intervensi :
1). Observasi
posisi setelah LP
Rasional :
Mencegah terjadinya komplikasi akibat LP.
2). Berikan
tindakan secara aseptik.
Rasional :
Mencegah terjadinya
infeksi.
3). Memasang
NGT secara hati-hati
Rasional :
Mencegah terjadinya
iritasi saluran cerna.
4).
Ajarkan
orang tua supaya jangan menyentuh luka.
Rasional :
Kebersihan luka harus dijaga untuk mencegah
infeksi.
3. Implementasi
Pelaksanaan
keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana perawatan, untuk
memperoleh pelaksanaan yang efektif, dituntut pengetahuan dan keterampilan yang
luas dari tenaga perawat, untuk memberikan pelayanan perawatan yang baik dan
bermutu yang telah ditentukan dapat direncanakan.
Dalam
memberikan pelayanan keperawatan yang baik dan bermutu memerlukan intelektual
dan keterampilan berhubungan, antara manusia yang harmonis berdasarkan
pemikiran yang rasional.
Ada dua syarat hasil yang
diharapkan dalam pelaksanaan perawatan, yiatu :
a.
Adanya bukti bahwa klien sedang dalam proses menuju
kepada tujuan keperawatan atau telah mencapai tujuan tersebut.
b. Adanya bukti bahwa tindakan-tindakan
perawatan dapat diterima oleh klien.
Proses
pelaksanaan perawatan mencakup tiga hal :
1).
Melaksanakan
rencana keperawatan. Yaitu segala informasi yang tercakup dalam rencana
keperawatan, merupakan dasar atau pedoman dalam intervensi dalam perawatan.
2). Mengidentifikasi
reaksi/tanggapan klien.
Dalam mengidentifikasi
reaksi/tanggapan klien dituntut upaya yang tidak tergesa-gesa dan cermat serta
teliti, agar menemukan reaksi-reaksi klien sebagai akibat tindakan perawatan
yang diberikan dengan mutlak, akan sangat membantu perawat dalam mengidentifikasi
reaksi klien yang mungkin menunjukkan adanya penyimpangan-penyimpangan.
3). Mengevaluasi
tanggapan/reaksi klien.
Mengevaluasi reaksi klien
dengan cara membandingkan terhadap syarat-syarat dengan hasil yang diharapkan.
Langkah ini merupakan tahap sendiri. Syarat yang pertama yang dipenuhi apabila
perawat telah mencapai tujuan. Syarat yang kedua adalah bukti-bukti intervensi
perawatan yang dapat diterima oleh klien.
4. Evaluasi
Evaluasi untuk mengetahui
sejauhmana pencapaian tujuan dalam asuhan keperawatan yang telah dilakukan.
Klien perlu dievaluasi sebagai berikut :
a.
Apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah tercapai atau
belum.
b.
Apakah masalah yang ada telah terpecahkan atau belum.
c.
Apakah perlu pengkajian kembali.
[2]) Linda Juall Carpenito, Diagnosa
Keperawatan Aplikasi pada praktek klinik, Edisi keluarga 6, Penerbit EGC,
1998, Hal. 5.
No comments:
Post a Comment