A.
Konsep
Dasar Asuhan Keperawatan GGK
Pada
asuhan keperawatan ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan. Proses keperawatan adalah suatu proses pemecahan masalah yang
dinamis dalam usaha memperbaiki dan memelihara pasien sampai optimal melalui
suatu pendekatan yang sistematis untuk membantu pasien. Proses keperawatan
terdiri dari 4 tahap yaitu :
1.
Pengkajian
Pengkajian
keperawatan bagi orang dengan kegagalan ginjal kronis sangat kompleks, terutama
karena menyangkut berbagai sistem dan kekronisan dari gangguan. Pengkajian
harus mencakup fisik, psikologis dan parameter sosial. Riwayat keperawatan dan
pengkajian fisik harus mendapatkan berbagai macam informasi demi penegakkan
diagnosa keperawatan yang cocok.
Data dasar
Pengkajian pasien :
Aktifitas/Istirahat
Gejala : Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise.
Gangguan tidur (insomnia/gelisah atau somnolen).
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan
rentang gerak.
Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat.
Palpitasi ; nyeri dada (angina).
Tanda : Hipertensi; DVJ, nadi kuat, edema jaringan
umum dan pitting pada kaki, telapak tangan.
Disritmia jantung
Nadi lemah halus, hipotensi ortostatik menunjukkan
hypovolemia, yang jarang pada penyakit tahap akhir.
Friction rub perikardial (respons terhadap akumulasi sisa)
Pucat; kulit coklat kehijauan, kuning.
Kecenderungan perdarahan.
Integritas Ego
Gejala : Faktor stres, contoh finansial, hubungan, dan
sebagainya.
Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah
terangsang, perubahan kepribadian.
Disritmia jantung
Eliminasi
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria
(gagal tahap lanjut).
Abdomen kembung, diare, atau konstipasi.
Tanda : Perubahan warna urine, contoh kuning pekat,
merah, coklat berawan.
Oliguria, dapat menjadi anuria.
Makanan/cairan
Gejala : Peningkatan berat badan cepat (edema),
penurunan berat badan (malnutrisi).
Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak
sedap pada mulut (pernafasan amonia).
Penggunaan diuretik.
Tanda : Distensi abdomen/asites, pembesaran hati
(tahap akhir).
Perubahan turgor kulit/kelembaban
Edema (umum, tergantung)
Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah.
Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak
bertenaga.
Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur.
Kram otot/kejang; sindrom “kaki gelisah” ; kebas rasa
terbakar pada telapak kaki.
Kebas/kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstremitas bawah
(neuropati perifer).
Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan
lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau,
penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma.
Ketidaknyamanan
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala; kram otot/nyeri
kaki (memburuk saat malam hari).
Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi; gelisah
Pernafasan
Gejala : Nafas pendek; disritmia nokturnal
paroksismal; batuk dengan/tanpa sputum kental dan banyak.
Tanda : Takipnea, dispnea, peningkatan
frekuensi/kedalaman (pernafasan Kussmaul).
Batuk produktif dengan sputum merah muda – encer (edema
paru).
Keamanan
Gejala : Kulit gatal.
Ada/berulangnya infeksi.
Tanda : Pruritus, petekia, area ekimosis pada kulit.
Demam (sepsis, dehidrasi); normotermia dapat secara aktual
terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal.
Seksualitas
Gejala : Penurunan libido; amenorea; infertilitas
Interaksi sosial
Gejala : Kesulitan menentukan kondisi.
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat Diabetes Mellitus keluarga, penyakit
polikistik, nefritis herediter, kalkulus urinaria, malignansi.
Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun
lingkungan.
Penggunaan antibiotik nefrotoksik saat ini/berulang.
Diagnosa Keperawatan :
a.
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulasi.
b.
Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan penekanan
produksi/sekresi eritropoetin.
c.
Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan
fisiologis, akumulasi toksin (urea, amonia).
d.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan
status metabolik, sirkulasi dan sensasi
e.
Resiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral
berhubungan dengan kurang/penurunan salivasi, pembatasan cairan.
f.
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat informasi.
g.
Ketidakpatuhan berhubungan dengan sistem nilai pasien,
perubahan mental.
2.
Perencanaan
a.
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulasi.
Tujuan : Keseimbangan
cairan/elektrolit stabil.
Kriteria hasil :
-
Mempertahankan curah jantung dengan bukti TD dan frekuensi
jantung dalam batas normal.
-
Nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler.
Intervensi :
1.)
Awasi TD dan frekuensi jantung
Rasional : Kelebihan volume cairan,
disertai dengan hipertensi (sering terjadi pada gagal ginjal) dan efek uremia,
meningkatkan kerja jantung, dan dapat menimbulkan gagal jantung.
2.)
Kaji warna kulit, membran mukosa, dan dasar kuku.
Perhatikan waktu pengisian kapiler.
Rasional : Pucat mungkin
menunjukkan vasokontriksi atau anemia, sianosis mungkin berhubungan dengan
kongesti paru dan atau/gagal ginjal.
3.)
Perhatikan terjadinya nadi lambat, hipotensi, kemerahan,
mual/muntah, dan penurunan tingkat kesadaran.
Rasional : Peggunaan obat (contoh
antasida) mengandung magnesium dapat mengakibatkan hipermagnesemia, potensial
disfungsi neuromuskuler dan resiko henti nafas/jantung.
4.)
Pertahankan tirah baring atau dorong istirahat adekuat dan
berikan bantuan dengan perawatan dan aktivitas yang diinginkan.
Rasional : Menurunkan konsumsi
oksigen/kerja jantung.
5.)
Awasi pemeriksaan laboratorium.
Rasional : Perubahan konsentrasi
elektrolit dapat berubah setiap saat pada gagal ginjal.
6.)
Berikan/batasi cairan sesuai indikasi.
Rasional : Curah jantung tergantung
pada volume sirkulasi.
b.
Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan penekanan
produksi/sekresi eritropoetin.
Tujuan : Komplikasi
dicegah/minimal.
Kriteria hasil :
-
Tak mengalami tanda/gejala perdarahan.
-
Mempertahankan.menunjukkan perbaikan nilai laboratorium.
Intervensi :
1.)
Perhatikan keluhan peningkatan kelelahan, kelemahan.
Rasional : Dapat menunjukkan
anemia. Dan respons jantung untuk mempertahankan oksigenasi sel.
2.)
Awasi tingkat kesadaran dan perilaku.
Rasional : Anemia dapat menyebabkan
hipoksia serebral dengan perubahan mental, orientasi, dan respons perilaku.
3.)
Evaluasi respons terhadap aktivitas, kemampuan untuk
melakukan tugas.
Rasional : Anemia menurunkan
oksigensi jaringan dan meningkatkan kelelahan, sehingga memerlukan intervensi,
perubahan aktivitas dan istirahat.
4.)
Observasi perdarahan terus menerus dari tempat tusukan.
Rasional : Perdarahan dapat terjadi
dengan mudah karena kerapuhan kapiler/gangguan pembekuan darah dan dapat
memperburuk anemia.
5.)
Berikan obat-obatan sesuai indikasi
Rasional : Berguna untuk
memperbaiki gejala sesuai dengan indikasi penyakit.
c.
Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan
fisiologis, akumulasi toksin (urea, amonia).
Tujuan : Proses
pikir tidak berubah/meningkat.
Kriteria hasil :
-
Meningkatkan tingkat mental biasanya.
-
Mengidentifikasi cara untuk mengkompensasi gangguan
kognitif/defisit memori.
Intervensi :
1.)
Kaji luasnya gangguan kemampuan berfikir, memori, dan
orientasi
Rasional : Efek sindrom uremik
dapat terjadi dengan kekacauan/peka minor dan berkembang ke perubahan
kepribadian atau ketidakmampuan untuk mengasimilasi informasi dan
berpartisipasi dalam perawatan.
2.)
Pastikan dari orang terdekat, tingkat mental pasien
biasanya.
Rasional : Memberikan perbandingan
untuk mengevaluasi perkembangan/perbaikan gangguan.
3.)
Berikan orang terdekat informasi tentang status pasien.
Rasional : Beberapa perbaikan dalam
mental mungkin diharapkan dengan perbaikan kadar BUN, elektrolit dan pH serum
yang lebih normal.
4.)
Berikan lingkungan tenang dan izinkan menggunakan televisi,
radio dan kunjungan.
Rasional : Meminimalkan rangsangan
lingkungan untuk menurunkan kelebihan sensori/peningkatan kekacauan saat
mencegah deprivasi sensori.
5.)
Orientasikan kembali terhadap lingkungan, orang dan
sebagainya.
Rasional : Memberikan petunjuk untuk
membantu dalam pengenalan kenyataan.
d.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan
status metabolik, sirkulasi dan sensasi.
Tujuan : Tidak
terjadi kerusakan integritas kulit.
Kriteria hasil :
-
Mempertahankan kulit utuh
-
Menunjukkan prilaku/teknik untuk mencegah kerusakan/cedera
kulit.
Intervensi :
1.)
Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskular.
Rasional : Menandakan area
sirkulasi buruk/kerusakan yang dapat menimbulkan pembentukan dekubitus/infeksi.
2.)
Ubah posisi dengan sering; gerakkan pasien dengan perlahan.
Rasional : Jaringan edema lebih
cenderung rusak/robek.
3.)
Berikan perawatan kulit
Rasional : Soda kue, mandi dengan
tepung menurunkan gatal dan mengurangi pengeringan dari pada sabun. Losion dan
salep mungkin diinginkan untuk menghilangkan kering.
4.)
Anjurkan menggunakan pakaian katun longgar.
Rasional : Mencegah iritasi dermal
langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit.
5.)
Berikan matras busa/flotasi.
Rasional : Menurunkan tekanan lama
pada jaringan, yang dapat membatasi perfusi selular yang menyebabkan iskemia.
e.
Resiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral
berhubungan dengan kurang/penurunan salivasi, pembatasan cairan.
Tujuan : Tidak ada
kerusakan membran mukosa oral.
Kriteria hasil :
-
Mempertahankan integritas membran mukosa.
-
Mengidentifikasi/melakukan intervensi khusus untuk
meningkatkan kesehatan mukosa oral.
Intervensi :
1.)
Inspeksi rongga mulut; perhatikan kelembaban, karakter
saliva, adanya inflamasi, ulserasi, leukoplakia.
Rasional : Memberikan kesempatan
untuk intervensi segera dan mencegah infeksi.
2.)
Berikan cairan sepanjang 24 jam dalam batas yang
ditentukan.
Rasional : Mencegah kekeringan
mulut berlebihan dari periode lama tanpa masukan oral.
3.)
Berikan perawatan mulut sering/cuci dengan larutan asam
asetik 25%.
Rasional : Membran mukosa dapat
menjadi kering dan pecah-pecah. Perawatan mulut menyejukkan, melumasi, dan
membantu menyegarkan rasa mulut, yang sering tak menyenangkan karena uremia.
4.)
Anjurkan hygiene yang baik setelah makan dan pada saat
tidur.
Rasional : Menurunkan pertumbuhan
bakteri dan potensial terhadap infeksi.
5.)
Anjurkan pasien menghentikan merokok dan menghindari
produk/pencuci mulut yang mengandung alkohol.
Rasional : Bahan ini mengiritasi
mukosa dan mempunyai efek mengeringkan, menimbulkan ketidaknyamanan.
f.
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat informasi.
Tujuan :
Pengetahuan klien meningkat.
Kriteria hasil :
-
Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan
pengobatan.
-
Melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan menjelaskan
alasan untuk tindakan.
-
Menunjukkan/melakukan perubahan pola hidup yang perlu.
-
Berpartisipasi dalam program pengobatan.
Intervensi :
1.)
Kaji ulang proses penyakit/prognosis dan kemungkinan yang
akan dialami.
Rasional : Memberikan dasar
pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
2.)
Kaji ulang pembatasan diet.
Rasional : Pembatasan fosfat
merangsang kelenjar paratiroid untuk pergeseran kalsium dari tulang.
3.)
Diskusikan terapi obat.
Rasional : Mencegah komplikasi
serius, contoh penurunan absorpsi fosfat dari traktus GI dan pengiriman kalsium untuk
mempertahankan kadar normal serum.
4.)
Buat program latihan rutin, dalam kemampuan individu;
menyelingi periode istirahat dengan aktivitas.
Rasional : Membantu dan
mempertahankan tonus otot dan kelenturan sendi.
5.)
Identifikasi tanda/gejala yang memerlukan intervensi medik.
Rasional : Memudahkan dalam
mencegah terjadinya komplikasi dan mencari pertolongan medis.
g.
Ketidakpatuhan berhubungan dengan sistem nilai pasien,
perubahan mental.
Tujuan :
Mematuhi/kooperatif terhadap program pengobatan
Kriteria hasil :
-
Menyatakan pengetahuan akurat tentang penyakit dan
pemahaman program terapi.
-
Berpartisipasi dalam membuat tujuan dan rencana pengobatan
-
Membuat pilihan pada tingkat kesiapan berdasarkan informasi
yang akurat.
Intervensi :
1.)
Yakinkan persepsi/pemahaman pasien/orang terdekat terhadap
situasi dan konsekuensi perilaku.
Rasional : Memberikan kesadaran
bagaimana pasien memandang penyakitnya sendiri dan program pengobatan dan
membantu dalam memahami masalah pasien.
2.)
Tentukan sistem nilai.
Rasional : Program terapi mungkin
tidak sesuai dengan pola hidup sosial/budaya, dan rasa tanggung jawab/peran
pasien.
3.)
Dengarkan/mendengar dengan aktif pada keluhan/pernyataan
pasien.
Rasional : Menyampaikan pesan
masalah, keyakinan pada kemampuan individu dan mengatasi situasi dalam cara
positif.
4.)
Identifikasi prilaku yang mengindikasikan kegagalam untuk
mengikuti program pengobatan.
Rasional : Dapat memberikan
informasi tentang alasan kurangnya kerja sama dan memperjelas area yang
memerlukan pemecahan masalah.
5.)
Kaji tingkat ansietas, kemampuan kontrol, perasaan tak
berdaya.
Rasional : Tingkat ansietas berat
mempengaruhi kemampuan pasien mengatasi situasi.
3.
Pelaksanaan
Pelaksanaan
adalah perwujudan dari rencana keperawatan yang meliputi tindakan-tindakan yang
direncanakan oleh perawat.
Dalam
melaksanakan proses keperawatan harus kerjasama dengan tim kesehatan-kesehatan
yang lain keluarga klien dan dengan klien sendiri, yang meliputi 3 hal :
a.
Melaksanakan
tindakan keperawatan dengan memperhatikan kode etik dengan standar praktek dan
sumber-sumber yang ada.
b.
Mengidentifikasi
respon klien.
c.
Mendokumentasikan/mengevaluasi
pelaksanaan tindakan keperawatan dan respon pasien.
Faktor-faktor
yang perlu diperhatikan :
-
Kebutuhan
klien.
-
Dasar
dari tindakan.
-
Kemampuan
perseorangan dan keahlian/keterampilan dari perawat.
-
Sumber-sumber
dari keluarga dan klien sendiri.
-
Sumber-sumber
dari instansi.
4.
Evaluasi
Pada tahap akhir dari proses
keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan yang diberikan
untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai. Evaluasi yang
merupakan proses terus menerus, diperlukan untuk menentukan seberapa baik
rencana perawatan yang dilaksanakan.
Evaluasi merupakan proses yang
interaktif dan kontinu, karena setiap tindakan keperawatan dilakukan, respon
pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan
kemudian berdasarkan respon pasien, revisi intervensi keperawatan/hasil pasien
yang mungkin diperlukan.
No comments:
Post a Comment