Tuesday 8 January 2013

Kista ovarium by junaedy bonggaupa



Kista daerah rahim 
Kista daerah rahim biasanya adalah kista ovarium. Kista ovarium adalah suatu bentuk neoplasma pada ovarium yang bersifat jinak, memiliki struktur dinding yang tipis, mengandung cairan serosa dan sering terjadi selama menopause (Sarwono Prawirohardjo, hal : 346).
1.      Etiologi
Penyebab kista ovarium, belum diketahui pasti, mungkin berasal dari :
2.1.    Usia lebih dari 45 tahun dan nullipara
2.2.    Ovulasi yang lebih dari 40 tahun dan menopause yang lambat.
2.3.    Ada riwayat kanker ovarium dalam keluarga khususnya saudara perempuan dan ipar.
2.4.    Kehamilan pertama setelah berusia lebih dari 30 tahun (Price Wilson, hal 1139).
2.      Insiden
Insiden terjadinya kista ovarium sekitar 98% dari yang terjadi pada wanita yang berusia 29 tahun dan yang lebih mudah adalah jinak. Setelah usia 50 tahun, hanya 50 % yang jinak (Smeltzer Bare, dkk, hal 1556).

3.      Anatomi dan fisiologi
4.1.    Genetalia Eksterna
4.1.1.       Mons veneris/pubis
Bagian yang menonjol diatas symfisis dan terdiri dari jaringan lemak.
4.1.2.      Labia mayora
Berbentuk lonjong dan menonjol, terdiri dari jaringan lemak ke bawah dan ke belakang kedua labia mayora bertemu membantuk komisura posterior.
4.1.3.      Labia minora
Lipatan tipis dari kulit sebelah dalam labia mayora.
4.1.4.      Klitoris
Tertutup oleh preputium klitoris, sebesar kacang ijo.
4.1.5.      Vulva
Membentuk lonjong, dibatasi di depan klitoris, kanan kiri oleh labia minora, dibelakang oleh perineum.
4.1.6.      Hymen
Berupa lapisan tipis dan menutupi sebagian besar introitus vagina. Bentuknya berbeda-beda dari bulan sabit sampai berbulan-bulan.


4.2.    Genetalia Interna
4.2.1.      Vagina
Suatu saluran maskula-membranosa yang menghubungkan uterus dengan vulva. Terletak antara kandung kencing dan rektum.
4.2.2.      Uterus
Berbentuk seperti buah advokat, sebesar telur ayam, terdiri dari 1) fundus uteri, 2) korpus uteri, 3) serviks uteri merupakan bagian uterus terbesar dan sebagai tempat janin berkembang.
4.2.3.      Tuba fallopi
Berjalan ke arah lateral, mulai dari kornu uteri kanan kiri. Terdiri dari 4 bagian :
4.2.3.1.      Pars interstisialis, bagian dalam dinding uterus.
4.2.3.2.      Pars ismika, bagian tengah tuba yang sempit.
4.2.3.3.      Pars ampularis : bagian yang terlebar dan sebagai tempat konsepsi terjadi.
4.2.3.4.      Infundibulum, bagian ujung tuba yang mempunyai fimbria, tuba fallopi berfungsi membawa ovum ke kavum uteri.
4.2.4.      Ovarium
Ada 2 kiri dan kanan. Terdiri dari bagian luar (korteks) yang mengandung folikel-folikel dan bagian dalam (medulla) yang berisi pembuluh darah, serabut saraf, dari pembuluh limfe ovarium berhubungan dengan uterus dengan ligamentum ovari prepium. Pembuluh darah ke ovarium adalah untuk produksi hormon dan ovulasi atau ikut serta mengatur haid (Ida Bagus Gede Manuaba, hal : 47).
4.      Patofisiologi
Ovarium merupakan tempat yang umum bagi kista, yang dapat merupakan pembesaran sederhana, konstituen ovarium normal, folikel  de graff atau korpus luteum, atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan abdomen dari epitelium ovarium (Smeltzer Bare, hal 1556).
5.      Manifestasi klinik
6.1.    Perubahan pola menstruasi normal (perdarahan menstruasi yang abnormal).
6.2.    Siklus menstruasi yang memanjang atau memendek.
6.3.    Tidak ada menstruasi atau menstruasi tidak teratur.
6.4.    Nyeri daerah pinggul (pubis) yang konstan dan sifatnya tumpul.
6.5.    Nyeri pinggul pada waktu bersenggama atau pada waktu berjalan/bergerak.
6.6.    Nyeri pinggul pada waktu menstruasi.
6.7.    Mual – muntah dan payudara tegang seperti gejala orang hamil.



6.8.    Infertilitas (tidak subur).
(http://cybermed.cbn.netid/konsul 2 asp ? Nomeract : 43 General Consultation)

6.9.    Rasa penuh dan tidak enak pada perut bila kista berukuran besar, gejala akut abdomen bila terjadi torsi tangkai kista, kadang-kadang kista ovari yang kecil tidak menunjukkan gejala apapun. (Price Wilson, hal : 1139).
6.      Test Diagnostik
Metode-metode yang dapat dilakukan dalam pembuatan diagnosis yang tepat, antara lain :
7.1.    Laparaskopis
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui atau melihat tumor, perdarahan, perubahan endometrial.
7.2.    Pap smear, displasia seluler kemungkinan/adanya kanker.
7.3.    Ultrasound dan scan CT membantu mengidentifikasi ukuran/lokasi massa.
7.4.    D & K dengan biopsi (endometrial/servikal) kemungkinan pemeriksaan histopatologi sel untuk menentukan adanya lokasi kanker.
7.5.    Tes Schiller (bercak serviks dengan iodion) berguna dalam identifikasi sel abnormal.


7.6.    Hitung darah lengkap; penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis, sementara penurunan Ht menduga kehilangan darah aktif. Peningkatan SDP dapat mengindikasikan proses inflamasi/infeksi (Marilynn Doenges, dkk, hal 243 – 244).
7.7.    USG (Ultrasonografi)
Dapat menentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium atau kandung kencing, apakah tumor kistik dan solid dapat pula dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas atau tidak.
7.8.    Foto rontgen
Pemeriksaan berguna untuk menunjukkan adanya hidrooraks.
7.      Penanganan medik
Pengobatan kista ovarium yang besar biasanya adalah pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, melalui tindakah bedah histerektomi totalis dan salfingo – ooforektomi bilateral (Marilynn Doenges, hal 744).
Jika ukuran lebih lebar kista dari 5 cm dan tampak terisi oleh cairan atau fisiologis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista.
Perawatan pascaoperatif setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah serupa perawatan setelah pembedahan abdomen, dengan satu pengecualian, penurunan tekanan intraabdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang komplikasi ini dapat dicegah sampai suatu tingkat dengan memberikan gurita abdomen yang ketat. (Smeltzer Bare, dkk, hal 1556).

No comments:

Post a Comment