pengertian Toksemia gravidarum (keracunan kehamilan)
Toksemia gravidarum (keracunan kehamilan) ialah segala penyakit
kehamilan dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria sampai pada
tahap terparah yaitu kejang yang terjadi pada
kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan. Dan
merupakan penyebab kematian terbesar pada ibu hamil.
1.
Etiologi Toksemia
Gravidarum
Etiologi toksemia
gravidarum sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Namun
terdapat beberapa faktor predisposisi yang utama yang menyebabkan terjadinya toksemia
gravidarum, antara lain :
a.
Nulliparitas, terutama usia ≤ 20 tahun dan kehamilan
yang langsung terjadi setelah perkawinan (Robillard P. Y, 1994).
b. Multipara dengan umur ≥ 35 tahun
c. Sejarah pernah menderita toksemia
gravidarum pada kehamilan sebelumnya
d. Riwayat adanya toksemia gravidarum
dalam keluarga
e. Janin multiple, diabetes melitus,
hydrops foetalis, mola hidatidosa, anti phospolipid antibodies dan infeksi
saluran kemih.
f. Riwayat penderita hipertensi dan penyakit
ginjal.
2. Klasifikasi Toksemia Gravidarum
Klasifikasi
toksemia gravidarum dibagi sebagai
berikut :
a. Toksemia gravidarum ringan
Toksemia gravidarum
ringan ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1). Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg, tetapi kurang
dari 160/110 mmHg
2). Proteinuria
≥ 300mg/24 jam, atau dipstik ≥ 1 + c
b. Toksemia gravidarum berat
Toksemia gravidarum
berat ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut (Sibai B. Masyarakat, 2003)
:
1). Tekanan
darah pasien dalam keadaan istirahat : sistolik ≥ 160 mmHg dan diastolik 110
mmHg
2). Proteinuria ≥ 5gr/24 jam, atau dipstik ≥ 2
+ c
3). Oligourie < 500 ml/24 jam
4). Serum kreatinin meningkat
5). Oedema paru atau sianosis
3. Patogenesis Toksemia
Gravidarum
Empat
hipotesa yang mendasari patogenesa dari toksemia
gravidarum (Dekker G. A., Sibai B. M., 1998) yaitu sebagai
berikut :
a. Iskemia plasenta
Peningkatan
deportasi sel tropoblas yang akan menyebabkan kegagalan invasi ke arteri
sperialis dan akan menyebabkan iskemia pada plasenta.
b. Mal adaptasi imun
Terjadinya mal adptasi imun
dapat menyebabkan dangkalnya invasi sel tropoblas pada arteri spinalis. Dan
terjadinya disfungsi endotel dipicu oleh pembentukan sitokin, enzim proteolitik
dan radikal bebas.
c. Genetik inprenting
Terjadinya toksemia
gravidarum mungkin didasarkan pada
gen resesif tunggal atau gen dominan dengan penetrasi yang tidak sempurna. Penetrasi
mungkin tergantung pada genotip janin.
d.
Perbandingan very low density lipoprotein (VLDL) dan
toxisity preventing activity (TxPA)
Sebagai kompensasi untuk peningkatan energi selama kehamilan, asam lemak
non-esterifikasi akan dimobilisasi. Pada wanita hamil dengan kadar albumin yang
rendah. Pengangkatan kelebihan asam lemak non-esterifikasi ke dalam hepar akan
menurunkan aktifitas antitoksik albumin sampai titik dimana VLDL
terekspresikan. Jika kadar VLDL melebihi TxPA maka efek toksik dari VLDL akan
muncul.
4. Komplikasi Toksemia
Gravidarum
Toksemia gravidarum dapat menyebabkan gangguan kehamilan, baik terhadap ibu maupun janinnya.
Sehingga hal inilah yang membuat penyakit ini menimbulkan masalah utama pada
kehamilan.
Komplikasi
pada ibu antara lain adalah abrupsio plasenta dengan koagulopati intravaskuler,
solusio plasenta, insufisiensi ginjal/gagal ginjal akut, hipofibrinogenemia,
hemolisis, elevated liver enzim, low platelet count (sindrom Hellp), kelainan
mata, edema paru, kelainan hati, eklamsia, perdarahan cerebral dan kematian.
Komplikasi
pada janin antara lain adalah abortus, kelahiran prematur, gangguan atau
hambatan pertumbuhan janin intrauterin, atau pertumbuhan janin terhambat (PJT)
dan kematian janin dalam rahim (KJDR).
5. Pencegahan Toksemia
Gravidarum
Pencegahan toksemia gravidarum perlu dilakukan agar tidak
bertambah parah yang dapat membahayakan keadaan ibu dan janinnya, beberapa hal
yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu
serta teliti, mengenali tanda-tanda sedini mungkin (toksemia gravidarum ringan), lalu diberikan
pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat.
b. Harus selalu waspada terhadap kemungkinan
terjadinya toksemia gravidarum kalau
ada faktor-faktor predeposisi.
c. Penerangan tentang manfaat istirahat dan
diet berguna dalam pencegahan.
d. Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada
kehamilan 37 minggu ke atas apabila setelah dirawat tanda-tanda toksemia gravidarum tidak juga dapat di
hilangkan.
6. Penanganan Toksemia Gravidarum
Penanganan
penderita toksemia gravidarum yang
definitif adalah segera melahirkan bayi dan seluruh hasil konsepsi, tetapi
dalam pelaksanaannya kita harus mempertimbangkan keadaaan ibu dan janinnya,
antara lain umur kehamilan, proses perjalanan penyakit, dan seberapa jauh
keterlibatan organ (Sibai B. M, 2005).
Tujuan
penatalaksanaan toksemia gravidarum
adalah untuk melahirkan bayi yang cukup bulan dan dapat hidup di luar,
disamping itu mencegah komplikasi yang dapat diderita oleh ibu, mencegah
terjadinya kejang/eklamsia yang akan memperburuk keadaan ibu hamil.
Pengelolaan
toksemia gravidarum berat pada dasarnya,
sedapat mungkin harus mempertahankan sampai aterm. Pada persalinan aterm
persalinan pervaginam adalah yang terbaik bila dibandingkan dengan seksio
sesarea. Jika perjalanan penyakitnya memburuk dan dijumpai tanda-tanda impending
eklamsia, kehamilan harus segera diakhiri tanpa memandang umur
kehamilan. Disamping itu pemeriksaan terhadap kesejahteraan janin harus
dilakukan secara ketat. Biometri janin, biophisical profile janin harus
diperiksa 2 kali seminggu, bila keadaan janin memburuk terminasi kehamilan
harus segera dilakukan, tergantung dari keadaan janinnya apakah persalinan
dapat dilakukan pervaginam atau perabdominal.
Penderita toksemia gravidarum berat obat-obat yang diberi
untuk memperbaiki keadaan ibu dan janinnya adalah magnesium sulfat, anti
hipertensi dan kortiko steroid (dexamethasone atau betamethasone) untuk
pematangan paru.
No comments:
Post a Comment