Tuesday 19 November 2013

makalah Toksemia gravidarum atau keracunan kehamilan


pengertian Toksemia gravidarum (keracunan kehamilan)
Toksemia gravidarum (keracunan kehamilan) ialah segala penyakit kehamilan dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria sampai pada tahap terparah yaitu kejang yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan. Dan merupakan penyebab kematian terbesar pada ibu hamil.
1.      Etiologi Toksemia Gravidarum
Etiologi toksemia gravidarum sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Namun terdapat beberapa faktor predisposisi yang utama yang menyebabkan terjadinya toksemia gravidarum, antara lain :
a.       Nulliparitas, terutama usia ≤ 20 tahun dan kehamilan yang langsung terjadi setelah perkawinan (Robillard P. Y, 1994).
b.      Multipara dengan umur ≥ 35 tahun
c.       Sejarah pernah menderita toksemia gravidarum pada kehamilan sebelumnya
d.      Riwayat adanya toksemia gravidarum dalam keluarga
e.       Janin multiple, diabetes melitus, hydrops foetalis, mola hidatidosa, anti phospolipid antibodies dan infeksi saluran kemih.
f.       Riwayat penderita hipertensi dan penyakit ginjal.


2.      Klasifikasi Toksemia Gravidarum
Klasifikasi toksemia gravidarum dibagi sebagai berikut :
a.       Toksemia gravidarum ringan
Toksemia gravidarum ringan ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1).    Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg, tetapi kurang dari 160/110 mmHg
2).      Proteinuria ≥ 300mg/24 jam, atau dipstik ≥ 1 + c
b.      Toksemia gravidarum berat
Toksemia gravidarum berat ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut (Sibai B. Masyarakat, 2003) :
1).     Tekanan darah pasien dalam keadaan istirahat : sistolik ≥ 160 mmHg dan diastolik 110 mmHg
2).    Proteinuria ≥ 5gr/24 jam, atau dipstik ≥ 2 + c
3).    Oligourie < 500 ml/24 jam
4).    Serum kreatinin meningkat
5).    Oedema paru atau sianosis
3.      Patogenesis Toksemia Gravidarum
Empat hipotesa yang mendasari patogenesa dari toksemia gravidarum (Dekker G. A., Sibai B. M., 1998) yaitu sebagai berikut :
a.       Iskemia plasenta
Peningkatan deportasi sel tropoblas yang akan menyebabkan kegagalan invasi ke arteri sperialis dan akan menyebabkan iskemia pada plasenta.
b.      Mal adaptasi imun
Terjadinya mal adptasi imun dapat menyebabkan dangkalnya invasi sel tropoblas pada arteri spinalis. Dan terjadinya disfungsi endotel dipicu oleh pembentukan sitokin, enzim proteolitik dan radikal bebas.
c.       Genetik inprenting
Terjadinya toksemia gravidarum  mungkin didasarkan pada gen resesif tunggal atau gen dominan dengan penetrasi yang tidak sempurna. Penetrasi mungkin tergantung pada genotip janin.
d.      Perbandingan very low density lipoprotein (VLDL) dan toxisity preventing activity (TxPA)
Sebagai kompensasi untuk peningkatan energi selama kehamilan, asam lemak non-esterifikasi akan dimobilisasi. Pada wanita hamil dengan kadar albumin yang rendah. Pengangkatan kelebihan asam lemak   non-esterifikasi ke dalam hepar akan menurunkan aktifitas antitoksik albumin sampai titik dimana VLDL terekspresikan. Jika kadar VLDL melebihi TxPA maka efek toksik dari VLDL akan muncul.
4.      Komplikasi Toksemia Gravidarum
Toksemia gravidarum dapat menyebabkan gangguan kehamilan, baik terhadap ibu maupun janinnya. Sehingga hal inilah yang membuat penyakit ini menimbulkan masalah utama pada kehamilan.
Komplikasi pada ibu antara lain adalah abrupsio plasenta dengan koagulopati intravaskuler, solusio plasenta, insufisiensi ginjal/gagal ginjal akut, hipofibrinogenemia, hemolisis, elevated liver enzim, low platelet count (sindrom Hellp), kelainan mata, edema paru, kelainan hati, eklamsia, perdarahan cerebral dan kematian.
Komplikasi pada janin antara lain adalah abortus, kelahiran prematur, gangguan atau hambatan pertumbuhan janin intrauterin, atau pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan kematian janin dalam rahim (KJDR).
5.      Pencegahan Toksemia Gravidarum
Pencegahan toksemia gravidarum perlu dilakukan agar tidak bertambah parah yang dapat membahayakan keadaan ibu dan janinnya, beberapa hal yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
a.       Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti,  mengenali tanda-tanda sedini mungkin (toksemia gravidarum ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat.
b.      Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya toksemia gravidarum kalau ada faktor-faktor predeposisi.
c.       Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan.
d.      Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas apabila setelah dirawat tanda-tanda toksemia gravidarum tidak juga dapat di hilangkan.


6.      Penanganan Toksemia Gravidarum
Penanganan penderita toksemia gravidarum yang definitif adalah segera melahirkan bayi dan seluruh hasil konsepsi, tetapi dalam pelaksanaannya kita harus mempertimbangkan keadaaan ibu dan janinnya, antara lain umur kehamilan, proses perjalanan penyakit, dan seberapa jauh keterlibatan organ (Sibai B. M, 2005).
Tujuan penatalaksanaan toksemia gravidarum adalah untuk melahirkan bayi yang cukup bulan dan dapat hidup di luar, disamping itu mencegah komplikasi yang dapat diderita oleh ibu, mencegah terjadinya kejang/eklamsia yang akan memperburuk keadaan ibu hamil.
Pengelolaan toksemia gravidarum berat pada dasarnya, sedapat mungkin harus mempertahankan sampai aterm. Pada persalinan aterm persalinan pervaginam adalah yang terbaik bila dibandingkan dengan seksio sesarea. Jika perjalanan penyakitnya memburuk dan dijumpai tanda-tanda impending eklamsia, kehamilan harus segera diakhiri tanpa memandang umur kehamilan. Disamping itu pemeriksaan terhadap kesejahteraan janin harus dilakukan secara ketat. Biometri janin, biophisical profile janin harus diperiksa 2 kali seminggu, bila keadaan janin memburuk terminasi kehamilan harus segera dilakukan, tergantung dari keadaan janinnya apakah persalinan dapat dilakukan pervaginam atau perabdominal.
Penderita toksemia gravidarum berat obat-obat yang diberi untuk memperbaiki keadaan ibu dan janinnya adalah magnesium sulfat, anti hipertensi dan kortiko steroid (dexamethasone atau betamethasone) untuk pematangan paru.

No comments:

Post a Comment