Tuesday 23 August 2022

PENYEBAB (ETIOLOGI) BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) dan PENANGANAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

 

PENYEBAB (ETIOLOGI)  BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

 

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR.

PENYEBAB Kasus BBLR 


a.  Faktor ibu

1)  Penyakit

Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan, misalnya toxemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis. Selain itu penyakit lain seperti nefritis akut, infeksi akut.

2)  Usia Ibu

Angka kejadian tertinggi pada bayi BBLR adalah umur ibu Usia < 16 tahun dan usia > 35 tahun serta pada multigravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat.

3)  Keadaan Sosial

Keadaan ini sangat berperan sekali terhadap timbulnya BBLR. Hal ini disebabkan oleh gizi yang kurang baik dan antenatal care yang kurang serta golongan sosial ekonomi rendah dan perkawinan tidak sah.

b.    Faktor Janin

Faktor janin meliputi hydrammion, kehamilan yang multiple, kelainan kromosom, syphilis termasuk juga infeksi kronis.

c.  Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan meliputi tempat tinggal dataran tinggi, radiasi, zat-zat racun (Ika, 2010).

1.   Diagnosis

Dalam mendiagnosa bayi dengan BBLR maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah : perhitungan HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) dan penilaian secara klinis seperti BB, PB, lingkar dada, dan lingkar kepala.

a.    Sebelum bayi lahir

1)   Pada anamnese sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus, dan lahir mati.

2)   Pembesaran uterus tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.

3)   Pergerakan janin yang pertama (quickening) terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.

4)   Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut yang seharusnya.

5)   Sering dijumpai kehamilan dengan oligohigramnion atau bisa pula dengan hidramnion, hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan toksemia gravidarum atau perdarahan antepartum

(Atikah, 2010).

b.    Setelah bayi lahir

1)   Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin

Secara klasik tampak seperti bayi yang kelaparan. Tanda-tanda bayi ini adalah tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas, verniks caseosa sedikit atau tidak ada, kulit tipis, kering, berlipat-lipat, mudah diangkat, abdomen cekung atau rata, jaringan lemak bawah kulit sedikit, tali pusat tipis, lembek dan berwarna kehijauan.

2)   Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu.

Verniks kaseosa ada, jaringan lemak bawah kulit sedikit, tulang tengkorak lunak mudah bergerak, muka seperti boneka (doll-like). Abdomen buncit, tali pusat tebal dan segar, menangis lemah, tonus otot hipotoni, kulit tipis, merah dan transparan.

3)   Bayi small for date sama dengan bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin.

Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya karena itu sangat peka terhadap gangguan pernafasan, infeksi, trauma, kelahiran hipotermi, dan sebagainya. Pada bayi kecil untuk masa kehamilan (small for date) alat-alat tubuh lebih berkembang dibandingkan dengan bayi premature berat badan sama, karena itu akan lebih mudah hidup di luar rahim, namun tetap lebih peka terhadap infeksi dan hipotermi dibandingkan bayi matur dengan berat badan normal.

 

PENANGANAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

 

a.  Menjaga agar tubuh bayi tetap hangat sampai bayi menjadi lebih kuat dan beratnya menjadi normal.

b. Memberikan ASI secepatnya setelah lahir. ASI diberikan sebanyak mungkin dalam porsi sedikit-sedikit dan sering setiap bayi menginginkan dan sesuai kemampuan bayi.

c.  Membersihkan luka tali pusat dengan bersih dan teratur, tali pusat dibungkus dengan kasa steril.

d. Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi yang erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.

e.  Kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120-150 ml/kg/hari atau 100-2000 cal/kg/hari. Pemberian dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan bayi untuk segera mungkin mencukupi kebutuhan cairan/kalori

sumber (Saifuddin, A. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.  EGC : Jakarta)

 

No comments:

Post a Comment