Sunday 7 September 2014

Tugas makalah : Keperawatan Jiwa Isolasi sosial


asuhan keperawatan jiwa

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Manusia memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan baik, namun ada juga individu yang mengalami kesulitan untuk melakukan penyesuaian dengan persoalan yang dihadapi. mereka bahkan gagal melakukan koping yang sesuai tekanan yang dialami, atau mereka menggunakan koping yang negatife, koping yang tidak menyelesaikan persoalan dan tekanan tapi lebih pada menghindari atau mengingkari persoalan yang ada.
Kegagalan dalam memberikan koping yang sesuai dengan tekanan yang dialami dalam jangka panjang mengakibatkan individu mengalami berbagai macam gangguan mental. Gangguan Mental tersebut sangat bervariatif, tergantung dari berat ringannya sumber tekanan, perbedaan antar individu, dan latar belakang individu yang bersangkutan (Siswanto, 2007. Hal 69).
            Kepuasan hubungan dapat dicapai jika individu terlibat secara aktif dalam proses berhubungan. Peran serta yang tinggi dalam berhubungan disertai respon lingkungan yang positif akan meningkatkan rasa memiliki, kerja sama , hubungan timbal balik yang singkron. Peran serta dalam proses hubungan dapat berfluktuasi sepanjang rentang tergantung (dependent) dan mandiri (independent) artinya suatu saat individu tergantung pada orang lain dan suatu saat orang lain tergantung pada individu.
            Pemutusan proses hubungan terkait erat dengan ketidakmampuan individu terhadap proses hubungan yang disebabkan oleh kurangnya peran serta, respon lingkungan yang negatif. Kondisi ini dapat mengembangkan rasa tidak percaya dan keinginan untuk menghindar dari orang lain (tidak percaya pada orang lain)

BAB II
ISOLASI SOSIAL
A.KONSEP MEDIS
1.      Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain sekitarnya(Damaiyanti,2008)
Isolasi social juga merupakan kesepian yang dialami oleh individu dan dirasakan saat didorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai penyataan negative atau mengancam (Nanda-1, 20012)
Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang mengalami ketidak mampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau dilingkungan sekitarnya secara wajar. ( Mahnum,2011 ).
Definisi Isolasi sosial menurut Balitbang adalah suatu sikap dimana individu menghindari diri dari interaksi, kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan, serta mengalami kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian
Sikap ini merupakan suatu sikap yang baik terhadap diri sendiri, yaitu tidak merasakan harga diri yang rendah, tidak memiliki pemkiran negatif tentang kondisi kesehatan diri, dan selalu optimis terhadap kemampuan diri.  ( Farida dan Yudi, 2011).


2.      Etiologi
Bebagai factor dapat menimbulkan respon yang maladaptive. Menurut stusrt dan Sundeen (2007), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tenang penyebab gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal. Faktor yang mungkin mempengaruhi antara lain :
a.       Faktor Predisposisi
1)      Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Rasa ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini agar anak tidak merasa diperlakukan sebagai objek.
2)      Faktor social Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri  dari lingkungan merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga, seperti anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan social.
3)      Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarganya ada yang menderita skizofrenia. 
4)      Factor sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga seperti anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
b.      Factor Presipitasi
Stressor presipitasi terjadinya isolasi social dapat ditimbulkan oleh factor internal maupun eksternal, meliputi :
1)      Stressor sosial Budaya
Stressor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya penurunan stabilitas keluargaseperti perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan pasanhgan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat si rumah sakit atau dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi social.
2)      Stressor Biokimia
(a)    Teori dopamine : kelebihan dopamine pada mesokortikal dan mesolimbik serta traktus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia
(b)   Menurunnya MAO ( Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan meningkatkan dopamine dalam otak. Karena salah satu kegiatan MAO adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamine, maka menurunnya MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
(c)    Factor endokrin : jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada klien skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan karena dihambat.
3.      Tanda dan Gejala
Menurut Mustika Sari (2002), tanda dan gejala klien dengan isolasi social yaitu :
a.       Kurang spontan
b.      Apatis( acuh terhadap lingkungan)
c.       Ekspresi wajah kurang berseri, sedih atau efek tumpul.
d.      Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan keberhasilan diri.
e.       Tidak ada atau kurang komunikasiverbal.
f.       Mengisolasi diri.
g.      Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
h.      Masukan makanan dan minuman terganggu
i.        Retensi urine dan feces
j.        Aktivitas menurun
k.      Kurang energy (tenaga)
l.        Rendah diri
m.    Postur tubuh berubah, sikap janin.
4.      Proses terjadinya

Pattern  of parenting (Pola asuh keluarga)
Ineffective coping (koping individu tidak efektif)
Lack of development task (ganggunan tugas perkebangan)
Stressor internal and external( stress internal dan eksternal)
Misal: pada anak yang yang kelahirannya tidak dikehendaki (unwanted child) akibat kegagalan KB, hamil diluar nikah, jenis kelamin yang tidak diinginkan, bentuk fisik kurang menawan menyababkan keluarga mengeluarkan komentar-komentar negatif, merendahkan, menyalahkan anak
Misal: saat individu mengahadapai kegagalan menyalahkan orang lain, ketidak berdataan, menyangkal tidak mampu menghadapi kenyataan dan menarik diri dari lingkungan, terlalu tingginya self ideal dan tidak mampu menerima realitas dengan rasa syukur.
Misal: kegagalan menjalin hubungan intim dengan sesame jenis atau lawan jenis, tidak mampu mandiri dan menyelesaikan tugas, bekerja, bergaul, sekolah, menyebabkan ketergantungan pada orang tua, rendahnya ketahanan terhadapa berbagai kegagalan.
Misal: stress terjadi akibat ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas terjadi akibat berpisah dengan orang terdekat, hilangnya pekerjaan atau orang yang dicintai.
                                     

Harga diri
Rendah kronis

                                                                       
ISOLASI SOSIAL



5.      Rentang Respon
Manusia sebagai makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal yang positif. Hubungan interpersonal yang sehat terjadi jika individu yang terlibat saling merasakan kedekatan sementara identitas pribadi tetap dipertahankan. Individu juga harus membina hubungan saling tergatung yang merupakan keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan.





   Respon adaptif                                                            respon   maladaptif
                                                                                                                       
  Menyendiri(solitude)      Kesepian         Manipulasi                                                                                            Otonomi                                        Menarik diri                                Impulsif
Kebersamaan                                Ketergantungan                         Narsisisme                   
               Saling ketergantungan   
Respon adaptif adalah suatu respon individu dalam menyesuaikan masalah yang masih dapat di terima oleh norma - norma social dan budaya yang umum berlaku, respon ini meliputi:
a.       Menyendiri (solitude) merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk     merenungkan apa yang telah di lakukan di lingkungan sosialnya dan juga suatu cara mengevaluasi diri untuk melakukan langkah- langkah selanjutnya.
b.      Otonomi merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan social.
c.       Kebersamaan merupakan suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu mampu untuk saling memberi dan menerima.
d.      Saling ketergantungan merupakan suatu hubungan saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam rangka membina hubungan interpersonal.
Respon maladaptive adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma – norma social dan budaya respon ini meliputi:
a.       Manipulasi, pada gangguan hubungan social jenis ini orang lain di jadikan sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri atau tujuan, bukan pada orang lain.
b.      Impulsif, individu inpulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman dan tidak dapat diandalkan.
c.       Narkisisme, pada individu narkisisme terdapat harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosentris, pencemburuan, marah jika orang lain tidak mendukung.
6.      Mekanisme koping
Individu yang mengalami respon sosial maladaptive menggunakan berbagai mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik :
1)      Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian antisocial
a)      Proyeksi
b)      Splitting
c)       Merendahkan orang lain
2)      Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian ambang
a)      Splitting
b)      Formasi reaksi
c)      Proyeksi
d)     Isolasi
e)      Idealisasi orang lain
f)       Merendahkan orang lain
g)      Identifikasi proyektif.
7.      Perilaku
Adapun perilaku yang biasa muncul pada isolas sosial berupa kurang spontan, apatis ( kurang acuh terhadap lingkungan).ekspresi wajah kurang berseri (ekspresi sedih ), afek tumpul. Tidak merawat danmemperhatikan kebersihan diri, komunikasi verbal menurun atau tidak ada, klien bercakap-cakap dengan klien lain atau dengan perawat, mengisolasi diri ( menyendiri). Klien tampak memisahkan diei dari orang lain, tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar. Pemasukan makanan dan minuman terganggu,retensi urine dan feses, aktivitas menurun, kurang energi (tenaga), harga diri rendah, posisi janinsaat tidur, menolak hubungan denganorang lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
8.      Penatalaksanaan
Penatalaksaan pada penderita gangguan jiwa dibagi dalam beberapa      bentuk:
a.          Suasana teraphy (Lingkungan terapeutik)
Yang dimaksud suasana teraphy adalah suasana yang di ciptakan oleh dokter atau perawat dengan klien yang dapat membantu proses penyembuhan klien. Dalam teori keperawatan jiwa hal ini lebih di kenal dengan menciptakan hubungan saling percaya antara perawat dengan klien.
b. Farmakoteraphy.
            Farmakoteraphy Adalah bentuk penatalaksanaan penderita gangguan jiwa dengan pemberian obat-obatan Anti Psikotik. Pengobatan ini di harapkan mampu memperbaiki keadaan somatis atau biologis tubuh yang berhubungan dengan perubahan perilaku . penggunaan obat-obatan anti psikotik dapat mempengaruhi keseimbangan Neurotransmitter pada sistem embolik otak sehingga efek gangguan perilaku seperti halusinasi dan Apatis dapat teratasi.
c. Psikoteraphy
            Psikoteraphy adalah suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional seorang pasien yang di lakukan oleh seorang yang terlatih dalam hubungan profesional secara sukarela, dengan maksud hendak menghilangkan, mengubah, atau menghambat gejala-gejala yang ada, mengoreksi perilaku yang terganggu, dan mengembangkan pertumbuhan kepribadian secara positif.
Psikoteraphy dilakukan dengan pemberian support kepeda klien untuk meningkatkan aspek positif diri.
Pada penderita gangguan jiwa dengan perilaku isolasi sosial, bentuk psikoterapy dalam keperawatan yang paling efektif di gunakan adalah terapi aktivitas kelompok dengan sosialisasi.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan masalah klien. Data yang di kumpulkan meliputi data biologis, psikologis, social, dan spiritual. Hal-hal yang perlu dikaji pada klien menarik diri adalah biodata klien, alasan masuk, keluhan utama, factor predisposisi, status mental, factor-faktor psikososial serta mekanisme koping yang sering di gunakan. ( Budi Anna Keliat, 2007)
Pengkajian merupakan pengumpulan data subjektif dan objektif secara sistematis untuk menentukan tindakan keperawatan bagi individu, keluarga dan komunitas ( Craven& Hirlnle, Dalam Keliat 2009).
a)      Data yang perlu dikaji
Ø  Faktor predisposisi: penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis
Ø  Faktor presipitasi
Ø  Penilaian stressor
Ø  Sumber koping
Ø  Mekanisme koping
Ø  Perilaku
Adapun data yang perlu dikaji dapat dikelompokan menjadi 2 macam yaitu:
Ø  Data objektif, yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
Ø  Data subjektif, yaitu dats yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga. Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien dan keluarga.

2. Pohon Masalah 
Gangguan sensori/persepsi: halusinasi

 
Efek


Isolasi soasial
Masalah utama
Gangguan konsep diri : menarik diri
 



Penyebab        





3. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul, klien dengan gangguan isolasi sosial: menarik diri menurut ( Iyus Yosep, S.kp. M.SI)
a.       Isolasi sosial
b.      Harga diri rendah kronis
c.       Defisit perawatan diri
3.    Intervensi Keperawatan
Intervensi/ perencanaan adalah penetapan instervensi keperawatan yang harus dilakukan untuk membantu klien dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan
a.       Rencana Keperawatan
Diagnosa I: Isolasi social
TUM:
Klien mampu berinteraksi dengan orang lain.
TUK:
1). Bina hubungan saling percaya dengan  mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik.
2). Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang berasal dari
a)      Diri sendiri
b)      Orang
c)      Lingkungan
3). kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan
4). Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain.
5)      kan klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan  orang lain.
INTERVENSI:
1). Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik.
a)   Sapa klien dengan ramah baik   verbal maupun non verbal
b). Perkenalkan diri dengan sopan, tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang di sukai.
c).  Jelaskan tujuan pertemuan
d).  Jujur dan menempati janji
e) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
f). Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien 
2). Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang berasal dari
·         Diri sendiri
·         Orang
·         Lingkungan
a). Berikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan persaan penyebab menarik diri dan tidak mau bergaul
b). Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda tanda  serta penyebab munculnya.
c). Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya .
3). Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan
a). Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
b). Diskusikanbersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.
c).  Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
4). Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain .
a). Anjurkan klien untuk berhubungan dengan orang lain melelui tahap:
·         K. P
·         K. P.P lain
·         K. P.P lain-K lain
·         K. Kelg. Kelp. Masy.
b). Beri reinforcement terhadap   keberhasilan yang telah di capai 
c). Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang lain.
d). Diskusikan jadwal harian yang dapat di lakukan bersama klien dalam mengisi waktu.
e). Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan.
f). Beri reinforcement atas ke ikutsertaan klien dalam kegiatan ruangan.
5). Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan  orang lain.
a)Diskusikan dengan klien tentang perasaan, manfaat berhubungan dengan orang lain.
b)      Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaannya tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.
6). Bina hubungan saling percaya dengan  keluarga klien 
·         Salam perkenalan diri
·         Sampaikan tujuan
·         Buat kontrak
·      Eksplorasi perasaan keluarga
a).  Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
1)      Perilaku menarik diri
2)      Penyebab perilaku menarik diri
3)      Akibat yang akan terjadi jika perilaku menarik diri tidak di tanggapi.
4)      Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
b). Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal 1 kali seminggu
c). Beri reinforcement positif atas hal– hal yang telah dicapai keluarga .
7). Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi, dan manfaat obat.
a). Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya.
b). Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping obat yang dirasakan.
c). Diskusikan akibat berhenti   konsumsi minum obat – obat tanpa konsultasi.
d). Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
Diagnosa 2: Harga Diri Rendah
TUM:
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
TUK:
1)      Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang di miliki.
2)      Klien dapat menilai kemampuan yang di gunakan
3)      Klien dapat menetapkan kegiatan sesuai kemampuan yang di miliki.
4)      Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
5)      Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada .
a). Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan Harga Diri Rendah.
b). Bantu kelluarga memberi dukungan selama klien di rawat .
c). Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
                 INTERVENSI
1). Klien dapat mengidentifkasi kemampuan dan aspek positif yang di miliki.
a).  Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
b). Berikan reinforcement atas kemampuan untuk mengungkapkan      kemampuannya.
2). Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
     a). Kaji kemampuan yang dimiliki klien .
3). Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
a). Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap  hari  sesuai dengan kemampuannya
·         Kegiatan mandiri
·         Kegiatan dengan bantuan klien sebagian
·         Kegiatan yang membutuhkan bantuan total .
   b). Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
   c). Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
4). Klien dapat melaukan kegiatan sesuiai kondisi sakit dan kemampuannya.
a). Beri kesempatan kepada klien mencoba kegiatan yang telah di  rencanakannya
                        b). Beri pujian atas keberhasilan klien
                  5). Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada
 a). Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien yang Harga Diri  Rendah
b). Bantu keluarga memberi dukungan selama klien di rawat

Diagnosa 3: Defisit perawatan diri
TUM:
Klien dapat meningkatkan minat atau motivasinya dan mempertahankan kebersihan diri
TUK:
1)       Klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan
2)       Klien dapat melakukan keberihan diri dengan bantuan perawat
3)      Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri
4)      Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri
5)      Klien mendapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri .
INTERVENSI:
1). Klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan
a). Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan pengertian kebersihan dan tanda-tanda kebersihan
b). Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari lima tanda kebersihan diri.
c). Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien  terhadap hal-hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.
d).  Bantu klien mengungkapkan tentang kebersihan diri dan tujuan memelihara kebersihan diri
e). Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri.

2). Klien dapat melakukan keberihan diri dengan bantuan perawat
a). Motivasi klien untuk mandi.
b). Bimbing klien untuk mandi, beri kesempatan klien untuk mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar.
c). Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.
d). Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut.
e). Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk mengelolah fasilitas perawatan kebersihan seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.
f). Bekerja sama dengan keluarga untuk mengadakaan fasilitas kebersihan diri seperti odol, sikat gigi, sampo, sabun, pakaian ganti, dll.
3). Klien adapat melakkukan kebersihan perawatan diri secara mandiri.
a). Monitor klien dalam melaksanakan kebersihan diri secara teratur.
4). Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri
a). Beri reinforcement positif jika klien berhasil melakukan kebersihan diri.
5). klien mendapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri.
a). Jelaskan kepada klien tentang penyabab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri.
b). Diskusikan bersama keluarga tentang tindakan yang telah di lakukan klien selama di Rumah Sakit dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah di alami di Rumah Sakit.
c). Anjurkan keluarga untuk memutuskan stimulasi terhadap kemajuan yang telah di alami di Rumah Sakit.
b.      Rencana Keperawatan Berdasarkan Strategi Pelaksanaan

NO

PASIEN
SP1P

KELUARGA
SP1K
1


2




3

4.       



5.       
Mengidentifikasi penyebab isolasi social pasien.

Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan berinterakasi dengan orang lain


Berdiskusi dengan klien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain
Mengajarkan klien cara berkenalan dengan satu orang
Menganjurkan klien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian
Mendiskusikan masalah yang dirasakan kwluarga dalam merawat pasien.
Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi social yang dialami klien beserta proses terjadinya.
Menjelaskan cara-cara merawat klien dengan isolasi sosial

1.       



2.       

3.       





1.       

2.       


3.       

                           SP2P            
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

Memberikan kesempatan kepada klien mempraktikkan cara berkenalan dengan satu orang
Membantu klien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian


SP3P
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Memberikan kesempatan kepada klien mempraktekkan cara berkenalan dengan dua orang atau lebih
Menganjurkan klien memasukkan dalam kegiatan harian


SP2K
Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat klien dengan isolasi social
Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat langsung kepada klien dengan isolasi social





SP3K
Membantu keluarga membuat jadwal
Menjelaskan follow up setelah pulang






4.      Implementasi
Implementasi keperawatan dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan yang di telah tentukan 
5.      Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan ( Rini Utami Panjaitan, 2006). Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir.
S : merupakan respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Dapat diukur dengan menanyakan “bagaiman perasaan ibu setelah latihan yang telah diberikan?”
O : merupakan respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi prilaku klien pada saat tindakan dilakukan.Atau  menanyakan kembali apa yang telah diajarkan atau memberi umpan balik sesuai dengan hasil observasi.
A : adalah analisis ulang atas data subjektif atau objektif untuk menyimpulkan apakah maslah masi tetap atau muncul masalah baru atau ada data kontra indikasi dengan masalah yang ada. Dapat pula membandingkan hasil dengan tujuan.

P : merupakan perencanaan atau tindakan lanjud berdasarkan hasil analisis pada respon klien yang terdiri dari tindak lanjud klien dan tindak lanjud oleh perawat.


Pada Pemberian Asuhan Keperawatan klien dengan isolasi social,Hasil yang diharapkan :
Isolasi sosial Diagnosa 1:
a)      Pada klien
1)      Klien mengetahui penyebab menarik diri.
2)      Klien mengetahui keuntungan berhubungan dengan orang lain.
3)      Klien dapat menyebutkan kerugian bila tidak berhubungan dengan orang     lain.
4)      Klien mampu berinteraksi dengan orang lain.
b)      Pada keluarga
1)            Keluarga mampu berkomunikasi dengan klien secara terapeutik
2)      Keluarga mampu mengurangi penyebab klien menarik diri

Diagnosa 2: Harga Diri Rendah 
a)      Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
b)       Klien dapat mengidentifikasikan kemampuan dan aspek positif yang  dimiliki
c)       Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
d)     Klien dapat melaksanakan kegiatan sesui kondisi sakit dan  kemampuannya.
Diagnosa 3: defisit perawatan diri
a)      Pada klien
1)      Klien dapat meningkatkan minat mempertahankan kebersihan diri
2)      Klien dapat mengenal tenteng pentingnya kebersihan diri
3)      Klien dapat melaksanakan kebersihan diri dengan bantuan perawat
4)      Klien dapar melaksanakan kebersihan diri secara mandiri
5)      Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri

b)      Pada keluarga
1)      Keluarga membantu dalam meningkatkan kebersihan diri.
2)      Keluarga dapatr meningkatka sarana untuk kebersihan diri klien  

BAB III
KESIMPULAN
Pemutusan proses hubungan terkait erat dengan ketidakmampuan individu terhadap proses hubungan yang disebabkan oleh kurangnya peran serta, respon lingkungan yang negatif. Kondisi ini dapat mengembangkan rasa tidak percaya dan keinginan untuk menghindar dari orang lain (tidak percaya pada orang lain), sehingga muncullah isolasi sosial, dimana  Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain sekitarnya(Damaiyanti,2008)
Isolasi sosial disebabkan oleh berbagai fakor yang menimbulkan respon maladaptive, asuhan keperawatan yang diberikan bertujuan untuk menumbuhkan perasaan yang menyenangkan dalam hubungan interpersonal dan menetapkan serta memperhatikan perubahan yang telah dicapai dalam hubungan interpersonal antar pasien dan lingkungan.




 

 

No comments:

Post a Comment