ANTI DIURETIK
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Diuretik
adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan
urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua
menunjukkan jumlah pengeluaran zat- zat
terlarut dalam air.
Fungsi
utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem yang berarti mengubah keseimbangan cairan
sedemikian rupa sehingga volume
cairan ekstrasel menjadi normal.
Proses
diuresis dimulai dengan mengalirnya darah ke dalam glomeruli (gumpalan kapiler) yang terletak di bagian luar
ginjal (cortex). Dinding
glomeruli inilah yang bekerja sebagai saringan halus
yang secara pasif dapat dilintasi air,m garam dan glukosa. Ultrafiltrat yang diperoleh dari filtrasi
dan mengandung banyak air serta
elektrolit ditampung di wadah, yang mengelilingi setiap glomerulus seperti corong (kapsul Bowman) dan kemudian disalurkan ke pipa kecil. Di sini terjadi
penarikan kembali secara aktif dari air
dan komponen yang sangat penting bagi tubuh, seperti glukosa dan garam-garam antara lain ion Na+.
Zat-zat ini dikembalikan pada darah
melalui kapiler yang mengelilingi tubuli.sisanya
yang tak berguna seperti ”sampah” perombakan metabolisme-protein
(ureum) untuk sebagian besar tidak diserap kembali.Akhirnya
filtrat dari semua tubuli ditampung di suatu saluran
pengumpul (ductus coligens), di mana terutama berlangsung
penyerapan air kembali. Filtrat akhir disalurkan ke kandung kemih dan ditimbun sebagai urin.
Pengaruh diuretik terhadap ekskresi
zat terlarut penting artinya untuk
menentukan tempat kerja diuretik dan sekaligus untuk meramalkan akibat penggunaan suatu diuretik. Secara umum diuretik dapat dibagi menjadi dua
golongan besar, yaitu :
1) Diuretik
osmotik
2)
Penghambat mekanisme transport elektrolit di dalam tubuli ginjal
Obat yang dapat menghambat transport
elektrolit di tubuli ginjal adalah :
·
Penghambat
karbonik anhidrase
·
Benzotiadiazid
·
Diuretik
hemat kalium
·
Diuretik
kuat
. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana proses terjadinya diuretik
2. Bagamana cara penanganan pada
penyakit diuretic
3. Menjelaskan penggolongan obat anti
diuretik
TUJUAN
1. Mengetahui proses terjadinya
diuretik
2. Mengetahui cara penanganan pada penyakit diuretik
3. Mengetahui penggolongan obat anti
diuretik
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Proses
terjadinya diuretik
Obat-obat yang menyebabkan suatu
keadaan meningkatnya aliran urine disebut diuretic. Obat-obat ini merupakan
penghambat transport ion yang menurunkan reabsorpsi Na+ pada
bagian-bagian nefron yang berbeda. Akibatnya, Na+ dan ion lain Cl-
memasuki urine dalam jumlah banyak dibandingkan dengan keadaan normal
bersama-sama air, yang mengangkut secara pasif untuk mempertahankan
keseimbangan osmotik. Jadi, diuretik meningkatkan volume urine dan sering
mengubah pH-nya serta komposisi ion dan didala urine dan darah.
Pemakaian
diuretik sebagai terapi edema telah dimulai sejak abad ke-16 HgCl2 diperkenalkan
oleh Paracelcus sebagai diuretic. 1930 Swartz menemukan bahwa sulfanilamide
sebagai antimicrobial dapat juga digunakan untuk mengobati edema pada pasien payah jantung, yaitu dengan
meningkatkan ekskresi dari Na+. Diuretik modern semakin berkembangsejak
ditemukannya efek samping dari obat-obat anti mikroba yang mengakibatkan
perubahan komposisi dan output urine. Terkecuali spironolakton, diuretic
kebanyakan berkembang secara empiris tanpa mengetahui mekanisme system
transport spesifik di nephron.Diuretic adalah obat yang terbanyak diresepkan di
USA, cukup efektif, namun memiliki efek samping yang banyak pula.
Diuretik dapat dibagai menjadi 5 golongan
yaitu :
a. Diuretik osmotic
b. Diuretik golongan penghambat enzim
karbonik anhydrase
c. Diuretik golongan tiazid
d. Diuretik hemat kalium
e. Diuretik kuat
f. Xantin
Diuretik
ialah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin.Istilah diuresis
mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin
yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran (kehilangan)
zat-zat terlarut dan air.Fungsi utama diuretic adalah untuk memobilisasi cairan
udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume
cairan ekstrasel kembali menjadi normal.
Fungsi utama diuretic adalah untuk
memobalisasi cairan udem, yang berarti
mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel
kembali menjadi normal.
B. PENGOBATAN DENGAN DEURETIK
1.
INDIKASI
Deuretik
digunakan untuk menurunkan volume dan cairan interstisialdengan cara yang
meningkatkan ekskresi natrium klorida dan air. Bila deuretik diberikan secar
akut, akan terjadi kehilangan natrium lebih banyak daripada jumah natrium yang
masik dan makanan. Tetapi pada penggunaaan kronis akan dicapai keseimbangan,
sehingga natrium yang keluar sama dengan diet rendah garam.
2.
KEADAAN YANG
MEMERLUKAN DIURESIS CEPAT
Pada
udem paru, pemberian furosemid atau asam etakrinat IV dapat menyebabkan dieresis cepat.Perbaikan yang terjadi
sebagian mungkin disebabkan
oleh adanya perubahan hemodiamik yaitu perubahan
pada daya tamping vena (venous
capacintance); tetapi efek duresisnya
tetap diperlukan untuk mempertahnkan hasil tersebut.
ØUdem
Semua
diuretic dapat digunakan untuk keadaan udem.Seringkalii udem ini disertai
hiperaldonsteronisme dan karena itu penggunaan deeuretika cenderung disertai
kehilangan kalium. Penyebab utama uden adalah payah jantung ; penyebab lainnya
antara lain penyakit hati dan sindrom nefrotik. Pada semua keadaan ini harus
diusahakan meningkatkan kadar kalium dalam serumdengan pemberian suplemen
kalium atau dengan penggunaan bersama deuretik hemat kalium. Pada penderita
sirosis hati yang disertai asites dan udem, sebaiknya digunakan dahulu diuretic
hemat kalium, kemudian disusul dengan diuretic yang lebih kuat.Pada udem yang
disertai gagal ginjal penggunaan tiazid kurang bermanfaat, sebaliknya diuretic
kuat sangat bermanfaat.Dalam hal ini perlu dosis besar untuk mendapatkan efek
pada tubuli proksimal; furosemid lebih disukai dibandingkan dengan asam
etakrinat karena asam etakrinat lebih besar atotoksisitasnya.Diuretic hemat kalium sama sekali tidak boleh diberikan pada gagal ginjal,karena
ada bahaya terjadi karena hiperkalemia yang fatal.
Ø Hipertensi
Dasar
penggunaan diuretic pada hipertensi terutama karena efeknya terhadap
keseimbangan natrium dan terhadap resistensi perifer.Furosemid dan asam
etakrinat mempunyai natriuresus lebih kuat disbanding dengan tiazid; tetapi
keduanya tidak mempunyai efek fasedilatasi arteriol langsung seperti tiazid.
Oleh karena itu tiazid terpilih untuk pengobatan hipertensi berdasarkan
pertimbangan efektivitas maupun besarnya
biaya.
Ø
Diabetes
Insipidus
Diuretic
tiazid dapat mengurangi ekskresi air pada penderita diabetes insipidus mungkin
sekali melalui mekanisme konpensasi intrarenal
Ø Batu Ginjal
Tiazid
menurunkan ekskresi kalium dalam urin.Hal ini munkin sebagai akibat adanya
konpensasi intrarenal yang menyebabkan reabsorpsi kasium ditubuli proksimal bertambah
atau akibat adanya pengmambatan lamgsung sekresi kalsium.
Ø Hiperkalsemia
Furosemid
dosis tinggi yang diberikan secara IV (100 mg) dalam infuse larutan angaram
faal dapat menhambat reabsorpsi latihan, air dan kalsium di tubuli proksimal
sehingga digunakan untuk pengobatan hiperkalsemia.
Tabel, PENGGUNAAN KLINIK DIURETIK
Penyakit
|
Obat
|
Komentar/keterangan
|
Hipertensi
Payah jantung kronik kongestif
Udem paru akut
Sindrom nefrotik
Payah ginjal akut
Penyakit hati kronik
Udem otak
Hiperkalsemia
Batu ginjal
Diabetes insipidus
Open agle glaucoma
Acute angle closure glaucoma
|
Tiazid
Diuretic kuat (biasanya furosemid)
Diuretic hemat kalium
Tiazid
Diuretic kuat (furosemid)
Diuretic hemat kalium
Diuretic kuat (furosemid)
Tiazid atau diretik kuat bersama dengan
spironolakton
Manitol dan/atau furosemid
Spironolakton (sendiri atau bersama tiazid atau
diuretic kuat)
Diuretic osmotic
Furosemid
Tiazid
Tiazid
Asetazolamid
Diuretic osmotic atau asetazolamid
|
Merupakan pilihan utama step 1, pada sebagian besar
penderia
Digunakan bila terdapat gangguan fungsi ginjal atau
apabila diperlukan efek diuretic yang segera
Digunakan bersama tiazid atau diuretic kuat, bila
ada bahaya hipokalemia
Digunakan bila fungsi ginjal normal. Terutama
bermanfaat pada penderita deengan gangguan fungsi ginjal
Digunakan bersama tiazid atau diuretic kuat bila ada
bahaya hipokalemia.
Bila dieresis berhasil, volume cairan tubuh yang
hilang harus diganti dengan hati-hati
Diuretic kuat harus digunakan dengan hati-hati. Bila
ada gangguan funsi ginjal, jangan menggunakan spironolakton
Diberikan bersama infuse NaCL hipertonis
Disertai diet rendah garam
Penggunaan jangka panjang
Prabedah
|
3.
EFEK SAMPING
Ø Hipokalemia
Diuretik
dengan tempat kerja di segmen dilusi distal, ansa henle bagian asenden dari
tubuli proksimal dapat menyebabkan kehilangan kalium. Rasio kehilangan kalium
dan natrium lebih besar pada penggunaan tiazi dari pad furosemid, mungkin
karena furosemid tidak mempunyai aktivitas penghambat karbonak anhidrase.
Tetapi furosemid mempunyai efek natriuresis lebih kuat, sehingga biasanya akan
diikuti deplesi kalium.
Penggunaan tiazid dosis kecil pada hipertensi, misalnya dengan
klorotiazid 500 mg/hari atau klortaidon 25 mg/hari tidak akn banyak
mempengaruhi kadar kalium atau asam urat plasma. Tetapi dengan dosis lebih
besar pada pengobatan udem, perlu diadakan pemantauan kadar kalium dalam serum
Ø Hiperurisemia.
HampIr semua
diurretik menyebabkan peningkatan kadar asamurat dalam serum melalui pengaruh
langsung terhadap sekresi asam urat dan efek ini berbanding lurus dengan dosis
diuretic yang digunakan. Pada penggunaan diuretic dapat terjadi penyakit pirai,
baik pada orang normal maupun mereka yang rentan terhadap gout.Hiperurisemia dapat diperbaiki dengan
pemberian alopurinol atau probenesid
Ø Gangguan toleransi glukosa dan
diabetes.
Tiazid dan furosemid dapat menyebabkan
gangguan toleransi glukosa terutama pada penderita diabetes laten, sehingga
manifestasi diabetes. Mekanisme pasti penyebab keadaan ini belum jelaskarena
menyangkut berbagai macam faktor, antara lain berkurangnya sekresi inslin dari
pancreas , meningkatnya glikogenolisis dan berkurangnya glikogenesis. Bila
keadaan ini terjadi maka penggunaan diuretic harus dihentian.
Ø Hiperkalesemia.
Tiazid
dapat mengakibatkan peninggian kadar kalsium serum. Diuretic hemat kalium dapat
mengakibatkan hiperkalemia yang dapat merupakan komplikasi yang fatal. Oleh
karena itu obat golonga ini tidak boleh diberikan dengan dosis berlebihan dan
juga tidak boleh diberikan pada penderita gagal ginjal
Ø Sindrom udem idiopatik
Penggunaan
diuretic kuat pada keadaan ini kadang-kadang justru menyebabkan retensi garam
dan air. Dengan menghentikan pemberian diuretic, biasanya dalam waktu 5-10 hari
akan timbul dieresis
Ø Volume depletion
Pemberian
dieretik kuat pada penderita gagal jantung berat dapat mengaibatkan berkurangya
volume darah yang beredar secara akut.Dan ha ini ditandai dengan turunnya tekanan
darh, rasa lelah dan lemah. Biasanya dieresis jstru akan terjadi setela
pemberian diuretic dihentiakn.
Ø Hiponatremia\
hiponatremia
ringan yang sering kali terjadi tidak menimbulkan masalah. Hiponatremia mudah terjadi pada penggunaan furosemid dosis besar
bersama deuretik lain yang bekerja di tubuli distal; keadaan ini akan lebih
berat bila penderita juga dianjurkan pantang garam tetapi bebas minum air.
4.
INTERAKSI
Pada
penggunaan diuretic bersama obat-obat lain, hars selal dipikirkan adanya
interaksi yang mungkin terjadi.
Tabel ,Interaksi Klinis Yang Penting Pada
Penggunaaan Diuretik
Obat
|
Diuretik
|
Efek
|
Kortikosteroid
Aminoglikosid
Aminoglikosidsefalospori
Antikolvunsan
Diazoksid
Digitalis
Indometasin
Indometasin dan penghambat prostaglandin yang lain
Litium
Antikoagulan oral
Suplemen kalium
Suksinilkolin
Tetrasiklin
Tubokurarin
Vitamin D dan produk-produk kalsium
|
Tiazid
Diuretic kuat
Diuretic kuat
Diuretic kuat
Furosemid
Tiazid
Furosemid
Tiazid
Diuretic kuat
Triamteren, amilorid
Tiazid
Diuretic kuat
Tiazid
Tiazid (kemungkinan diuretik yang lain)
Diuretic hemat kalum
Diuretic kuat
Kemungkinan semua diuretic
Tiazid
Diuretic kuad
Tiazid
|
Meningkatkan hipokalemia
Menambah ototoksisitas
Menambah nefrotoksisitas
Menurunkan efek natriuretik
Hiperglikemia
Meningkatkan intoksikasi digitalis, bila terjadi
hipokalemai
Payah ginjal akut
Menurunkan efek natriuretik dan atau efek
antihipertensinya
Meningkatkan kadar litium dalam serum
Menurunkan efek koagulan akibat kosentrasi faktor-faktor
pembekuan
Hiperkalemia
Efek blockade saraf-otot meningkat
Meningkatkan azotemia pada penderita gagal ginjal
Blockade di lempeng saraf meningkat
hiperkalsemia
|
5.
MEKANISME KERJA
Kebanyakan bekerja dengan mengurangi
reabsorbsi natrium , sehingga pengeluarannya dengan kemih dan demikian juga
dari air diperbanyak. Obat-obat ini bekerja khusus dengan tubuli tetapi di
tempat-tempat yang berlainan, yakni :
1.
Tubuli proksimal
Disini lebih kurang 70% dari
ultrafitrat diserap kembali secara aktif dengan antara lain glukosa, ureum,
ion-ion Na+ dan Cl-. Filtrasii tidak berubah dan tetap
isotonic terhadap plasma.Diuretika
osmotic (mannitol, sorbitol, gliserol) bekerja di tempat ini dengan
mengurangi reabsorpsi Na+ dan air.
2.
Lengkung Henle (Henle;S Loop)
Di segmen ini lebih kurang 20% dari
Cl- diangkut secara aktif di sel-sel tubuli dengan disusul secara
pasif oleh Na+, tetapi tanpa air, sehingga filtrasi menjadi
hipotonik.Diuretika lengkungan (furosemida,
bumetamida dan etakrinat) bekerja terutama disini dengan merintangi transport
Cl-
3.
Tubuli distal bagian depan
Di ujung atas henle’s loop yang
terletak dalam kortex, Na+ di serap kembali secara aktif tanpa
penarikan air pula, sehingga filtrate menjadi lebih cair dan lebih hipotonik.Saluretikan (zat-zat thiazida ,
klortalidon, mefrusida dan klopamida) bekerja di tempat ini dengan merintangi
reabsorpsi Na+ dan Cl-
4.
Tubuli distal bagian belakang
Di sini Na+
diserap kembali secara aktif pula dan berlangsung penukaran dengan
ion-ion K+, H+ Dan NH4+ . Proses
ini dikendalikan oleh hormone anak ginjal aldosteron. Zat-zat penghemat kalium (spironolakton, triameteren, amilorida)
bekerja di semen ini dengan jalan mengurangi penukaran Na+ dengan K+
, dengan demikian mengakibatkan retensi kalium .
No comments:
Post a Comment