Friday 5 September 2014

MAKALAH FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI 2 ANTI DIURETIK




ANTI DIURETIK
   

BAB I
PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG
                        Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan          pembentukan urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian,      pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang             diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran zat-            zat terlarut dalam air.
            Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem yang          berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga        volume cairan ekstrasel menjadi normal.
            Proses diuresis dimulai dengan mengalirnya darah ke dalam           glomeruli (gumpalan kapiler) yang terletak di bagian luar ginjal             (cortex). Dinding glomeruli inilah yang bekerja sebagai saringan             halus yang secara pasif dapat dilintasi air,m garam dan glukosa.     Ultrafiltrat yang diperoleh dari filtrasi dan mengandung banyak air        serta elektrolit ditampung di wadah, yang mengelilingi setiap             glomerulus seperti corong (kapsul Bowman) dan kemudian disalurkan ke pipa kecil. Di sini terjadi penarikan kembali secara aktif dari air dan komponen yang sangat penting bagi tubuh, seperti             glukosa dan garam-garam antara lain ion Na+. Zat-zat ini       dikembalikan pada darah melalui kapiler yang mengelilingi   tubuli.sisanya yang tak berguna seperti ”sampah” perombakan             metabolisme-protein (ureum) untuk sebagian besar tidak diserap    kembali.Akhirnya filtrat dari semua tubuli ditampung di suatu             saluran pengumpul (ductus coligens), di mana terutama             berlangsung penyerapan air kembali. Filtrat akhir disalurkan ke       kandung kemih dan ditimbun sebagai urin.
            Pengaruh diuretik terhadap ekskresi zat terlarut penting artinya       untuk menentukan tempat kerja diuretik dan sekaligus untuk            meramalkan akibat penggunaan suatu diuretik. Secara umum             diuretik dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu :
                     1)    Diuretik osmotik
                     2)    Penghambat mekanisme transport elektrolit di dalam          tubuli ginjal
            Obat yang dapat menghambat transport elektrolit di tubuli ginjal       adalah :
·               Penghambat karbonik anhidrase
·               Benzotiadiazid
·               Diuretik hemat kalium
·               Diuretik kuat

 .   RUMUSAN MASALAH
1.    Bagaimana proses terjadinya diuretik
2.    Bagamana cara penanganan pada penyakit diuretic
3.    Menjelaskan penggolongan obat anti diuretik
   TUJUAN
1.    Mengetahui proses terjadinya diuretik
2.    Mengetahui  cara penanganan pada penyakit diuretik
3.    Mengetahui penggolongan obat anti diuretik

 BAB II
PEMBAHASAN
A.   Proses terjadinya diuretik
            Obat-obat yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urine disebut diuretic. Obat-obat ini merupakan penghambat transport ion yang menurunkan reabsorpsi Na+ pada bagian-bagian nefron yang berbeda. Akibatnya, Na+ dan ion lain Cl- memasuki urine dalam jumlah banyak dibandingkan dengan keadaan normal bersama-sama air, yang mengangkut secara pasif untuk mempertahankan keseimbangan osmotik. Jadi, diuretik meningkatkan volume urine dan sering mengubah pH-nya serta komposisi ion dan didala urine dan darah.
            Pemakaian diuretik sebagai terapi edema telah dimulai sejak abad ke-16 HgCl2 diperkenalkan oleh Paracelcus sebagai diuretic. 1930 Swartz menemukan bahwa sulfanilamide sebagai antimicrobial dapat juga digunakan untuk mengobati  edema pada pasien payah jantung, yaitu dengan meningkatkan ekskresi dari Na+. Diuretik modern semakin berkembangsejak ditemukannya efek samping dari obat-obat anti mikroba yang mengakibatkan perubahan komposisi dan output urine. Terkecuali spironolakton, diuretic kebanyakan berkembang secara empiris tanpa mengetahui mekanisme system transport spesifik di nephron.Diuretic adalah obat yang terbanyak diresepkan di USA, cukup efektif, namun memiliki efek samping yang banyak pula.
   Diuretik dapat dibagai menjadi 5 golongan yaitu :
a.    Diuretik osmotic
b.    Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhydrase
c.    Diuretik golongan tiazid
d.    Diuretik hemat kalium
e.    Diuretik kuat
f.     Xantin
            Diuretik ialah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin.Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dan air.Fungsi utama diuretic adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel kembali menjadi normal.
Fungsi utama diuretic adalah untuk memobalisasi cairan udem, yang  berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel kembali menjadi normal.



B.   PENGOBATAN DENGAN DEURETIK
1.      INDIKASI
      Deuretik digunakan untuk menurunkan volume dan cairan interstisialdengan cara yang meningkatkan ekskresi natrium klorida dan air. Bila deuretik diberikan secar akut, akan terjadi kehilangan natrium lebih banyak daripada jumah natrium yang masik dan makanan. Tetapi pada penggunaaan kronis akan dicapai keseimbangan, sehingga natrium yang keluar sama dengan diet rendah garam.
2.      KEADAAN YANG MEMERLUKAN DIURESIS CEPAT
                        Pada udem paru, pemberian furosemid atau asam etakrinat IV         dapat menyebabkan dieresis cepat.Perbaikan yang terjadi sebagian            mungkin disebabkan oleh adanya perubahan hemodiamik yaitu                   perubahan pada daya tamping vena (venous capacintance); tetapi efek duresisnya tetap diperlukan untuk mempertahnkan hasil tersebut.
ØUdem
              Semua diuretic dapat digunakan untuk keadaan udem.Seringkalii udem ini disertai hiperaldonsteronisme dan karena itu penggunaan deeuretika cenderung disertai kehilangan kalium. Penyebab utama uden adalah payah jantung ; penyebab lainnya antara lain penyakit hati dan sindrom nefrotik. Pada semua keadaan ini harus diusahakan meningkatkan kadar kalium dalam serumdengan pemberian suplemen kalium atau dengan penggunaan bersama deuretik hemat kalium. Pada penderita sirosis hati yang disertai asites dan udem, sebaiknya digunakan dahulu diuretic hemat kalium, kemudian disusul dengan diuretic yang lebih kuat.Pada udem yang disertai gagal ginjal penggunaan tiazid kurang bermanfaat, sebaliknya diuretic kuat sangat bermanfaat.Dalam hal ini perlu dosis besar untuk mendapatkan efek pada tubuli proksimal; furosemid lebih disukai dibandingkan dengan asam etakrinat karena asam etakrinat lebih besar atotoksisitasnya.Diuretic hemat kalium sama sekali tidak boleh diberikan pada gagal ginjal,karena ada bahaya terjadi karena hiperkalemia yang fatal.
Ø  Hipertensi
              Dasar penggunaan diuretic pada hipertensi terutama karena efeknya terhadap keseimbangan natrium dan terhadap resistensi perifer.Furosemid dan asam etakrinat mempunyai natriuresus lebih kuat disbanding dengan tiazid; tetapi keduanya tidak mempunyai efek fasedilatasi arteriol langsung seperti tiazid. Oleh karena itu tiazid terpilih untuk pengobatan hipertensi berdasarkan pertimbangan efektivitas maupun  besarnya biaya.
Ø  Diabetes Insipidus
              Diuretic tiazid dapat mengurangi ekskresi air pada penderita diabetes insipidus mungkin sekali melalui mekanisme konpensasi intrarenal
Ø  Batu Ginjal
              Tiazid menurunkan ekskresi kalium dalam urin.Hal ini munkin sebagai akibat adanya konpensasi intrarenal yang menyebabkan reabsorpsi kasium ditubuli proksimal bertambah atau akibat adanya pengmambatan lamgsung sekresi kalsium.
Ø  Hiperkalsemia
              Furosemid dosis tinggi yang diberikan secara IV (100 mg) dalam infuse larutan angaram faal dapat menhambat reabsorpsi latihan, air dan kalsium di tubuli proksimal sehingga digunakan untuk pengobatan hiperkalsemia. 





Tabel, PENGGUNAAN KLINIK DIURETIK
Penyakit
Obat
Komentar/keterangan
Hipertensi











Payah jantung kronik kongestif







Udem paru akut

Sindrom nefrotik



Payah ginjal akut




Penyakit hati kronik




Udem otak

Hiperkalsemia


Batu ginjal

Diabetes insipidus

Open agle glaucoma

Acute angle closure glaucoma
Tiazid



Diuretic kuat (biasanya furosemid)



Diuretic hemat kalium



Tiazid
Diuretic kuat (furosemid)




Diuretic hemat kalium



Diuretic kuat (furosemid)

Tiazid atau diretik kuat bersama dengan spironolakton

Manitol dan/atau furosemid

Spironolakton (sendiri atau bersama tiazid atau diuretic kuat)


Diuretic osmotic

Furosemid

Tiazid

Tiazid

Asetazolamid
Diuretic osmotic atau asetazolamid
Merupakan pilihan utama step 1, pada sebagian besar penderia

Digunakan bila terdapat gangguan fungsi ginjal atau apabila diperlukan efek diuretic yang segera

Digunakan bersama tiazid atau diuretic kuat, bila ada bahaya hipokalemia

Digunakan bila fungsi ginjal normal. Terutama bermanfaat pada penderita deengan gangguan fungsi ginjal

Digunakan bersama tiazid atau diuretic kuat bila ada bahaya hipokalemia.



Bila dieresis berhasil, volume cairan tubuh yang hilang harus diganti dengan hati-hati

Diuretic kuat harus digunakan dengan hati-hati. Bila ada gangguan funsi ginjal, jangan menggunakan spironolakton

Diberikan bersama infuse NaCL hipertonis



Disertai diet rendah garam

Penggunaan jangka panjang


Prabedah

3.      EFEK SAMPING
Ø  Hipokalemia
            Diuretik dengan tempat kerja di segmen dilusi distal, ansa henle bagian asenden dari tubuli proksimal dapat menyebabkan kehilangan kalium. Rasio kehilangan kalium dan natrium lebih besar pada penggunaan tiazi dari pad furosemid, mungkin karena furosemid tidak mempunyai aktivitas penghambat karbonak anhidrase. Tetapi furosemid mempunyai efek natriuresis lebih kuat, sehingga biasanya akan diikuti deplesi kalium. Penggunaan tiazid dosis kecil pada hipertensi, misalnya dengan klorotiazid 500 mg/hari atau klortaidon 25 mg/hari tidak akn banyak mempengaruhi kadar kalium atau asam urat plasma. Tetapi dengan dosis lebih besar pada pengobatan udem, perlu diadakan pemantauan kadar kalium dalam serum
Ø  Hiperurisemia.
            HampIr semua diurretik menyebabkan peningkatan kadar asamurat dalam serum melalui pengaruh langsung terhadap sekresi asam urat dan efek ini berbanding lurus dengan dosis diuretic yang digunakan. Pada penggunaan diuretic dapat terjadi penyakit pirai, baik pada orang normal maupun mereka yang rentan terhadap gout.Hiperurisemia dapat diperbaiki dengan pemberian alopurinol atau probenesid
Ø  Gangguan toleransi glukosa dan diabetes.
            Tiazid dan furosemid dapat menyebabkan gangguan toleransi glukosa terutama pada penderita diabetes laten, sehingga manifestasi diabetes. Mekanisme pasti penyebab keadaan ini belum jelaskarena menyangkut berbagai macam faktor, antara lain berkurangnya sekresi inslin dari pancreas , meningkatnya glikogenolisis dan berkurangnya glikogenesis. Bila keadaan ini terjadi maka penggunaan diuretic harus dihentian.
Ø  Hiperkalesemia.
            Tiazid dapat mengakibatkan peninggian kadar kalsium serum. Diuretic hemat kalium dapat mengakibatkan hiperkalemia yang dapat merupakan komplikasi yang fatal. Oleh karena itu obat golonga ini tidak boleh diberikan dengan dosis berlebihan dan juga tidak boleh diberikan pada penderita gagal ginjal
Ø  Sindrom udem idiopatik
            Penggunaan diuretic kuat pada keadaan ini kadang-kadang justru menyebabkan retensi garam dan air. Dengan menghentikan pemberian diuretic, biasanya dalam waktu 5-10 hari akan timbul dieresis
Ø  Volume depletion
            Pemberian dieretik kuat pada penderita gagal jantung berat dapat mengaibatkan berkurangya volume darah yang beredar secara akut.Dan ha ini ditandai dengan turunnya tekanan darh, rasa lelah dan lemah. Biasanya dieresis jstru akan terjadi setela pemberian diuretic dihentiakn.
Ø  Hiponatremia\
            hiponatremia ringan yang sering kali terjadi tidak menimbulkan masalah. Hiponatremia mudah terjadi pada penggunaan furosemid dosis besar bersama deuretik lain yang bekerja di tubuli distal; keadaan ini akan lebih berat bila penderita juga dianjurkan pantang garam tetapi bebas minum air.
4.      INTERAKSI
      Pada penggunaan diuretic bersama obat-obat lain, hars selal dipikirkan adanya interaksi yang mungkin terjadi.

Tabel ,Interaksi Klinis Yang Penting Pada Penggunaaan Diuretik
Obat
Diuretik
Efek
Kortikosteroid

Aminoglikosid
Aminoglikosidsefalospori
Antikolvunsan
Diazoksid

Digitalis

Indometasin
Indometasin dan penghambat prostaglandin yang lain
Litium

Antikoagulan oral


Suplemen kalium
Suksinilkolin

Tetrasiklin

Tubokurarin

Vitamin D dan produk-produk kalsium
Tiazid
Diuretic kuat
Diuretic kuat
Diuretic kuat
Furosemid
Tiazid
Furosemid
Tiazid
Diuretic kuat
Triamteren, amilorid
Tiazid
Diuretic kuat
Tiazid

Tiazid (kemungkinan diuretik yang lain)

Diuretic hemat kalum
Diuretic kuat

Kemungkinan semua diuretic

Tiazid
Diuretic kuad
Tiazid
Meningkatkan hipokalemia

Menambah ototoksisitas
Menambah nefrotoksisitas
Menurunkan efek natriuretik
Hiperglikemia

Meningkatkan intoksikasi digitalis, bila terjadi hipokalemai
Payah ginjal akut
Menurunkan efek natriuretik dan atau efek antihipertensinya
Meningkatkan kadar litium dalam serum
Menurunkan efek koagulan akibat kosentrasi faktor-faktor pembekuan
Hiperkalemia
Efek blockade saraf-otot meningkat
Meningkatkan azotemia pada penderita gagal ginjal
Blockade di lempeng saraf meningkat
hiperkalsemia
5.      MEKANISME KERJA
                  Kebanyakan bekerja dengan mengurangi reabsorbsi natrium , sehingga pengeluarannya dengan kemih dan demikian juga dari air diperbanyak. Obat-obat ini bekerja khusus dengan tubuli tetapi di tempat-tempat yang berlainan, yakni :
1.      Tubuli proksimal
            Disini lebih kurang 70% dari ultrafitrat diserap kembali secara aktif dengan antara lain glukosa, ureum, ion-ion Na+ dan Cl-. Filtrasii tidak berubah dan tetap isotonic terhadap plasma.Diuretika osmotic (mannitol, sorbitol, gliserol) bekerja di tempat ini dengan mengurangi reabsorpsi Na+ dan air.
2.      Lengkung Henle (Henle;S Loop)
            Di segmen ini lebih kurang 20% dari Cl- diangkut secara aktif di sel-sel tubuli dengan disusul secara pasif oleh Na+, tetapi tanpa air, sehingga filtrasi menjadi hipotonik.Diuretika lengkungan (furosemida, bumetamida dan etakrinat) bekerja terutama disini dengan merintangi transport Cl-
3.      Tubuli distal bagian depan
            Di ujung atas henle’s loop yang terletak dalam kortex, Na+ di serap kembali secara aktif tanpa penarikan air pula, sehingga filtrate menjadi lebih cair dan lebih hipotonik.Saluretikan (zat-zat thiazida , klortalidon, mefrusida dan klopamida) bekerja di tempat ini dengan merintangi reabsorpsi Na+ dan Cl-
4.      Tubuli distal bagian belakang
Di sini Na+ diserap kembali secara aktif pula dan berlangsung penukaran dengan ion-ion K+, H+ Dan NH4+ . Proses ini dikendalikan oleh hormone anak ginjal aldosteron. Zat-zat penghemat kalium (spironolakton, triameteren, amilorida) bekerja di semen ini dengan jalan mengurangi penukaran Na+ dengan K+ , dengan demikian mengakibatkan retensi kalium .




No comments:

Post a Comment