BAB
II
ISOLASI
SOSIAL
A.KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Isolasi
sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
sekitarnya(Damaiyanti,2008)
Isolasi
social juga merupakan kesepian yang dialami oleh individu dan dirasakan saat
didorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai penyataan negative atau
mengancam (Nanda-1, 20012)
Menarik
diri adalah suatu keadaan pasien yang mengalami ketidak mampuan untuk
mengadakan hubungan dengan orang lain atau dilingkungan sekitarnya secara
wajar. ( Mahnum,2011 ).
Definisi Isolasi sosial menurut
Balitbang adalah suatu sikap dimana individu menghindari diri dari interaksi,
kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi
perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan, serta mengalami kesulitan untuk
berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanifestasikan dengan
sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian
Sikap ini merupakan suatu sikap yang
baik terhadap diri sendiri, yaitu tidak merasakan harga diri yang rendah, tidak
memiliki pemkiran negatif tentang kondisi kesehatan diri, dan selalu optimis
terhadap kemampuan diri. ( Farida dan Yudi, 2011).
2. Etiologi
Bebagai factor dapat menimbulkan respon yang
maladaptive. Menurut stusrt dan Sundeen (2007), belum ada suatu kesimpulan yang
spesifik tenang penyebab gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal.
Faktor yang mungkin mempengaruhi antara lain :
a. Faktor
Predisposisi
1) Faktor
Perkembangan
Setiap
tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses,
karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi akan menghambat masa
perkembangan selanjutnya. Rasa ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan
tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudian hari.
Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini agar anak tidak merasa
diperlakukan sebagai objek.
2) Faktor
social Budaya
Isolasi
sosial atau mengasingkan diri dari
lingkungan merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat
juga disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu
keluarga, seperti anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan social.
3) Faktor
biologis
Genetik
merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden tertinggi
skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarganya ada yang menderita
skizofrenia.
4) Factor
sosial Budaya
Isolasi
sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena norma-norma
yang salah yang dianut oleh satu keluarga seperti anggota tidak produktif
diasingkan dari lingkungan sosial.
b. Factor
Presipitasi
Stressor
presipitasi terjadinya isolasi social dapat ditimbulkan oleh factor internal
maupun eksternal, meliputi :
1) Stressor
sosial Budaya
Stressor sosial budaya
dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya penurunan stabilitas
keluargaseperti perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan
pasanhgan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat si rumah sakit
atau dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi social.
2) Stressor
Biokimia
(a) Teori
dopamine : kelebihan dopamine pada mesokortikal dan mesolimbik serta traktus
saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia
(b) Menurunnya
MAO ( Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan meningkatkan dopamine dalam otak.
Karena salah satu kegiatan MAO adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamine,
maka menurunnya MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
(c) Factor
endokrin : jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada klien skizofrenia.
Demikian pula prolaktin mengalami penurunan karena dihambat.
3.
Tanda
dan Gejala
Menurut
Mustika Sari (2002), tanda dan gejala klien dengan isolasi social yaitu :
a. Kurang
spontan
b. Apatis(
acuh terhadap lingkungan)
c. Ekspresi
wajah kurang berseri, sedih atau efek tumpul.
d. Tidak
merawat diri dan tidak memperhatikan keberhasilan diri.
e. Tidak
ada atau kurang komunikasiverbal.
f. Mengisolasi
diri.
g. Tidak
atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
h. Masukan
makanan dan minuman terganggu
i.
Retensi urine dan feces
j.
Aktivitas menurun
k. Kurang
energy (tenaga)
l.
Rendah diri
m. Postur
tubuh berubah, sikap janin.
4.
Proses
terjadinya
Pattern of parenting
(Pola asuh keluarga)
|
Ineffective coping (koping
individu tidak efektif)
|
Lack of development task
(ganggunan tugas perkebangan)
|
Stressor internal and external(
stress internal dan eksternal)
|
Misal:
pada anak yang yang kelahirannya tidak dikehendaki (unwanted child) akibat kegagalan KB, hamil diluar nikah, jenis
kelamin yang tidak diinginkan, bentuk fisik kurang menawan menyababkan
keluarga mengeluarkan komentar-komentar negatif, merendahkan, menyalahkan
anak
|
Misal:
saat individu mengahadapai kegagalan menyalahkan orang lain, ketidak
berdataan, menyangkal tidak mampu menghadapi kenyataan dan menarik diri dari
lingkungan, terlalu tingginya self
ideal dan tidak mampu menerima realitas dengan rasa syukur.
|
Misal:
kegagalan menjalin hubungan intim dengan sesame jenis atau lawan jenis, tidak
mampu mandiri dan menyelesaikan tugas, bekerja, bergaul, sekolah, menyebabkan
ketergantungan pada orang tua, rendahnya ketahanan terhadapa berbagai
kegagalan.
|
Misal:
stress terjadi akibat ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan
dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas terjadi
akibat berpisah dengan orang terdekat, hilangnya pekerjaan atau orang yang
dicintai.
|
Harga
diri
Rendah kronis |
ISOLASI
SOSIAL
|
5. Rentang Respon
Manusia sebagai makhluk sosial, untuk mencapai
kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal yang
positif. Hubungan
interpersonal yang sehat terjadi jika individu yang terlibat saling merasakan
kedekatan sementara identitas pribadi tetap dipertahankan. Individu juga harus
membina hubungan saling tergatung yang merupakan keseimbangan antara
ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan.
Respon adaptif
respon maladaptif
Menyendiri(solitude) Kesepian Manipulasi
Otonomi Menarik
diri
Impulsif
Kebersamaan
Ketergantungan
Narsisisme
Saling ketergantungan
Respon adaptif adalah suatu respon individu dalam
menyesuaikan masalah yang masih dapat di terima oleh norma - norma social dan
budaya yang umum berlaku, respon ini meliputi:
a.
Menyendiri
(solitude) merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah di lakukan di
lingkungan sosialnya dan juga suatu cara mengevaluasi diri untuk melakukan
langkah- langkah selanjutnya.
b.
Otonomi
merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide, pikiran,
perasaan dalam hubungan social.
c.
Kebersamaan
merupakan suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu mampu
untuk saling memberi dan menerima.
d.
Saling
ketergantungan merupakan suatu hubungan saling tergantung antara individu
dengan orang lain dalam rangka membina hubungan interpersonal.
Respon maladaptive adalah respon individu dalam
menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma – norma social dan budaya
respon ini meliputi:
a.
Manipulasi,
pada gangguan hubungan social jenis ini orang lain di jadikan sebagai objek,
hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu cenderung
berorientasi pada diri sendiri atau tujuan, bukan pada orang lain.
b.
Impulsif,
individu inpulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari
pengalaman dan tidak dapat diandalkan.
c.
Narkisisme,
pada individu narkisisme terdapat harga diri yang rapuh, secara terus menerus
berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosentris, pencemburuan,
marah jika orang lain tidak mendukung.
6. Mekanisme koping
Individu yang mengalami respon sosial maladaptive
menggunakan berbagai mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme
tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik :
1)
Koping
yang berhubungan dengan gangguan kepribadian antisocial
a) Proyeksi
b)
Splitting
c)
Merendahkan orang lain
2) Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian
ambang
a)
Splitting
b)
Formasi
reaksi
c)
Proyeksi
d)
Isolasi
e)
Idealisasi
orang lain
f)
Merendahkan
orang lain
g)
Identifikasi
proyektif.
7.
Perilaku
Adapun perilaku yang biasa muncul pada isolas sosial
berupa kurang spontan, apatis ( kurang acuh terhadap lingkungan).ekspresi wajah
kurang berseri (ekspresi sedih ), afek tumpul. Tidak merawat danmemperhatikan
kebersihan diri, komunikasi verbal menurun atau tidak ada, klien bercakap-cakap
dengan klien lain atau dengan perawat, mengisolasi diri ( menyendiri). Klien
tampak memisahkan diei dari orang lain, tidak atau kurang sadar terhadap
lingkungan sekitar. Pemasukan makanan dan minuman terganggu,retensi urine dan
feses, aktivitas menurun, kurang energi (tenaga), harga diri rendah, posisi
janinsaat tidur, menolak hubungan denganorang lain. Klien memutuskan percakapan
atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksaan pada penderita gangguan jiwa dibagi dalam
beberapa bentuk:
a.
Suasana
teraphy (Lingkungan terapeutik)
Yang dimaksud
suasana teraphy adalah suasana yang di ciptakan oleh dokter atau perawat dengan
klien yang dapat membantu proses penyembuhan klien. Dalam teori keperawatan
jiwa hal ini lebih di kenal dengan menciptakan hubungan saling percaya antara
perawat dengan klien.
b. Farmakoteraphy.
Farmakoteraphy
Adalah bentuk penatalaksanaan penderita gangguan jiwa dengan pemberian
obat-obatan Anti Psikotik. Pengobatan ini di harapkan mampu memperbaiki keadaan
somatis atau biologis tubuh yang berhubungan dengan perubahan perilaku .
penggunaan obat-obatan anti psikotik dapat mempengaruhi keseimbangan
Neurotransmitter pada sistem embolik otak sehingga efek gangguan perilaku
seperti halusinasi dan Apatis dapat teratasi.
c. Psikoteraphy
Psikoteraphy adalah suatu cara
pengobatan terhadap masalah emosional seorang pasien yang di lakukan oleh
seorang yang terlatih dalam hubungan profesional secara sukarela, dengan maksud
hendak menghilangkan, mengubah, atau menghambat gejala-gejala yang ada,
mengoreksi perilaku yang terganggu, dan mengembangkan pertumbuhan kepribadian
secara positif.
Psikoteraphy dilakukan dengan pemberian support kepeda
klien untuk meningkatkan aspek positif diri.
Pada penderita
gangguan jiwa dengan perilaku isolasi sosial, bentuk psikoterapy dalam keperawatan
yang paling efektif di gunakan adalah terapi aktivitas kelompok dengan
sosialisasi.
B.
Konsep Keperawatan
1.
Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari
proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan masalah klien. Data yang di kumpulkan meliputi data biologis,
psikologis, social, dan spiritual. Hal-hal yang perlu dikaji pada klien menarik
diri adalah biodata klien, alasan masuk, keluhan utama, factor predisposisi,
status mental, factor-faktor psikososial serta mekanisme koping yang sering di
gunakan. ( Budi Anna Keliat, 2007)
Pengkajian
merupakan pengumpulan data subjektif dan objektif secara sistematis untuk
menentukan tindakan keperawatan bagi individu, keluarga dan komunitas ( Craven&
Hirlnle, Dalam Keliat 2009).
a)
Data yang perlu dikaji
Ø Faktor
predisposisi: penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis
Ø Faktor
presipitasi
Ø Penilaian
stressor
Ø Sumber
koping
Ø Mekanisme
koping
Ø Perilaku
Adapun
data yang perlu dikaji dapat dikelompokan menjadi 2 macam yaitu:
Ø Data
objektif, yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan melalui observasi
atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
Ø Data
subjektif, yaitu dats yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga.
Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien dan keluarga.
2.
Pohon Masalah
Gangguan sensori/persepsi: halusinasi
|
Efek
Isolasi
soasial
|
Gangguan
konsep diri : menarik diri
|
Penyebab
3.
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul, klien dengan
gangguan isolasi sosial: menarik diri menurut ( Iyus Yosep, S.kp. M.SI)
a.
Isolasi
sosial
b.
Harga
diri rendah kronis
c.
Defisit
perawatan diri
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi/
perencanaan adalah penetapan instervensi keperawatan yang harus dilakukan untuk membantu
klien dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan
a. Rencana
Keperawatan
Diagnosa I: Isolasi social
TUM:
Klien mampu berinteraksi dengan orang lain.
TUK:
1). Bina
hubungan saling percaya dengan
mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik.
2). Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang
berasal dari
a) Diri
sendiri
b) Orang
c) Lingkungan
3). kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan
4). Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang
lain.
5)
kan
klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain.
INTERVENSI:
1). Bina
hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik.
a) Sapa klien
dengan ramah baik verbal maupun non
verbal
b). Perkenalkan
diri dengan sopan, tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang di
sukai.
c). Jelaskan
tujuan pertemuan
d). Jujur dan
menempati janji
e) Tunjukkan
sikap empati dan menerima klien apa adanya
f). Beri
perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien
2). Klien
dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang berasal dari
·
Diri sendiri
·
Orang
·
Lingkungan
a). Berikan
kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan persaan penyebab menarik diri dan
tidak mau bergaul
b).
Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda tanda serta penyebab munculnya.
c). Berikan
pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya .
3). Kaji
pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan
a). Beri
kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan
berhubungan dengan orang lain
b). Diskusikanbersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.
c). Beri
reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan orang lain.
4). Kaji
kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain .
a). Anjurkan
klien untuk berhubungan dengan orang lain melelui tahap:
·
K.
P
·
K.
P.P lain
·
K.
P.P lain-K lain
·
K. Kelg. Kelp. Masy.
b). Beri reinforcement terhadap keberhasilan yang telah di capai
c). Bantu
klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang lain.
d). Diskusikan
jadwal harian yang dapat di lakukan bersama klien dalam mengisi waktu.
e). Motivasi
klien untuk mengikuti kegiatan ruangan.
f).
Beri reinforcement atas ke ikutsertaan klien dalam kegiatan ruangan.
5). Anjurkan
klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain.
a)Diskusikan dengan klien tentang perasaan, manfaat
berhubungan dengan orang lain.
b)
Beri
reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaannya tentang
manfaat berhubungan dengan orang lain.
6). Bina hubungan saling percaya dengan keluarga klien
·
Salam perkenalan diri
·
Sampaikan tujuan
·
Buat kontrak
· Eksplorasi perasaan keluarga
a). Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
1) Perilaku
menarik diri
2) Penyebab
perilaku menarik diri
3)
Akibat
yang akan terjadi jika perilaku menarik diri tidak di tanggapi.
4)
Cara
keluarga menghadapi klien menarik diri
b).
Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal 1
kali seminggu
c). Beri reinforcement positif atas hal–
hal yang telah dicapai keluarga .
7). Diskusikan
dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi, dan manfaat obat.
a). Anjurkan
klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya.
b). Anjurkan
klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping obat yang
dirasakan.
c). Diskusikan akibat berhenti
konsumsi minum obat – obat tanpa konsultasi.
d). Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
Diagnosa 2: Harga Diri Rendah
TUM:
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
TUK:
1)
Klien
dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang di miliki.
2)
Klien
dapat menilai kemampuan yang di gunakan
3)
Klien
dapat menetapkan kegiatan sesuai kemampuan yang di miliki.
4)
Klien
dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
5)
Klien
dapat memanfaatkan system pendukung yang ada .
a). Memberikan
pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan Harga Diri
Rendah.
b). Bantu kelluarga memberi dukungan selama klien di
rawat .
c). Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
INTERVENSI
1). Klien
dapat mengidentifkasi kemampuan dan aspek positif yang di miliki.
a). Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
b). Berikan
reinforcement atas kemampuan untuk mengungkapkan kemampuannya.
2). Klien
dapat menilai kemampuan yang digunakan
a). Kaji kemampuan yang dimiliki klien .
3). Klien
dapat merencanakan kegiatan sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki.
a). Rencanakan
bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai dengan kemampuannya
·
Kegiatan
mandiri
·
Kegiatan
dengan bantuan klien sebagian
·
Kegiatan
yang membutuhkan bantuan total .
b). Tingkatkan kegiatan sesuai dengan
toleransi kondisi klien
c).
Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
4). Klien
dapat melaukan kegiatan sesuiai kondisi sakit dan kemampuannya.
a).
Beri kesempatan kepada klien mencoba kegiatan yang telah di rencanakannya
b). Beri pujian atas keberhasilan klien
5). Klien dapat memanfaatkan
system pendukung yang ada
a). Beri pendidikan kesehatan tentang cara
merawat klien yang Harga Diri Rendah
b). Bantu keluarga memberi dukungan selama klien di rawat
Diagnosa 3: Defisit perawatan diri
TUM:
Klien dapat meningkatkan minat atau motivasinya dan
mempertahankan kebersihan diri
TUK:
1)
Klien dapat mengenal tentang pentingnya
kebersihan
2)
Klien dapat melakukan keberihan diri dengan
bantuan perawat
3)
Klien
dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri
4)
Klien
dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri
5)
Klien
mendapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri .
INTERVENSI:
1). Klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan
a).
Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan
pengertian kebersihan dan tanda-tanda kebersihan
b).
Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari lima tanda kebersihan diri.
c).
Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien terhadap hal-hal yang berhubungan dengan
kebersihan diri.
d). Bantu klien mengungkapkan tentang kebersihan
diri dan tujuan memelihara kebersihan diri
e).
Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri.
2). Klien dapat melakukan keberihan diri dengan bantuan
perawat
a). Motivasi
klien untuk mandi.
b). Bimbing
klien untuk mandi, beri kesempatan klien untuk mendemonstrasikan cara
memelihara kebersihan diri yang benar.
c). Anjurkan
klien untuk mengganti baju setiap hari.
d). Kaji
keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut.
e). Kolaborasi
dengan perawat ruangan untuk mengelolah fasilitas perawatan kebersihan seperti
mandi dan kebersihan kamar mandi.
f). Bekerja
sama dengan keluarga untuk mengadakaan fasilitas kebersihan diri seperti odol,
sikat gigi, sampo, sabun, pakaian ganti, dll.
3). Klien adapat melakkukan kebersihan perawatan diri
secara mandiri.
a). Monitor klien dalam melaksanakan kebersihan diri
secara teratur.
4). Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara
mandiri
a). Beri
reinforcement positif jika klien berhasil melakukan kebersihan diri.
5). klien
mendapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri.
a). Jelaskan
kepada klien tentang penyabab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri.
b). Diskusikan
bersama keluarga tentang tindakan yang telah di lakukan klien selama di Rumah
Sakit dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah di alami di Rumah Sakit.
c). Anjurkan
keluarga untuk memutuskan stimulasi terhadap kemajuan yang telah di alami di
Rumah Sakit.
b. Rencana
Keperawatan Berdasarkan Strategi Pelaksanaan
NO
|
PASIEN
SP1P
|
KELUARGA
SP1K
|
1
2
3
4.
5.
|
Mengidentifikasi
penyebab isolasi social pasien.
Berdiskusi
dengan klien tentang keuntungan berinterakasi dengan orang lain
Berdiskusi
dengan klien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain
Mengajarkan
klien cara berkenalan dengan satu orang
Menganjurkan
klien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan
harian
|
Mendiskusikan
masalah yang dirasakan kwluarga dalam merawat pasien.
Menjelaskan
pengertian, tanda dan gejala isolasi social yang dialami klien beserta proses
terjadinya.
Menjelaskan
cara-cara merawat klien dengan isolasi sosial
|
1.
2.
3.
1.
2.
3.
|
SP2P
Mengevaluasi
jadwal kegiatan harian pasien
Memberikan
kesempatan kepada klien mempraktikkan cara berkenalan dengan satu orang
Membantu
klien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain
sebagai salah satu kegiatan harian
SP3P
Mengevaluasi
jadwal kegiatan harian pasien
Memberikan
kesempatan kepada klien mempraktekkan cara berkenalan dengan dua orang atau
lebih
Menganjurkan
klien memasukkan dalam kegiatan harian
|
SP2K
Melatih
keluarga mempraktekkan cara merawat klien dengan isolasi social
Melatih
keluarga mempraktekkan cara merawat langsung kepada klien dengan isolasi
social
SP3K
Membantu
keluarga membuat jadwal
Menjelaskan
follow up setelah pulang
|
4. Implementasi
Implementasi
keperawatan dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan yang di telah
tentukan
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses
berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi
dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan ( Rini Utami Panjaitan, 2006). Evaluasi dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir.
S : merupakan respon subjektif klien terhadap
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Dapat diukur dengan menanyakan
“bagaiman perasaan ibu setelah latihan yang telah diberikan?”
O : merupakan respon objektif klien terhadap
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi
prilaku klien pada saat tindakan dilakukan.Atau
menanyakan kembali apa yang telah diajarkan atau memberi umpan balik
sesuai dengan hasil observasi.
A : adalah analisis ulang atas data subjektif atau
objektif untuk menyimpulkan apakah maslah masi tetap atau muncul masalah baru
atau ada data kontra indikasi dengan masalah yang ada. Dapat pula membandingkan
hasil dengan tujuan.
P : merupakan perencanaan atau tindakan lanjud
berdasarkan hasil analisis pada respon klien yang terdiri dari tindak lanjud
klien dan tindak lanjud oleh perawat.
Pada
Pemberian Asuhan Keperawatan klien dengan isolasi social,Hasil yang diharapkan
:
Isolasi sosial Diagnosa 1:
a)
Pada
klien
1)
Klien
mengetahui penyebab menarik diri.
2)
Klien
mengetahui keuntungan berhubungan dengan orang lain.
3)
Klien
dapat menyebutkan kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
4)
Klien
mampu berinteraksi dengan orang lain.
b) Pada keluarga
1)
Keluarga
mampu berkomunikasi dengan klien secara terapeutik
2)
Keluarga
mampu mengurangi penyebab klien menarik diri
Diagnosa 2: Harga Diri Rendah
a)
Klien
dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
b)
Klien dapat mengidentifikasikan kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki
c)
Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki.
d)
Klien
dapat melaksanakan kegiatan sesui kondisi sakit dan kemampuannya.
Diagnosa 3: defisit perawatan diri
a)
Pada
klien
1)
Klien
dapat meningkatkan minat mempertahankan kebersihan diri
2)
Klien
dapat mengenal tenteng pentingnya kebersihan diri
3)
Klien
dapat melaksanakan kebersihan diri dengan bantuan perawat
4)
Klien
dapar melaksanakan kebersihan diri secara mandiri
5)
Klien
dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri
b)
Pada keluarga
1)
Keluarga
membantu dalam meningkatkan kebersihan diri.
2)
Keluarga
dapatr meningkatka sarana untuk kebersihan diri klien
No comments:
Post a Comment