kepemimpinan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Perubahan yang sangat cepat di linkungan
kesehatan merupakan elemen baru dalam manajemen sehingga orang dapat mengahdapinya
dengan kecemasan atau kekawatiran karena tidak siap bekerja di lingkungan yang
baru sementara itu tuntutan dalam pelayanan menjadi lebih tinggi dan kompleks .
peran pemimpin menjadi penting karena harus mampu mengatasi permasalahan yang
ada sehingga dapat memberikan lingkungan yang kondusif demi tercapainya tujuan
pelayanan tersebut.
Kepemimpinan didefinisikan sebagai
kemampuan untuk mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan suatu tindakan pada
diri seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada
situasi tertentu (Sujak, 1990). Menurut Robbin (1996), kepemimpinan adalah
kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan. Koonzt
(1984), bahwa kepemimpinan sebagai pengaruh, seni atau proses mempengaruhi orang-orang sehingga mereka akan
berusaha mencapai tujuan kelompok dengan kemampuan dan antusias. Dari beberapa
pengertian kepemimpinan tersebut, Manduh (1997) memberikan pengertian singakat
tentang kepemimpinan yaitu proses mengarahkan dan mempengaruhi
aktivitas-aktivitas tugas dari
orang-orang dalam kelompok.
Dalam kepemimpinan terdapat beberapa kegiatan
kepemimpinan. Menurut Gillies (1997) untuk mencapai kepemimpinan yang
efektif harus dilaksanakan kegiatan
penugasan dan memberikan pengarahan, memberikan bimbingan, mendorong kerja sama
dan partisipasi, mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan, observasi dan supervisi
serta evaluasi dari hasil penampilan kerja. Pemimpin yang efektif adalah
seorang katalisator dalam memudahkan interaksi yang efektif diantara tenaga kerja,
bahan dan waktu. Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut, maka seorang pemimpin
harus memiliki pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem manusia,
mempunyai kemampuan hubungan antar manusia terutama dalam mempengaruhi orang
lain dan memiliki sekelompok nilai-nilai dalam mengenal orang lain dengan baik.
Di samping itu, pemimpin harus mempertimbangkan kewaspadaan diri, karakteristik
kelompok, karakteristik individu serta motivasi yang ada dalam menggerakkan
orang lain dalam mencapai tujuan organisasi.
B. Tujuan
penulisan
a. Tujuan
umum
Untuk
mengetahui manajemen kepemimpinan dalam masalah konflik, kolaborasi dan
negosiasi
b. Tujuan
khusus
1. Untuk
mengetahui pengertian konflik, kolaborasi dan negosiasi
2. Untuk
mengetahui penyebab, proses konflik, penyelesaian konflik
3. Untuk
mengetahui karakteristik kolaborasi
4. Untuk
mengetahui proses negosiasi dan strategi
negosiasi
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
1.
Pengertian Manajemen
Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement,
yang memiliki arti "seni melaksanakan dan mengatur.Manajemen belum
memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan
manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini
berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain
untuk mencapai tujuan organisasi
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang
untuk memberikan pengaruh kepada perubahan perilaku orang lain secara langsung
maupun tidak. Gaya kepemimpinan dapat diidentifikasikan berdasarkan perilaku
pimpinan itu sendiri.
2.
Manajemen Konflik
Organisasi
merupakan tempat manusia berinteraksi yang mempunyai kemungkinan terjadinya
suatu konflik, konflik ini bisa berhubungan dengan perasaan termasuk perasaan
yang diabaikan, tidak dihargai, atau beban berlebihan dan perasan individu yang
menimbulkan suatu titik kemarahan.
Dahulu konflik
dianggap sebagai sesuatu yang berbau negatif sehingga cara mengelolahnya pun
bermula dari yang sederhana seperti dan membiarkan saja sampai yang bersifat
ekstrim yaitu berusaha menghilangkan sampai ke keakar-akarnya (gillies, 1994).
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang
dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah
menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan
lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi
sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah
mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya,
konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri
Tidak satu masyarakat pun yang
tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat
lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu
sendiri.
a. Pengertian
konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau
lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak
lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Ada beberapa pengertian konflik
menurut beberapa ahli.
- Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
- Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.
- Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan.
- Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi (Muchlas, 1999). Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat hubungannya dengan stres.
- Menurut Minnery (1985), Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
- Konflik dalam organisasi sering terjadi tidak simetris terjadi hanya satu pihak yang sadar dan memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau, satu pihak mempersepsikan adanya pihak lain yang telah atau akan menyerang secara negatif (Robbins, 1993).
- Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan, diingat, dan dialami (Pace & Faules, 1994:249).
- Konflik dapat dirasakan, diketahui, diekspresikan melalui perilaku-perilaku komunikasi (Folger & Poole: 1984).
- Konflik senantisa berpusat pada beberapa penyebab utama, yakni tujuan yang ingin dicapai, alokasi sumber – sumber yang dibagikan, keputusan yang diambil, maupun perilaku setiap pihak yang terlibat (Myers,1982:234-237; Kreps, 1986:185; Stewart, 1993:341).
- Interaksi yang disebut komunikasi antara individu yang satu dengan yang lainnya, tak dapat disangkal akan menimbulkan konflik dalam level yang berbeda – beda (Devito, 1995:381)
b. Penyebab
konflik
Penyebab
konflik dapat di sebabkan oleh beberapa hal seperti berikut:
1.
Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang
memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya.
Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata
ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani
hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya,
ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap
warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi
ada pula yang merasa terhibur.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan
pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada
akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
3.
Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar
belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh
sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok
memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal
yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya
perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian
dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai
penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan
kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan.
Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga
harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara
satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial
di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut
bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok
atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh
dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya.
Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan
pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta
volume usaha mereka.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi,
tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan
tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat
pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan
konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya
bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai
kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang
disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi
hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis
dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah
menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam
dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau
mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan
akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap
mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
Ada
beberapa faktor penyebab konflik yang muncul dalam organisasi, yaitu:
1.
Faktor Komunikasi. Salah pengertian yang berkenaan dengan kalimat, bahasa yang
sulit dimengerti, atau informasi yang mendua dan tidak lengkap, serta gaya
individu manajer yang tidak konsisten.
2.Faktor
Struktur. Pertarungan antara departemen, sistem penilaian yang bertentangan,
persaingan memperebutkan sumber daya yang terbatas, saling ketergantungan dua
atau lebih kelompok.
3.Faktor
Pribadi. Ketidak sesuaian tujuan atau nilai-nilai sosial pribadi karyawan
dengan perilaku yang diperankan pada jabatan mereka, dan perbedaan-perbedaan
dalam nilai-nilai dan persepsi.
c. Proses
konflik
Proses konflik tidak hanya mengacu
kepada bentuk konflik yang nampak dari tindakan yang terbuka dan penuh
kekerasan tapi juga bentuk yang tidak nampak seperti situasi ketidaksepakatan
antar pihak. Proses konflik dapat dimulai dari sumber konflik yang meliputi
tujuan yang saling bertentangan dan nilai-nilai yang berbeda. Selanjutnya dapat
dilihat melalui konflik presepsi dan emosi, manifes konflik, dan hasil konflik.
a. Konflik presepsi dan emosi
Langkah pertama dalam proses konflik adalah adanya kondisi yang menunjukkan
sumber konflik yang mengarahkan kepada salah satu atau kedua belah pihak untuk
merasakan adanya konflik. Konflik harus dirasakan oleh pihak-pihak terkait, ada
tidaknya konflik merupakan masalah persepsi. Oleh karena itu satu pihak atau
lebih harus sadar akan adanya konflik. Untuk mengetahui apakah konflik tersebut
termasuk konflik persepsi dan emosi dapat dilihat dari konflik terkait dengan
tugas (task related) dan konflik sosioemosional (socioemotional conflict).
Dengan demikian langkah pertama proses konflik adalah adanya konflik yang
dipersepsikan sebagai suatu kesadaran terhadap eksistensi konflik bukan konflik
yang dirasakan secara emosional.
b. Manifes konflik
Manifes konflik terjadi ketika konflik persepsi dan emosi dapat dilihat
dalam keputusan dan prilaku yang dilakukan salah satu pihak kepada pihak lain.
Manifes konflik juga dapat dinyatakan melalui gaya masing-masing dalam
memecahkan suatu konflik, seperti seseorang mencoba untuk mengalahkan yang lain
atau menemukan suatu solusi yang menguntungkannya.
Jadi prilaku merupakan manifes konflik, karena disinilah konflik itu tampak
nyata. Prilaku mencakup pernyataan, tindakan dan reaksi yang dibuat oleh
pihak-pihak yang berkonflik. Prilaku konflik ini biasanya secara
terang-terangan berupaya untuk melaksanakan keputusan dalam suatu cara
tertentu. Suatu proses dinamis dari interaksi. Dalam manifes konflik terdapat
siklus peningkatan konflik, adanya hubungan timbal balik antara konflik
presepsi dan emosi dengan konflik manifes. Hubungan timbal balik tersebut
merupakan rangkaian peristiwa yang datang secara bersamaan kedalam suatu
siklus. Untuk itu suatu kesalahan dan tindakan yang kurang bijak apabila tidak
memahami siklus peningkatan konflik.
Siklus
konflik diawali dengan prilaku yang dikomunikasikan kepada pihak lain dengan
cara menciptakan suatu persepsi konflik, sekalipun pihak yang pertama tidak
mempunyai naluri untuk menunjukan konflik, pihak kedua boleh menciptakan
persepsi konflik itu.
c. Hasil konflik (Outcames conflict)
Jalinan aksi reaksi
antara pihak-pihak yang berkonflik menghasilkan konsekuensi. Hasil ini dapat
positif dalam arti konflik itu menghasilkan suatu perbaikan kinerja kelompok
dalam hal pengambilan keputusan dan kepaduan. Atau menghasilkan negatif dalam
arti merintangi kinerja organisasi yang ditandai dengan adanya pergantian,
situasi politik dan stres.
d. Penyelesaian
konflik
Usaha manusia
untuk meredakan pertikaian atau konflik dalam mencapai kestabilan dinamakan
“akomodasi”. Pihak-pihak yang berkonflik kemudian saling menyesuaikan diri pada
keadaan tersebut dengan cara bekerja sama. Bentuk-bentuk akomodasi :
1. Gencatan senjata, yaitu penangguhan permusuhan untuk
jangka waktu tertentu, guna melakukan suatu pekerjaan tertentu yang tidak boleh
diganggu. Misalnya : untuk melakukan perawatan bagi yang luka-luka,
mengubur yang tewas, atau mengadakan perundingan perdamaian, merayakan hari
suci keagamaan, dan lain-lain.
2. Abitrasi,
yaitu suatu perselisihan yang langsung dihentikan oleh pihak ketiga yang
memberikan keputusan dan diterima serta ditaati oleh kedua belah pihak.
Kejadian seperti ini terlihat setiap hari dan berulangkali di mana saja dalam
masyarakat, bersifat spontan dan informal. Jika pihak ketiga tidak bisa dipilih
maka pemerintah biasanya menunjuk pengadilan.
3. Mediasi, yaitu penghentian pertikaian oleh
pihak ketiga tetapi tidak diberikan keputusan yang mengikat. Contoh : PBB membantu menyelesaikan perselisihan antara Indonesia dengan Belanda.
4. Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih
sehingga tercapai persetujuan bersama. Misalnya : Panitia tetap
penyelesaikan perburuhan yang dibentuk Departemeapai kestabilan n Tenaga
Kerja. Bertugas
menyelesaikan persoalan upah, jam kerja, kesejahteraan buruh, hari-hari libur,
dan lain-lain.
5. Stalemate,
yaitu keadaan ketika kedua belah pihak yang bertentangan memiliki kekuatan yang
seimbang, lalu berhenti pada suatu titik tidak saling menyerang. Keadaan ini
terjadi karena kedua belah pihak tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur.
Sebagai contoh : adu senjata antara Amerika Serikat dan Uni Soviet pada masa Perang dingin.
Adapun cara-cara yang lain untuk memecahkan konflik
adalah :
1. Elimination, yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat
di dalam konflik, yang diungkapkan dengan ucapan antara lain : kami
mengalah, kami keluar, dan sebagainya.
2. Subjugation atau domination, yaitu orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar untuk dapat
memaksa orang atau pihak lain menaatinya. Sudah barang tentu cara ini bukan
suatu cara pemecahan yang memuaskan bagi pihak-pihak yang terlibat.
3. Majority rule, yaitu
suara terbanyak yang ditentukan melalui voting untuk mengambil keputusan tanpa
mempertimbangkan argumentasi.
4. Minority consent, yaitu
kemenangan kelompok mayoritas yang diterima dengan senang hati oleh
kelompok minoritas. Kelompok minoritas sama sekali tidak merasa dikalahkan
dan sepakat untuk melakukan kerja sama dengan kelompok mayoritas.
6. Integrasi,
yaitu mendiskusikan, menelaah, dan mempertimbangkan kembali pendapat-pendapat
sampai diperoleh suatu keputusan yang memaksa semua pihak.
3.
Manajemen Kolaborasi
Kolaborasi
adalah
bentuk kerjasama, interaksi, kompromi beberapa elemen yang terkait baik
individu, lembaga dan atau pihak-pihak yang terlibat secara langsung dan tidak
langsung yang menerima akibat dan manfaat. Nilai-nilai yang mendasari sebuah
kolaborasi adalah tujuan yang sama, kesamaan persepsi, kemauan untuk berproses,
saling memberikan manfaat, kejujuran, kasih sayang serta berbasis masyarakat.
(CIFOR/PILI, 2005).
Kolaborasi menurut beberapa ahli
1. Jonathan
(2004) mendefinisikan kolaborasi sebagai proses interaksi di antara beberapa
orang yang berkesinambungan.
2. Menurut
Kamus Heritage Amerika (2000), kolaborasi adalah bekerja bersama khususnya
dalam usaha penggabungan pemikiran.
3. Gray (1989)
menggambarkan bahwa kolaborasi sebagai suatu proses berpikir dimana pihak yang
terlibat memandang aspek-aspek perbedaan dari suatu masalah serta menemukan
solusi dari perbedaan tersebut dan keterbatasan pandangan mereka terhadap apa
yang dapat dilakukan.
Dari berbagai definisi yang dikemukakan para ahli,
dapat disimpulkan bahwa kolaborasi adalah suatu proses interaksi yang kompleks
dan beragam, yang melibatkan beberapa orang untuk bekerja sama dengan
menggabungkan pemikiran secara berkesinambungan dalam menyikapi suatu hal
dimana setiap pihak yang terlibat saling ketergantungan di dalamnya. Apapun
bentuk dan tempatnya, kolaborasi meliputi suatu pertukaran pandangan atau ide
yang memberikan perspektif kepada seluruh kolaborator.
Menurut Carpenter (1990), kolaborasi mempunyai 8
karakteristik, yaitu:
- Partisipasi tidak dibatasi dan tidak hirarkis.
- Partisipan bertanggung jawab dalam memastikan pencapaian kesuksesan.
- Adanya tujuan yang masuk akal.
- Ada pendefinisian masalah.
- Partisipan saling mendidik atau mengajar satu sama lain.
- Adanya identifikasi dan pengujian terhadap berbagi pilihan.
- Implementasi solusi dibagi kepada beberapa partisipan yang terlibat.
- Partisipan selalu mengetahui perkembangan situasi
4.
Manajemen Negosiasi
Negosiasi adalah sebuah bentuk
interaksi sosial saat pihak - pihak yang terlibat berusaha untuk saling
menyelesaikan tujuan yang berbeda dan bertentangan. Menurut kamus Oxford,
negosiasi adalah suatu cara untuk mencapai suatu kesepakatan melalui diskusi formal
1. Proses
Negosiasi
a. Pihak yang memiliki program
(pihak pertama) menyampaikan maksud dengan kalimat santun, jelas, dan terinci.
b. Pihak mitra bicara menyanggah
mitra bicara dengan santun dan tetap menghargai maksud pihak pertama.
c. Pemilik program mengemukakan
argumentasi dengan kalimat santun dan meyakinkan mitra bicara disertai dengan
alasan yang logis.
d. terjadi pembahasan dan
kesepakatan terlaksananya program/ maksud negosiasi
Keterampilan - keterampilan dasar
Berikut ini, adalah keterampilan -keterampilan
dasar dalam bernegosiasi :
1.
Ketajaman
pikiran / kelihaian
2.
Sabar
3.
Kemampuan
beradaptasi
4.
Daya
tahan
5.
Kemampuan
bersosialisasi
6.
Konsentrasi
7.
Kemampuan
berartikulasi
8.
Memiliki
selera humor
2. strategi negosiasi yang dapat digunakan dan
dihindari :
·
Mengeryit
( The Wince )
Taktik ini
dikenal juga dengan istilah Terkejut ( Flinch ) merupakan reaksi negatif
terhadap tawaran seseorang. Dengan kata lain, bertindak terkejut saat negosiasi
yang diadakan pihak negosiator berjalan dengan keinginan pihak lain.
·
Berdiam
( The Silence )
Jika Anda
tidak menyukai apa kata seseorang, atau jika Anda baru saja membuat tawaran dan
Anda sedang menunggu jawaban, diam bisa menjadi pilihan terbaik Anda.
Kebanyakan orang tidak bisa bertahan dalam kesunyian panjang ( " Dead Air
Time" ). Mereka menjadi tidak nyaman jika tidak ada percakapan untuk
mengisi kekosongan antara Anda dan pihak lain. Biasanya, pihak lain akan
merespon dengan konsesi atau memberikan kelonggaran.
·
Ikan
Haring Merah ( Red Herring )
Istilah ini
diambil dari kompetisi tua di Inggris, Berburu Rubah ( Fox Hunting
Competition ). Dalam kompetisi ini, tim lawan akan menyeret dan membaui
jejak rubah ke arah lain dengan ikan. Sehingga, anjing lawan akan terkecoh dan
kehilangan jejak. Sama halnya saat negosiator membawa "ikan amis"
atau isu lain ke meja perundingan untuk mengalihkan perhatian dari isu utama
bahasan.
·
Kelakuan
Menghina ( Outrageous Behaviour )
Segala
bentuk perilaku - biasanya dianggap kurang bermoral dan tidak dapat diterima
oleh lingkungan- dengan tujuan memaksa pihak lain untuk setuju. Seperti pihak
manajemen muak dengan tuntutan yang dianggap tidak masuk akal dan terpaksa
menandatangi kontrak dengan air mata kemudian membuangnya secara ganas dan
dramatis seolah - olah diliput oleh media. Tujuan dari taktik ini adalah untuk
menggertak orang - orang yang terlibat dalam negosiasi.
·
Yang
Tertulis ( The Written Word )
Adalah
persyaratan ditulis dalam perjanjian yang tidak dapat diganggu gugat.
Perjanjian, sewa guna usaha ( leasing ), atau harga di atas pahatan batu
dan sekarang di kertas ( uang ) adalah contoh - contoh Yang Tertulis.
·
Pertukaran
( The Trade-off )
Taktik ini
digunakan untuk tawar - menawar. Pertukaran hanya menawarkan konsesi, sampai
semua pihak setuju dengan syarat - syarat. Sebenarnya, taktik ini dipakai untuk
kompromi.
·
Ultimatum
( The Ultimatum )
Penggunaan
ultimatum kadang-kadang ( seldom ) efektif sebagai taktik pembuka dalam
negosiasi. Namun, suatu saat dalam sebuah negosiasi yang panjang saat Anda
merasa Anda perlu menggunakan taktik ini.
·
Berjalan
Keluar ( Walking Out )
Pada
beberapa situasi, berjalan keluar dapat digunakan sebagai strategi untuk
memberikan tekanan pada pihak lain.
·
Kemampuan
untuk Mengatakan "Tidak" ( The Ability to Say "No" )
Sebuah
taktik memepang peran sangat penting dalam segala macam strategi negosiasi dan
cara menyampaikannya secara tepat. Pertama dan paling dasar untuk mempelajari
taktik ini adalah bahwa apa pun bila mengatakan 'tidak' secara langsung,
diterjemahkan oleh pihak lain sebagai
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata
Manajemen berasal dari bahasa
Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti "seni melaksanakan dan
mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara
universal. Mary Parker Follet, misalnya,
mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang
lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan
mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi
Kepemimpinan
adalah kemampuan seseorang untuk memberikan pengaruh kepada perubahan perilaku
orang lain secara langsung maupun tidak. Gaya kepemimpinan dapat
diidentifikasikan berdasarkan perilaku pimpinan itu sendiri
Kepemimpinan
merupakan aspek penting bagi seorang pemimpin sebab dia harus mampu melakukan
berbagai aktivitas dan peran kepemimpinan untuk merencanakan, mengerakkan,
motivasi dan mengedalikan angota kelompok mencapai tujuan yang telah di
sepakati bersama. Beberapa model kepemimpinan dapat saja di aplikasikan di
lingkungan tempat seorang pemimpin bekerja untuk memotivasi anggota
kelompoknya. Untuk melancarkan maksud tersebut maka sebagai seorang pemimpin
harus mampu memilih prilaku kepemimpinan mana yang sekiranya tepat untuk
dilaksanakan. Disamping kemampuan berkomunikasi secara efektif kepada anggota
kelompoknya. Dengan kemampuan tersebut maka seorang pemimpin harus mampu
melakukan seluruh kegiatan secara efektif dan efisien.
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau
lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak
lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik bisa disebabkan oleh perbedaan
individu, perbedaan latar belakang kebudayaan, perbedaan kepentingan individu
atau kelompok. Sedangkan cara untuk memecahakan konflik anatara lain
elimination, domination, majority rule, minority consent, kompromi dan
integrasi
Kolaborasi adalah bentuk kerjasama, interaksi, kompromi beberapa
elemen yang terkait baik individu, lembaga dan atau pihak-pihak yang terlibat
secara langsung dan tidak langsung yang menerima akibat dan manfaat. Menurut
Carpenter (1990), kolaborasi mempunyai 8 karakteristik, yaitu: partisipasi tidak
dibatasi dan tidak hirarkis, partisipan bertanggung jawab dalam memastikan
pencapaian kesuksesan, adanya tujuan yang masuk akal, ada pendefinisian
masalah, partisipan saling mendidik atau mengajar satu sama lain, adanya
identifikasi dan pengujian terhadap berbagi pilihan, implementasi solusi dibagi
kepada beberapa partisipan yang terlibat, partisipan selalu mengetahui
perkembangan situasi.
Negosiasi adalah sebuah bentuk
interaksi sosial saat pihak - pihak yang terlibat berusaha untuk saling
menyelesaikan tujuan yang berbeda dan bertentangan
Berikut ini, adalah
keterampilan -keterampilan dasar dalam bernegosiasi : ketajaman pikiran /
kelihaian, sabar, kemampuan beradaptasi, daya tahan, kemampuan bersosialisasi, konsentrasi,
kemampuan berartikulasi, memiliki selera humor.
B. Saran
Sebaiknya para
pemimpin lebih banyak membaca mengenai manajemen kepemimpinan dalam masalah
konflik, kolaborasi, negosiasi agar dia dapat informasi dan pengetahuan serta wawasan yang lebih luas.
DAFTAR
PUSTAKA
caompany
,Saunders.1989.manajemen keperawatan
suatu pendekatan sistim.jakarta: erlangga
sumijatun.
2009.Konsep dasar dan aplikasi pengambilan keputusan klinis. Jatim: trans info
media.
Kuntoro,agus.2010.buku
ajar manajemen keperawatan.yogyakarta: kuha medika
|
|
Artikel Baguss....
ReplyDeleteKonflik terutama dalam organisasi tidak bisa dihindari, namun tidak semua konflik itu buruk, ada kalanya konflik mampu menghasilkan solusi terbaik dari sekian banyak perbedaan pendapat.
Sekedar ingin berbagi, barangkali bisa sedikit menambah referensi mengenai manajemen konflik.
Klik --> Makalah Manajemen Konflik