1.
Definisi Dysmenorea
Dysmenorea adalah haid yang nyeri atau
sulit. Ditandai dengan nyeri mirip kram yang terasa pada daerah abdomen bagian bawah
dan kadang-kadang diikuti oleh sakit kepala, kadang mudah tersinggung, depresi
mental, keadaan tidak enak badan serta perasaan lelah. (Tiran,2009).
Dysmenorea adalah kram, nyeri dan
ketidak nyaman wanita yang dihubungkan dengan menstruasi. Dysmenorea adalah
menstruasi yang nyeri, kram, menstruasi yang berat sering terjadi pada wanita
muda dan sering hilang setelah kehamilan pertama. Dysmenorea merupakan rasa
nyeri saat menstruasi yang menggangu kehidupan sehari-hari wanita dan mendorong
penderita untuk melakukan pemeriksaan atau konsultasi dokter, puskesmas atau
datang kebidanan (Ganong,2002).
Dysmenorea dasar dari nyeri haid pada
wanita merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit yang diakibatkan oleh
hiperkontraktilitas uterus yang disebabkan oleh
prostagladin. Protaglandin hanya dapat menimbulkan rasa nyeri, itu
terjadi bila mana kadar progestrone dalam darah rendah nyeri haid ini timbul
akibat kontraksi distrimik miometrium yang menampilkan suatu atau lebih dari
gejalah mulai dari nyeri ringan sampai berat pada perut bagian bawah, bokong
dan nyeri spasmodic pada sisi medial
paha. Mengingat sebagian besar wanita mengalami beberapa derajat pelvik selama
haid, maka istilah dysmenorea hanya dipakai untuk nyeri haid yang cukup berat
sampai menyebabkan penderita terpaksa mencari pertolongan dokter atau
pengobatan sendiri dengan analgesik. Yang dimaksud dysmenorea berat adalah
nyeri haid yang disertai mual, muntah, diare, pusing, nyeri kepala dan bahkan
kadang-kadang pusing. (Hartono, 2007).
2. Klasifikasi
Dysmenorea
Menurut Smeltzer (2002)
menyebabkan bahwa dysmenorea ada dua yaitu primer dan sekunder.
a. Dysmenorea
primer
Dysmenorea
primer adalah mentruasi yang sangat nyeri, tanpa patologi pelvis yang dapat di
indentifikasi, dapat terjadi pada waktu menarche atau segera setelahnya. Dysmenorea
ditandai oleh nyeri kram yang di mulai sebelum atau segerah setelah awitan
aliran menstruasi berlanjut selama 48 jam hingga 72 jam. Pemeriksaan pelvis
menunjukan temuan yang normal. Dysminorea di duga sebagai akibat dari
pembentukan prostaglandin yang berlebihan, yang menyebabkan uterus untuk
berkontraksi secara berlebihan dan juga mengakibatkan vasopasme arteriolar.
Dengan bertambahnya usia wanita, nyeri cenderung untuk menurun dan akhirnya hilang sama sekali setelah menglahirkan anak
(Smeltzer, 2002).
Bisa
juga pada pantat, rasa nyeri pada paha bagian dalam, mual, muntah, diare,
pusing atau bahkan pingsan. Jadi anda menderita dysmenorea, biasanya
keluhan-keluhan yang paling hebat muncul pada hari pertama haid. Keluhan akan
mulai berkurang hari-hari berikutnya. Umumnya berlangsung tidak lebih dari
12-16 jam. Namum, ada juga wanita yang mengalami mulai dari awal terakhir haid,
yaitu sekitar 5-6 hari (Ramaiah, 2006).
b. Dysmenorea
Skunder
Dysmenorea
sekunder berhubungan dengan kelainan yang jelas, kelainan anatomis ini kemungkinan adalah haid disertai infeksi,
endometriosis, miomi uteri, polip endometrial, stenosis serviks, IUD juga dapat
merupakan penyebabkan dysmenorea ini (Bobak, 2004).
Pasien
dysmenorea sekunder sering mengalami nyeri yang terjadi pada beberapa hari
sebelum haid disertai ovulasi dan kadang kala pada saat melakukan hubungan
sekseual (Smeltzer, 2002).
3. Etiologi
Banyak
teori dikemukankan untuk menerangkan penyebab dysmenorea primer, tetapi masih
belum jelas penyebabnya hingga saat ini.
Dahulu disebutka faktor keturunan, psikis, dan lingkungan dapat mempengaruhi
dysmenorea, namun penelitian dalam bertahun-tahun terakhir ini menunjukan
adanya pengaruh zat kimia dalam tubuh yang disebut prostaglandin. Diantara
sekian banyak hormon yang beredar dalam darah, terdapat senyawa kimia yang
disebut prostaglandin. Telah dibuktikan, prostaglandin berperan dalam mengatur
berbagai proses dalam tubuh, termaksud aktivitas usus, perubahan diameter
pembuluh darah dan kontraksi uterus. Para ahli, bila pada keadaan
tertentu, dimana. kadar prostaglandi
berlebihan, maka kontraksi uterus (Rahim) akan bertambah. Hal ini menyebabkan nyeri
yang hebat yang disebut dysmenorea. Juga beredarnya prostaglandin yang
berlebihan keseluruh tubuh akan berakibat meningkatkan aktivitas usus besar. Jadi
prostaglandin inilah yang menimbulkan gejala nyeri kepala, pusing, rasa panas
dan dingin pada muka, diare serta mual, yang mengiringi nyeri pada waktu haid (
Widjayanto, 2005)
4. Patofisiologi
Selama
fase luteal dan menstruasi, prostaglandin f2 alfa (PGF2a),
disekresi. Pelepasan PGF2a yang berlebihan meningkatkan amplitudo
dan frekuensi kontraksi uterus dan menyebabkan vasospasme arterial uterus,
sehingga mengakibatkan iskemia dan kram abdomen bawah yang bersifat siklik.
Respon sistemik terhadap PGF2a meliputi
nyeri panggung, kelemahan, pengeluaran keringat, gejala saluran cerna
(anoreksia, mual, muntah, dan diare) dan gejala sistem syaraf pusat meliputi:
pusing sinkop, nyeri kepala dan konsentrasi buruk (Bobak 2004).
5. Gejala
klinis
Gejala
dysmenorea yang paling umum adalah nyeri mirip kram di bagian bawah perut yang
menyebar ke punggung dan kaki. gejala terkait lain adalah muntah, sakit kepala,
cemas, kelelahan, diare, pusing dan
kembung atau perut terasa penuh bahkan. Beberapa wanita mengalami nyeri sebelum
menstruasi di mulai dan bisa berlangsung hingga beberapa hari (Ramaiah, 2006).
6. Penatalaksanaan
Untuk
beberepa wanita yang sedang dysmenorea biasanya nyeri dapat di kurangi dengan
pemberian panas (kompres panas atau mandi air panas), masase, latihan fisik, dan
tidur cukup untuk meredakan dysmenorea primer. Panas meredakan iskemia dengan
menurunkan kontraksi dan meningkatkan sirkulasi. Perubahan diet dengan
mengurangi garam dan peningkatan penggunaan diuretik alami, seperti asparagus
atau daun sup dapat mengurangi edema dan rasa tidak nyaman yang timbul.
Penggunaan obat analgesik, obat-obatan anti radang bukan steroid (Non Steroid Anti Inflammatory Drugs) dan
diuretik untuk releksasi uterus. Sebagai upaya terakhir untuk mengatasi
dismenorea yang tidak dapat kendalikan penbedahan dapat di indikasikan (Bobak,
2004).
Ramaiah
(2006) menyebutkan bahwa, salah satu cara yang sangat efektif untuk mencegah
nyeri dysmenorea ini adalah merasakan aktifitas olaraga. Beberapa latihan dapat
meningkatkan pasokan darah ke organ reproduksi sehingga memperlancar peredaran
darah. Olaraga teratur seperti berjalan kaki, jongging, berlari, bersepede,
renang atau senam aerobik dapat memperbaiki kesehatan secara umum dan membantu
menjaga siklus mentruasi yang teratur. olaraga setidaknya melakukan tiga hingga
empat kali seminggu, khususnya selama paruh kedua siklus mentruasi. Riset
menunjukkan bahwa perempuan yang berolahraga teratur dapat meningkatkan sekresi
hormon dan pemanfaatannya, khususnya estrogen.
No comments:
Post a Comment