Friday 9 October 2015

makalah Dysmenorea



1.      Definisi Dysmenorea
Dysmenorea adalah haid yang nyeri atau sulit. Ditandai dengan nyeri mirip kram yang terasa pada daerah abdomen bagian bawah dan kadang-kadang diikuti oleh sakit kepala, kadang mudah tersinggung, depresi mental, keadaan tidak enak badan serta perasaan lelah. (Tiran,2009).
Dysmenorea adalah kram, nyeri dan ketidak nyaman wanita yang dihubungkan dengan menstruasi. Dysmenorea adalah menstruasi yang nyeri, kram, menstruasi yang berat sering terjadi pada wanita muda dan sering hilang setelah kehamilan pertama. Dysmenorea merupakan rasa nyeri saat menstruasi yang menggangu kehidupan sehari-hari wanita dan mendorong penderita untuk melakukan pemeriksaan atau konsultasi dokter, puskesmas atau datang kebidanan (Ganong,2002).
Dysmenorea dasar dari nyeri haid pada wanita merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit yang diakibatkan oleh hiperkontraktilitas uterus yang disebabkan oleh  prostagladin. Protaglandin hanya dapat menimbulkan rasa nyeri, itu terjadi bila mana kadar progestrone dalam darah rendah nyeri haid ini timbul akibat kontraksi distrimik miometrium yang menampilkan suatu atau lebih dari gejalah mulai dari nyeri ringan sampai berat pada perut bagian bawah, bokong dan nyeri spasmodic pada sisi medial paha. Mengingat sebagian besar wanita mengalami beberapa derajat pelvik selama haid, maka istilah dysmenorea hanya dipakai untuk nyeri haid yang cukup berat sampai menyebabkan penderita terpaksa mencari pertolongan dokter atau pengobatan sendiri dengan analgesik. Yang dimaksud dysmenorea berat adalah nyeri haid yang disertai mual, muntah, diare, pusing, nyeri kepala dan bahkan kadang-kadang pusing. (Hartono, 2007).
2.      Klasifikasi Dysmenorea
Menurut Smeltzer (2002) menyebabkan bahwa dysmenorea ada dua yaitu primer dan sekunder.
a.       Dysmenorea primer
Dysmenorea primer adalah mentruasi yang sangat nyeri, tanpa patologi pelvis yang dapat di indentifikasi, dapat terjadi pada waktu menarche atau segera setelahnya. Dysmenorea ditandai oleh nyeri kram yang di mulai sebelum atau segerah setelah awitan aliran menstruasi berlanjut selama 48 jam hingga 72 jam. Pemeriksaan pelvis menunjukan temuan yang normal. Dysminorea di duga sebagai akibat dari pembentukan prostaglandin yang berlebihan, yang menyebabkan uterus untuk berkontraksi secara berlebihan dan juga mengakibatkan vasopasme arteriolar. Dengan bertambahnya usia wanita, nyeri cenderung untuk menurun dan akhirnya  hilang sama sekali setelah menglahirkan anak (Smeltzer, 2002).
Bisa juga pada pantat, rasa nyeri pada paha bagian dalam, mual, muntah, diare, pusing atau bahkan pingsan. Jadi anda menderita dysmenorea, biasanya keluhan-keluhan yang paling hebat muncul pada hari pertama haid. Keluhan akan mulai berkurang hari-hari berikutnya. Umumnya berlangsung tidak lebih dari 12-16 jam. Namum, ada juga wanita yang mengalami mulai dari awal terakhir haid, yaitu sekitar 5-6 hari (Ramaiah, 2006).
b.      Dysmenorea Skunder
Dysmenorea sekunder berhubungan dengan kelainan yang jelas, kelainan anatomis  ini kemungkinan adalah haid disertai infeksi, endometriosis, miomi uteri, polip endometrial, stenosis serviks, IUD juga dapat merupakan penyebabkan dysmenorea ini (Bobak, 2004).
Pasien dysmenorea sekunder sering mengalami nyeri yang terjadi pada beberapa hari sebelum haid disertai ovulasi dan kadang kala pada saat melakukan hubungan sekseual (Smeltzer, 2002).
3.      Etiologi
Banyak teori dikemukankan untuk menerangkan penyebab dysmenorea primer, tetapi masih belum jelas penyebabnya hingga saat ini.  Dahulu disebutka faktor keturunan, psikis, dan lingkungan dapat mempengaruhi dysmenorea, namun penelitian dalam bertahun-tahun terakhir ini menunjukan adanya pengaruh zat kimia dalam tubuh yang disebut prostaglandin. Diantara sekian banyak hormon yang beredar dalam darah, terdapat senyawa kimia yang disebut prostaglandin. Telah dibuktikan, prostaglandin berperan dalam mengatur berbagai proses dalam tubuh, termaksud aktivitas usus, perubahan diameter pembuluh darah dan kontraksi uterus. Para ahli, bila pada keadaan tertentu,  dimana. kadar prostaglandi berlebihan, maka kontraksi uterus (Rahim) akan bertambah. Hal ini menyebabkan nyeri yang hebat yang disebut dysmenorea. Juga beredarnya prostaglandin yang berlebihan keseluruh tubuh akan berakibat meningkatkan aktivitas usus besar. Jadi prostaglandin inilah yang menimbulkan gejala nyeri kepala, pusing, rasa panas dan dingin pada muka, diare serta mual, yang mengiringi nyeri pada waktu haid ( Widjayanto, 2005)
4.      Patofisiologi
Selama fase luteal dan menstruasi, prostaglandin f2 alfa (PGF2a), disekresi. Pelepasan PGF2a yang berlebihan meningkatkan amplitudo dan frekuensi kontraksi uterus dan menyebabkan vasospasme arterial uterus, sehingga mengakibatkan iskemia dan kram abdomen bawah yang bersifat siklik. Respon sistemik terhadap PGF2a  meliputi nyeri panggung, kelemahan, pengeluaran keringat, gejala saluran cerna (anoreksia, mual, muntah, dan diare) dan gejala sistem syaraf pusat meliputi: pusing sinkop, nyeri kepala dan konsentrasi buruk (Bobak 2004).

5.      Gejala klinis
Gejala dysmenorea yang paling umum adalah nyeri mirip kram di bagian bawah perut yang menyebar ke punggung dan kaki. gejala terkait lain adalah muntah, sakit kepala, cemas, kelelahan, diare, pusing  dan kembung atau perut terasa penuh bahkan. Beberapa wanita mengalami nyeri sebelum menstruasi di mulai dan bisa berlangsung hingga beberapa hari (Ramaiah, 2006).
6.      Penatalaksanaan
Untuk beberepa wanita yang sedang dysmenorea biasanya nyeri dapat di kurangi dengan pemberian panas (kompres panas atau mandi air panas), masase, latihan fisik, dan tidur cukup untuk meredakan dysmenorea primer. Panas meredakan iskemia dengan menurunkan kontraksi dan meningkatkan sirkulasi. Perubahan diet dengan mengurangi garam dan peningkatan penggunaan diuretik alami, seperti asparagus atau daun sup dapat mengurangi edema dan rasa tidak nyaman yang timbul. Penggunaan obat analgesik, obat-obatan anti radang bukan steroid (Non Steroid Anti Inflammatory Drugs) dan diuretik untuk releksasi uterus. Sebagai upaya terakhir untuk mengatasi dismenorea yang tidak dapat kendalikan penbedahan dapat di indikasikan (Bobak, 2004).
Ramaiah (2006) menyebutkan bahwa, salah satu cara yang sangat efektif untuk mencegah nyeri dysmenorea ini adalah merasakan aktifitas olaraga. Beberapa latihan dapat meningkatkan pasokan darah ke organ reproduksi sehingga memperlancar peredaran darah. Olaraga teratur seperti berjalan kaki, jongging, berlari, bersepede, renang atau senam aerobik dapat memperbaiki kesehatan secara umum dan membantu menjaga siklus mentruasi yang teratur. olaraga setidaknya melakukan tiga hingga empat kali seminggu, khususnya selama paruh kedua siklus mentruasi. Riset menunjukkan bahwa perempuan yang berolahraga teratur dapat meningkatkan sekresi hormon dan pemanfaatannya, khususnya estrogen.

No comments:

Post a Comment