KONSEP KEPERAWATAN BAYI BARU
LAHIR
By. Junaedi bonggaupa Amd. Kep
Batasan
Bayi
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang
lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dengan berat badan lahir 2500
gram sampai dengan 4000 gram.
Fisiologi Fetus dan Neonatus
1. Metabolisme
Sistem metabolisme
neonatus, pada jam pertama energi didapatkan dari pembakaran karbohidrat, pada
hari kedua berasal dari pembakaran lemak. Setelah mendapatkan susu ± hari ke
enam energi dari lemak 60% dan dari karbohidrat 40%.
Dalam waktu 2 jam
setelah lahir akan terjadi penurunan kadar gula darah, untuk menambah energi
pada jam-jam pertama setelah lahir diambil dari hasil metabolisme asam lemak
sehingga kadar gula dapat mencapai 120 mg/ 100 ml.
Apabila karena sesuatu
hal misalnya bayi dari ibu yang menderita DM dan BBLR, perubahan glukosa
menjadi glikogen akan meningkat atau terjadi gangguan metabolisme asam lemak
yang tidak dapat memenuhi kebutuhan neonatus, maka kemungkinan bayi akan
mengalami hipoglikemia.
2. Suhu Tubuh
Segera setelah bayi
lahir, bayi akan berada di tempat yang suhu lingkungannya lebih rendah dari
lingkungan dalam rahim. Suhu tubuh neonatus yang normal yaitu sekitar 36,5 ºC
sampai 37 ºC. Bila bayi dibiarkan dalam suhu kamar (25 ºC) maka bayi akan
kehilangan panas melalui evaporasi (penguapan), konveksi dan radiasi sebanyak
200 kalori/kg BB/menit, sedangkan pembentukan panas yang dapat diproduksi hanya
per sepuluh dari jumlah kehilangan panas di atas, dalam waktu yang bersamaan.
Hal ini akan menyebabkan penurunan suhu tubuh sebanyak 2 ºC dalam waktu 15
menit. Keadaan ini sangat berbahaya untuk neonatus terlebih bagi bayi BBLR,
bayi dapat mengalami asfiksia karena tidak sanggup mengimbangi penurunan suhu
tersebut dengan produksi panas yang dibuat sendiri.
Akibat suhu yang rendah
metabolisme jaringan akan meningkat dan berakibat lebih mudah terjadinya
asidosis metabolic berat sehingga kebutuhan oksigen akan meningkat . Selain itu
hipotermi yang terjadi pada neonatus dapat menyebabkan hipoglikemia.
Untuk mengurangi
kehilangan panas tersebut di atas dapat dapat ditanggulangi dengan mengatur
suhu lingkungan, membungkus badan bayi dengan kain hangat, membungkus kepala
bayi, disimpan ditempat tidur yang sudah dihangatkan atau dimasukkan sementara
ke dalam incubator.
3. Respirasi
Saat dalam kandungan fetus sudah mengadakan gerakan napas, tetapi liquor
amni tidak sampai masuk ke dalam alveoli fetus. Keseimbangan saturasi oksigen
dipengaruhi oleh konsentrasi oksigen dan karbondioksida. Keseimbangan saturasi
oksigen sangat penting bagi janin dalam rahim, bila terjadi kenaikan saturasi
oksigen melebihi 50 % akan tejadi apnoe, sebaliknya bila menurun lebih dari 25
% akan mempengaruhi sensitifitas pusat pernapasan. Saturasi oksigen janin
dipengaruhi oleh sirkulasi otero-plasenter, karena selama dalam uterus, janin
mendapat O2 dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah fetus lahir
pertukaran gas berubah melalui paru-paru bayi. Sehingga terjadi rangsang pernapasan
pertama bayi melalui mekanisme :
a.
Tekanan mekanis pada toraks sewaktu melalui jalan lahir.
b.
Penurunan tekanan O2 dan kenaikan tekanan CO2
merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus karotis.
c.
Rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang
permulaan gerakan pernapasan.
d. Refleks deflasi Hering Breur
Perkembangan normal pada neonatus pertama
kali bernapas 30 detik sesudah kelahiran, tekanan rongga dada bayi pada saat
melalui jalan lahir per vagina mengakibatkan cairan paru-paru (pada bayi normal
jumlahnya 80 – 100 ml) kehilangan ⅓ dari jumlah cairan tersebut,
sehingga cairan yang hilang ini diganti dengan udara, paru-paru berkembang dan
rongga dada kembali pada bentuk semula.
Respirasi
selama masa neonatus terlihat diafragmatik-abdominal dengan frekuensi yang
masih belum teratur, antara 40 – 100 x/menit untuk satu jam pertama kelahiran.
4. Kardiovaskuler
Masa fetus darah dari plasenta melalui vena umbilicalis masuk ke tubuh
janin. Sebagian darah dialirkan ke hati dan sebagian besar melalui duktus
venosus Arantu akan mengalir ke vena cava inferior à atrium kanan à ventrikel
kanan à ke atrium kiri melalui foramen ovale à ventrikel
kiri yang kemudian dipompakan ke aorta.
Sementara
darah dari ventrikel kanan dipompa ke paru-paru, karena terdapat tekanan dari
paru-paru yang belum berkembang, darah yang mengalir melalui ke arteri
pulmonalis ke paru hanya sebagian, dan yang sebagian akan mengalir melalui
duktus arteriosus botali ke aorta.
Darah dari aorta yang mengandung
nutrisi dan oksigen akan mengalir ke seluruh tubuh. Darah dari sel tubuh
bersama sisa metabolisme akan dialirkan ke plasenta melalui arteri umbilikalis.
Saat
fetus lahir, segera bayi mengisap udara dan menangis kuat, paru mengembang dan
tekanan dalam paru menurun, tekanan aorta desenden meningkat karena rangsang
biokimia (PaO2 yang naik), daah seolah terhisap ke paru, mengakibatkan duktus
arteriosus botali tidak berfungsi lagi. Dengan masuknya darah dari paru-paru ke
dalam atrium kiri, tekanan atrium kiri menjadi lebih tinggi daripada tekanan di
atrium kanan, hal ini menyebabkan foramen ovale menutup secara fisiologis dan
tidak berfungsi lagi. Hal ini terjadi pada jam pertama kelahiran. Sirkulasi
janin berubah menjadi sirkulasi bayi yang hidup di luar badan ibu.
5. Traktus Digestivus
Saat kehamilan 4
bulan alat pencernaan telah cukup terbentuk dan janin telah dapat menelan air
ketuban. Absorpsi air ketuban terjadi melalui mukosa seluruh traktus
digestivus. Sisa absorpsi berupa lanugo dan verniks kaseosa akan keluar bersama
meconium ada saat bayi lahir, yang keluar dalam 1 jam setelah kelahiran.
6. Keseimbangan Asam-Basa
pH darah waktu lahir rendah karena glikolisis anaerob. Dalam 24 jam pertama
neonatus telah mengkompensasi asidosis ini.
7. Traktus Urinarius
Glomerulus mulai terbentuk pada
usia fetus 8 minggu. Ginjal fetus mulai berfungsi pada kehamilan 3 bulan, namun
belum optimal. Setelah tali pusat diikat banyak darah mengalir ke ginjal
sehingga fungsi ginjal baik.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BARU LAHIR NORMAL
1.
Pengkajian à inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi
a. Riwayat kehamilan
Mulai HPHT – umur kehamilan 38 – 42 minggu
·
Ibu tidak menderita : hipertensi, kelainan jantung, DM,
penyakit menular
·
Riwayat
obstetric baik
·
Kehamilan
< 3 kali
·
Umur
ibu < 20 tahun dan < 35 tahun
·
Nutrisi
ibu
·
Pemeriksaan
kehamilan secara teratur
b. Riwayat persalinan
·
Bayi
lahir spontan
·
Letak
belakang kepala
·
Bayi
segera bernapas
·
Bayi segera menangis : kuat dan keras, tidak lemah dan
tidak nyaring
·
Nilai
Apgar à
1 menit : 10 ; 5 menit : 10
·
Pada kala I dan II tidak ada kelainan
c. Penentuan usia kehamilan
Usia kehamilan 38 – 42 minggu – cukup
bulan, dengan pemeriksaan
·
Garis
lipatan telapak kaki
·
Nodules
buah dada
·
Rambut
kulit kepala
·
Daun
telinga
·
Bayi
laki-laki à
testis tergantung
·
Bayi
perempuan à
klitoris dan labia minora ditutupi labia mayora.
2. Pemeriksaan
fisik à Apgar Score, Antropometri, tanda-tanda vital
3. Pemeriksaan Refleks
- Refleks moro : sentuhan, berkurang pada umur 4 bulan, hilang 6 bulan
- Refleks rooting : menoleh, berkurang pada umur 6 bulan, berhenti usia 1 tahun
- Refleks swallowing : menelan
- Refleks stopping : berinjak
- Refleks Palmar Graps : menggenggam, berkurang pada umur 4 bulan
- Babinsky : mengikuti arah, berhenti pada usia 1 tahun
- Mata berkedip : dengan rangsangan cahaya atau sentuhan, sejak lahir – sepanjang kehidupan
Pengkajian
1.
Inspeksi
Pedoman inspeksi
·
Inspeksi adalah sederhana tetapi menggunakan teknik yang
sangat terlatih.
·
Inspeksi melibatkan penggunaan penglihatan, pendengaran
dan penciuman pada pengkajian yang sistematik.
·
Inspeksi adalah esensial pada permulaan pengkajian
kesehatan untuk mendeteksi dengan jelas keluhan guna menetapkan prioritas.
·
Inspeksi harus teliti dan harus mencakup setiap bagian
tubuh.
·
Inspeksi
membutuhkan pencahayaan yang baik.
·
Bagian tubuh dikaji terhadap bentuk, warna, kesimetrisan
dan bau.
2. Palpasi
Pedoman palpasi
- Dilakukan jari dan telapak tangan untuk menentukan suhu, dehidrasi, tekstur, bentuk, gerakan dan area nyeri tekan.
·
Hangatkan
tangan sebelum palpasi.
·
Pertahankan
kuku tetap pendek.
·
Daerah
yang lunak terakhir dipalpasi
·
Lakukan dengan ujung jari untuk palpasi, ukuran, bentuk,
tekstur dan hidrasi.
3. Perkusi
·
Dilakukan dengan ketukan untuk menghasilkan gelombang
bunyi yang ditandai dengan intensitas, nada, durasi dan kualitas.
·
Bisa secara langsung atau tidak langsung.
·
Lakukan perkusi dari daerah resonan à redup
Bunyi Perkusi
|
Intensitas
|
Nada
|
Durasi
|
Kualitas
|
Bagian tubuh
|
Timpani
|
Keras
|
Tinggi
|
Sedang
|
Seperti gendang
|
Gelembung udara gastric usus yang berisi udara seperti
ketukan pipi yang digembungkan
|
Resonan
|
Sedang - keras
|
Rendah
|
Panjang
|
Bergema
|
Paru-paru
|
Hiperesonan
|
Sangat keras
|
Sangat rendah
|
Panjang
|
Nyaring
|
Paru-paru dengan udara yang tertangkap (paru-paru pada
anak kecil)
|
Pekak
|
Halus - keras
|
Tinggi
|
Sedang
|
Seperti gebuk
|
Hati : ruangan yang berisi cairan
|
Datar
|
Halus
|
Tinggi
|
Pendek
|
Datar
|
Otot
|
4. Auskultasi
Pedoman auskultasi
·
Merupakan
proses pendengaran bunyi
·
Bel stetoskop untuk bunyi rendah (kardiovaskuler) dan
bagian diafragma untuk bunyi nada tinggi (gangguan paru-paru dan usus).
·
Stetoskop ditempatkan dengan rapat pada bagian tubuh
(tidak ditekan terlalu kuat à kulit menjadi rata
dan vibrasi kurang).
·
Pemeriksa harus terlatih mendengar bunyi-bunyian normal
sebelum mengidentifikasi bunyi abnormal.
No comments:
Post a Comment