Sunday 30 September 2012

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN EPILEPSI



ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN EPILEPSI
A.    Defenisi
Adalah suatu gangguan serebro kronis dengan berbagai macam etiologi. Yang ditandai oleh timbulnya serangan parokssimal yang berkala sebagai akibat lepasnya muatan listrik serbal scr eksesif.

B.     Insiden
Ø  Prevalensi 4 – 7 %
Ø  Di  Indonesia terdapat ± 900.000 – 1,8 juta penderita epilepsy
Ø  Laki – laki lebih banyak dari perempuan
Ø  Awitan :
·         Kurang dari 4 tahun 30 – 32,9 %
·         Kurang dari 10 tahun 50 – 51,5 %
·         Kurang dari 20 tahun 75 – 83,4 %
·         Lebih dari 25 tahun 15 %

C.     Etiologi
Dapat dibagi atas 2 kelompok
1.      Epilepsi idiopatik
Penyebabnya tidak diketahui, yang meliputi ± 50 % penderita epilepsi
2.      Epilepsy simptomatik
Penyebabnya sangat bervariasi, tergantung pada usia awitan
a.       Kelompok usia 0 – 6 bulan
ü  Kelainan intra uterine
ü  Kelainan selama persalinan
ü  Kelainan congenital
ü  Gangguan metabolic
ü  Infeksi
b.      Kelompok usia 6 bln – 3 tahun
ü  Kejang demam
ü  Cedera kepala
ü  Keracunan dengan gangguan metabolism
ü  Degenerasi serebral
c.       Kelompok anak remaja
ü  Infeksi virus, bakteri parasit
ü  Abses otak
d.      Kelompok usia muda
ü  Cedera kepala
ü  Tumor otak
ü  Infeksi
e.       Kelompok usia lanjut
ü  gangguang pembuluh darah otak
ü  degenerasi cerebral
ü  trauma
ü  tumor

D.    Patofisiologi
Gejala yang ditimbulkan akibat serangan epilepsy sebagian karena otak mengalami kerusakan. Berat ringannya gangguan tergantung dari lokasi dan keadaan patologinya. Bila lesi bagian otak tengah tahalamus bersifat epilettogenik. Lesi pada secebullum dan batang otak biasanya tidak mengakibatkan serangan epileptic. Serangan epilepsy terjadi karena adanya lepas muatan listrik yang berlebihan dari neuron di SSP yang terlokalisir. Hsl ini terjadi karena adanya gangguan keseimbangan antara proses eksitasi dan inhibisis pada intraksi nruron, yang disebabkan gangguan pada sel neuronnya sendiri atau tranmisi sinaptiknya.
Transmisi sinaptik oleh neurotransmiter yang bersifat eksitasi atau inhibisi dalam keadaan gangguan akan mempengaruhi membrane sel, sehingga terjadi proses :
1.      Ketidak stabilan membrane sel saraf sehingga sel mudah di aktifkan
2.      Kemungkinan terjadi polarisasi yang berlebihan, hiperpolarisasi atau berhentinya repolarisasi, karena terjadi perbedaan potensial listrik lapisan intra sel dan ekstra sel
3.      Adanya ketdkseimbangan ion yang mengubah lingk kimia neuron menyebabkan membrane neuron depolarisasi

E.     Klasifikasi
Bangkitan epilepsy menurut internayional league against epilepsy ( ILAE) dibagi atas 3 tipe :
1.      Bangkitan partial
2.      Bangkitan umum
3.      Bangkitan yang tidak terklasifikasi
1.      Bangkitan partial
Berasal dari daerah tertentu dalam otak
a.       Bangkitan partial sederhana/ jakcson ditandai dengan kesadaran yang tetap baik, dapat berupa fokal motorik yang menjalar atau tanpa memnjalar
·         Gerakan klonik jari tangan, lalu menjalar kelengan bawah & atas atau menjalar keseluruh tubuh
·         Gerakan versif dimana kepala leher menengok kesatu sisi
·         Gerakan sensori fokal menjalar atau sensorik khusus berupa halusinasi sederhana ( visual, auditiorik, gustatorik)
·         Kadang ada deficit neurologic fokal post iktal ( pasca bangkitan) berupa kelumpuan ekstremitas disebut Todd’s paralaysis, hilang dalam beberapa jam
b.      Bangkitan partial kompleks
Didapati adanya gangguan kesadaran dan gejala piksis/ gangguan fungsi luhur :
·         Disphasia
·         De ja – vu ( kenal dengan peristiwa2 yang belum pernah dialaminya)
·         Jamais – vu ( tdk kenal dengan yang pernah dialaminya)
·         Dreamy state ( keadaan seperti mimpi)
·         Ilusi, halusinasi
·         Otomatisme ( mengunyah, menelan, gerakan – gerakan tertentu)
Penderita menjadi sering bingung, disorientasi, selama bbrp menit pasca bangkit kompleks ini.
c.       Bangkitan umum sekunder
Bangkitan partial dapat berubah menjadi bengkitan  jenis lain melalui bbrp tingkat, hal ini menunjukkan adanya penyebab lain
Bangkitan mioklonik
Ditandi dengan kortaksi otot2 tubuh secara cepat, sinkron & bilateral atau kadang2 hanya mengenai klp otot tertentu
Bangkitan atonik
Ditandai dengan kehilangan tonus otot secara mendadak pada klp tertentu misalnya :
ü  Kelompok otot leher → kepala seolah jatuh
ü  Seluruh otot tubuh → klien jatuh
Berlangsung singkat, kesadaran dapt hilang sesaat, atau tidak sama sekali
Bangkitan tonik saja
Bangkitan klonik saja
d.      Bangkitan yang tidak diklesifikasikan
Kejang yang tidak diketahui penyebabnya, sehingga tidak termasuk kedalam kategori bangkitan umum atau partial
Klasifikasi lain :
1.      Grand mal ( konvulsitonikklonik generalisata)
Dimulai mendadak ( serangan tiba2 mata berputar keatas, klien pucat, kehilangan kesadaran)
a.       Spasme tonik ( fase tonik)
Keseluruhan tubuh terserang spasme tonik, kaku, hilang kesadaran, muka pucat, sianosis akibat henti napas 15 – 20 menit kemudian diikuti oleh :
b.      Fase klonik
Ø  Ekstemitas tersentak cepat, pernapasan ngorok, lidah bias tergigit
Ø  Pelepasan listrik autonom berupa kering berlebihan, saliva, berbusa & defakasi involunter
Ø  Onset 1 – 2 menit, jika berlangsung bbrp jam ( status epileptikus) →  keparahan menurun ) →  pasien dapat sembuh atau tertidur & terbangun ) →  kelelahan & nyeri kepala
Ø  Hal ini dapat berulang tidak diketahui penyebabnya kemungkinan idiopatik atau genetic
Ø  Jika epilepsy grand mal ada riwayat kejang ( keluarga) yang serupa
2.      Epilepsy petit mal
Ø  Gangguan serangan sepintas, disertai kedipan bola mata / kedutan mulut
Ø  Serangan yang khas selama gerakan volunteer
Ø  Serangan tunggal jarang menyebabkan masalah kejang, kejang berulang
Ø  Prognosis 50 % hilang/ sembuh tanpa terapi
3.      Epilepsy fokal
Ø  Serangan dimulai pada satu sisi tubuh, misalnya wajah atau jari2 tangan menyebar sampai seluruh sisi mengalami gerakan klonik
Ø  Kesadaran bias dipertahankan, anak dapat melihat gerakan klonik
Ø  Jika menyerang pada sisi yang berlawanan kesadaran akan hilang
Ø  Dapat menyebabkan halusinasi pendengaran, penglihatan untuk waktu yang pendek
Ø  Pusing, berkeringat, pucat, nyeri abdomen ( variasi epilepsy lobus temporalis)
Ø  Biasanya atau lebih banyak pada anak 3 tahun sampai dewasa
4.      Kejang mioklonik
Ø  Dapat menyertai kejang grand mal/petit mal
Ø  Serangan spasme tersendiri pada sekelompok otot
Ø  Klien dapat menjatuhkan sesuatu
5.      Spasme infantile
Ø  Spasme infantile ( spasme mioklonik massif, serangan2 selama kejang berupa kejang pisau lipat, kejang kilat) hanya terjadi pada bayi, biasanya menyertai kerusakan otot yang luas, gangguan mental ( MR)
Ø  Terjadi kontraksi mioklonik ekstremitas, leher, anak tertawa, menangis, ektremitas flexor atau ektensor

F.      Test diagnostic
1.      EEG
2.      Photo polos kepala
3.      CT scan & MRI

G.    Pengobatan
Tujuan untuk penyembuhan atau bila tidak mampu menyembuhkan, untuk membatasi gejala2 & mengurangi efek samping dari pengobatan, shg dapat memperbaiki kualitas hidup. Obat antiepileptic mempunyai afektifitas untuk berbagai bangkitan yang berbeda
1.      Phenobarbital ( pirimidon)
Obat yang baik mengatasi epilepsy kecuali petitmall
2.      Phenytoin (dilantin)
Aman untuk epilepsipsichomotor, petiy mal epilepsy, sering digunakan phenobarbital
3.      Ethosuximide ( zarontin) untuk petit mal
4.      Pyrimidane (mysoline)
Bias digunakan tunggal/ganda dengan obat antu kejang lain mengontrol tipe campuran kejang
5.      Diazepam ( valium)
Status epileptikus ( IM, IV) epilepsy yang terulang/kambuh
6.      Carbamazepine ( tegretol)
Baik untuk kejang motorik mayor & psychomotor

Masalah & intervensi keperawatan
1.      Risiko terjadinya kecelakaan : trauma, kekurangan oksigen
2.      Risiko tidak efektifnya pernapasan b/d spasme otot pernapasan
3.      Disorientasi b/d gangguan cerebral
4.      Gangguan rasa aman cemas b/d dirawat RS, dilakukannya prosedur diagnostic
5.       Kurangnya pengetahuan ttg gang kejang & penangananya
6.      Isolasi social b/d penyakit yang dideritanya

Penanganan/ management keperawatan
1.      Mengontrol kejang berupa kolaboratif pemberian obat anti epiletik
2.      Melindungi anak dr trauma/ kecelekaan selama episode kejang/ konvulsi
a.       Pencegahan
ü  Mengangkat atau memindahkan mainan yang berbahaya
ü  Lidah tetap dijaga dengan tongue spatel
ü  Siapkan mesin suction, baik untuk mengeluarkan sekresi selama periode kejang
ü  Sediakan O2
b.      Tindakan emergency
ü  Bersihkan daerah sekitar lokasi anak berada jika anak ditempat tidur
ü  Jangan diikat
ü  Lepaskan pakaian disekitar daerah leher
ü  Jika klien dalam keadaan berdiri turunkan/baringkan kelantai atau tempat tidur
ü  Miringkan klien kesalah satu sisi
ü   Tempatkan gulungan kecil handuk /selimut dibawah leher & kepalanya jika klien berada dilantai
ü  Letakkan spatel diantara gigi
ü  Lakukan suction jika diperlukan
ü  Jgn memasukkasn apapun kedalam mulut klien
3.      Mencatat secara akurat selama kejang
ü  Kejadian sebelum kejang berlangsung : suara rebut, kegembiraan Dll
ü  Tingkah laku sebelum kejang
ü  Pergerakan
ü  Waktu kejang timbul/ berakhir
ü  Lokasi twitching/kontraksi
ü  Perubahan mata/ pergerakan mata, ukuran pupil
ü  Inkontinen
ü  Jumlah keringat, perubahan pernapasan
ü  Perubahan warna, pucat, cyanosis
ü  Mulut gigi bergerak – gerak,lidah bisa digigit
ü  Tingkat kesadaran selama kejang
ü  Tingkah laku setelah kejang : daya ingat, tipe percakapan, koordinasi, paralysis, lemah, tidur setelah serangan, reaksi pupil
ü  Tanda – tanda vital dan sensasi  yang tidak biasanya
4.      Observasi anak untuk kejang yang berulang
ü  Tempatkan anak didaerah yang dapat dioservasi
ü  Monitorin tanda – tanda vital dan mengkaji status neurologic
ü  Lakukan pengecekan sesering mungkin catat perubahan prilaku, irrtabilitas, kelelahan
5.      Memberikan dukungan emosional pada anak dan orang tua
ü  Menjelaskan pada klien setiap kali pemeriksaan, evaluasi & pengobatan yang diterimanya misalnya : EEG, peneumo encephalogram, pemeriksaan darah terapi obat2an
ü  Jelaskan tentang penyakit yang dideritanya
ü  Observasi reaksi klien & orang tua pada setiap penolakan
ü   Siapkan orang tua bahwa nanti harus kembali untuk melakukan control
ü  Menunjukkan pada orang tua bagaimana memperoleh petunjuk, memperoleh sumber : social worker, sekolah perawat, psikiatri dll
6.      Mengurangi kecemasan klien selama dalam perawatan di RS
ü  Melakukan pendekatan pada klien
ü  Menjelaskan tentang obat anti konvulsan, pemeriksaan diagnostic
ü  Biarkan klien melakukan aktivitas sebisanya misalnya : berpakaian
ü  Jika anak post kejang temani klien & keluarga dan tenangkan klien
7.      Melakukan penyuluhan kesehatan
ü  Tempat klien dalam lingkungan yang normal semaksimal mungkin
Ø  Biarkan bersekolah disekolah umum
Ø  Bairkan melakukan aktivitas
Ø  Biarkan kedisiplinan seperti anak yang normal
ü  Beri penjelasan yang sesuai tentang pengobatan dan diagnose
ü  Anak yang lebih dewasa/ basar biarkan untuk berdiri sendiri
ü  Menjelaskan factor – factor yang akan menyertai selama episode kejang
ü  Beri dukungan terhadap orang tua