ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN EPILEPSI
A. Defenisi
Adalah suatu
gangguan serebro kronis dengan berbagai macam etiologi. Yang ditandai oleh
timbulnya serangan parokssimal yang berkala sebagai akibat lepasnya muatan
listrik serbal scr eksesif.
B. Insiden
Ø Prevalensi
4 – 7 %
Ø Di Indonesia terdapat ± 900.000 – 1,8 juta
penderita epilepsy
Ø Laki
– laki lebih banyak dari perempuan
Ø Awitan
:
·
Kurang dari 4 tahun 30
– 32,9 %
·
Kurang dari 10 tahun 50
– 51,5 %
·
Kurang dari 20 tahun 75
– 83,4 %
·
Lebih dari 25 tahun 15
%
C. Etiologi
Dapat dibagi
atas 2 kelompok
1. Epilepsi
idiopatik
Penyebabnya
tidak diketahui, yang meliputi ± 50 % penderita epilepsi
2. Epilepsy
simptomatik
Penyebabnya
sangat bervariasi, tergantung pada usia awitan
a. Kelompok
usia 0 – 6 bulan
ü Kelainan
intra uterine
ü Kelainan
selama persalinan
ü Kelainan
congenital
ü Gangguan
metabolic
ü Infeksi
b. Kelompok
usia 6 bln – 3 tahun
ü Kejang
demam
ü Cedera
kepala
ü Keracunan
dengan gangguan metabolism
ü Degenerasi
serebral
c. Kelompok
anak remaja
ü Infeksi
virus, bakteri parasit
ü Abses
otak
d. Kelompok
usia muda
ü Cedera
kepala
ü Tumor
otak
ü Infeksi
e. Kelompok
usia lanjut
ü gangguang
pembuluh darah otak
ü degenerasi
cerebral
ü trauma
ü tumor
D. Patofisiologi
Gejala yang
ditimbulkan akibat serangan epilepsy sebagian karena otak mengalami kerusakan.
Berat ringannya gangguan tergantung dari lokasi dan keadaan patologinya. Bila
lesi bagian otak tengah tahalamus bersifat epilettogenik. Lesi pada secebullum
dan batang otak biasanya tidak mengakibatkan serangan epileptic. Serangan
epilepsy terjadi karena adanya lepas muatan listrik yang berlebihan dari neuron
di SSP yang terlokalisir. Hsl ini terjadi karena adanya gangguan keseimbangan
antara proses eksitasi dan inhibisis pada intraksi nruron, yang disebabkan
gangguan pada sel neuronnya sendiri atau tranmisi sinaptiknya.
Transmisi
sinaptik oleh neurotransmiter yang bersifat eksitasi atau inhibisi dalam
keadaan gangguan akan mempengaruhi membrane sel, sehingga terjadi proses :
1. Ketidak
stabilan membrane sel saraf sehingga sel mudah di aktifkan
2. Kemungkinan
terjadi polarisasi yang berlebihan, hiperpolarisasi atau berhentinya
repolarisasi, karena terjadi perbedaan potensial listrik lapisan intra sel dan
ekstra sel
3. Adanya
ketdkseimbangan ion yang mengubah lingk kimia neuron menyebabkan membrane
neuron depolarisasi
E. Klasifikasi
Bangkitan
epilepsy menurut internayional league against epilepsy ( ILAE) dibagi atas 3
tipe :
1. Bangkitan
partial
2. Bangkitan
umum
3. Bangkitan
yang tidak terklasifikasi
1. Bangkitan
partial
Berasal dari
daerah tertentu dalam otak
a. Bangkitan
partial sederhana/ jakcson ditandai dengan kesadaran yang tetap baik, dapat
berupa fokal motorik yang menjalar atau tanpa memnjalar
·
Gerakan klonik jari
tangan, lalu menjalar kelengan bawah & atas atau menjalar keseluruh tubuh
·
Gerakan versif dimana
kepala leher menengok kesatu sisi
·
Gerakan sensori fokal
menjalar atau sensorik khusus berupa halusinasi sederhana ( visual, auditiorik,
gustatorik)
·
Kadang ada deficit
neurologic fokal post iktal ( pasca bangkitan) berupa kelumpuan ekstremitas
disebut Todd’s paralaysis, hilang dalam beberapa jam
b. Bangkitan
partial kompleks
Didapati adanya
gangguan kesadaran dan gejala piksis/ gangguan fungsi luhur :
·
Disphasia
·
De ja – vu ( kenal
dengan peristiwa2 yang belum pernah dialaminya)
·
Jamais – vu ( tdk kenal
dengan yang pernah dialaminya)
·
Dreamy state ( keadaan
seperti mimpi)
·
Ilusi, halusinasi
·
Otomatisme ( mengunyah,
menelan, gerakan – gerakan tertentu)
Penderita
menjadi sering bingung, disorientasi, selama bbrp menit pasca bangkit kompleks
ini.
c. Bangkitan
umum sekunder
Bangkitan
partial dapat berubah menjadi bengkitan
jenis lain melalui bbrp tingkat, hal ini menunjukkan adanya penyebab
lain
Bangkitan
mioklonik
Ditandi dengan
kortaksi otot2 tubuh secara cepat, sinkron & bilateral atau kadang2 hanya
mengenai klp otot tertentu
Bangkitan atonik
Ditandai dengan
kehilangan tonus otot secara mendadak pada klp tertentu misalnya :
ü Kelompok
otot leher → kepala seolah jatuh
ü Seluruh
otot tubuh → klien jatuh
Berlangsung
singkat, kesadaran dapt hilang sesaat, atau tidak sama sekali
Bangkitan tonik
saja
Bangkitan klonik
saja
d. Bangkitan
yang tidak diklesifikasikan
Kejang yang
tidak diketahui penyebabnya, sehingga tidak termasuk kedalam kategori bangkitan
umum atau partial
Klasifikasi lain
:
1. Grand
mal ( konvulsitonikklonik generalisata)
Dimulai mendadak
( serangan tiba2 mata berputar keatas, klien pucat, kehilangan kesadaran)
a. Spasme
tonik ( fase tonik)
Keseluruhan
tubuh terserang spasme tonik, kaku, hilang kesadaran, muka pucat, sianosis
akibat henti napas 15 – 20 menit kemudian diikuti oleh :
b. Fase
klonik
Ø Ekstemitas
tersentak cepat, pernapasan ngorok, lidah bias tergigit
Ø Pelepasan
listrik autonom berupa kering berlebihan, saliva, berbusa & defakasi
involunter
Ø Onset
1 – 2 menit, jika berlangsung bbrp jam ( status epileptikus) → keparahan menurun ) → pasien dapat sembuh atau tertidur &
terbangun ) → kelelahan & nyeri
kepala
Ø Hal
ini dapat berulang tidak diketahui penyebabnya kemungkinan idiopatik atau
genetic
Ø Jika
epilepsy grand mal ada riwayat kejang ( keluarga) yang serupa
2. Epilepsy
petit mal
Ø Gangguan
serangan sepintas, disertai kedipan bola mata / kedutan mulut
Ø Serangan
yang khas selama gerakan volunteer
Ø Serangan
tunggal jarang menyebabkan masalah kejang, kejang berulang
Ø Prognosis
50 % hilang/ sembuh tanpa terapi
3. Epilepsy
fokal
Ø Serangan
dimulai pada satu sisi tubuh, misalnya wajah atau jari2 tangan menyebar sampai
seluruh sisi mengalami gerakan klonik
Ø Kesadaran
bias dipertahankan, anak dapat melihat gerakan klonik
Ø Jika
menyerang pada sisi yang berlawanan kesadaran akan hilang
Ø Dapat
menyebabkan halusinasi pendengaran, penglihatan untuk waktu yang pendek
Ø Pusing,
berkeringat, pucat, nyeri abdomen ( variasi epilepsy lobus temporalis)
Ø Biasanya
atau lebih banyak pada anak 3 tahun sampai dewasa
4. Kejang
mioklonik
Ø Dapat
menyertai kejang grand mal/petit mal
Ø Serangan
spasme tersendiri pada sekelompok otot
Ø Klien
dapat menjatuhkan sesuatu
5. Spasme
infantile
Ø Spasme
infantile ( spasme mioklonik massif, serangan2 selama kejang berupa kejang
pisau lipat, kejang kilat) hanya terjadi pada bayi, biasanya menyertai
kerusakan otot yang luas, gangguan mental ( MR)
Ø Terjadi
kontraksi mioklonik ekstremitas, leher, anak tertawa, menangis, ektremitas
flexor atau ektensor
F. Test
diagnostic
1. EEG
2. Photo
polos kepala
3. CT
scan & MRI
G. Pengobatan
Tujuan untuk
penyembuhan atau bila tidak mampu menyembuhkan, untuk membatasi gejala2 &
mengurangi efek samping dari pengobatan, shg dapat memperbaiki kualitas hidup.
Obat antiepileptic mempunyai afektifitas untuk berbagai bangkitan yang berbeda
1. Phenobarbital
( pirimidon)
Obat
yang baik mengatasi epilepsy kecuali petitmall
2. Phenytoin
(dilantin)
Aman
untuk epilepsipsichomotor, petiy mal epilepsy, sering digunakan phenobarbital
3. Ethosuximide
( zarontin) untuk petit mal
4. Pyrimidane
(mysoline)
Bias
digunakan tunggal/ganda dengan obat antu kejang lain mengontrol tipe campuran
kejang
5. Diazepam
( valium)
Status
epileptikus ( IM, IV) epilepsy yang terulang/kambuh
6. Carbamazepine
( tegretol)
Baik
untuk kejang motorik mayor & psychomotor
Masalah &
intervensi keperawatan
1. Risiko
terjadinya kecelakaan : trauma, kekurangan oksigen
2. Risiko
tidak efektifnya pernapasan b/d spasme otot pernapasan
3. Disorientasi
b/d gangguan cerebral
4. Gangguan
rasa aman cemas b/d dirawat RS, dilakukannya prosedur diagnostic
5. Kurangnya pengetahuan ttg gang kejang &
penangananya
6. Isolasi
social b/d penyakit yang dideritanya
Penanganan/ management
keperawatan
1. Mengontrol
kejang berupa kolaboratif pemberian obat anti epiletik
2. Melindungi
anak dr trauma/ kecelekaan selama episode kejang/ konvulsi
a. Pencegahan
ü Mengangkat
atau memindahkan mainan yang berbahaya
ü Lidah
tetap dijaga dengan tongue spatel
ü Siapkan
mesin suction, baik untuk mengeluarkan sekresi selama periode kejang
ü Sediakan
O2
b. Tindakan
emergency
ü Bersihkan
daerah sekitar lokasi anak berada jika anak ditempat tidur
ü Jangan
diikat
ü Lepaskan
pakaian disekitar daerah leher
ü Jika
klien dalam keadaan berdiri turunkan/baringkan kelantai atau tempat tidur
ü Miringkan
klien kesalah satu sisi
ü Tempatkan gulungan kecil handuk /selimut
dibawah leher & kepalanya jika klien berada dilantai
ü Letakkan
spatel diantara gigi
ü Lakukan
suction jika diperlukan
ü Jgn
memasukkasn apapun kedalam mulut klien
3. Mencatat
secara akurat selama kejang
ü Kejadian
sebelum kejang berlangsung : suara rebut, kegembiraan Dll
ü Tingkah
laku sebelum kejang
ü Pergerakan
ü Waktu
kejang timbul/ berakhir
ü Lokasi
twitching/kontraksi
ü Perubahan
mata/ pergerakan mata, ukuran pupil
ü Inkontinen
ü Jumlah
keringat, perubahan pernapasan
ü Perubahan
warna, pucat, cyanosis
ü Mulut
gigi bergerak – gerak,lidah bisa digigit
ü Tingkat
kesadaran selama kejang
ü Tingkah
laku setelah kejang : daya ingat, tipe percakapan, koordinasi, paralysis,
lemah, tidur setelah serangan, reaksi pupil
ü Tanda
– tanda vital dan sensasi yang tidak
biasanya
4. Observasi
anak untuk kejang yang berulang
ü Tempatkan
anak didaerah yang dapat dioservasi
ü Monitorin
tanda – tanda vital dan mengkaji status neurologic
ü Lakukan
pengecekan sesering mungkin catat perubahan prilaku, irrtabilitas, kelelahan
5. Memberikan
dukungan emosional pada anak dan orang tua
ü Menjelaskan
pada klien setiap kali pemeriksaan, evaluasi & pengobatan yang diterimanya
misalnya : EEG, peneumo encephalogram, pemeriksaan darah terapi obat2an
ü Jelaskan
tentang penyakit yang dideritanya
ü Observasi
reaksi klien & orang tua pada setiap penolakan
ü Siapkan orang tua bahwa nanti harus kembali
untuk melakukan control
ü Menunjukkan
pada orang tua bagaimana memperoleh petunjuk, memperoleh sumber : social
worker, sekolah perawat, psikiatri dll
6. Mengurangi
kecemasan klien selama dalam perawatan di RS
ü Melakukan
pendekatan pada klien
ü Menjelaskan
tentang obat anti konvulsan, pemeriksaan diagnostic
ü Biarkan
klien melakukan aktivitas sebisanya misalnya : berpakaian
ü Jika
anak post kejang temani klien & keluarga dan tenangkan klien
7. Melakukan
penyuluhan kesehatan
ü Tempat
klien dalam lingkungan yang normal semaksimal mungkin
Ø Biarkan
bersekolah disekolah umum
Ø Bairkan
melakukan aktivitas
Ø Biarkan
kedisiplinan seperti anak yang normal
ü Beri
penjelasan yang sesuai tentang pengobatan dan diagnose
ü Anak
yang lebih dewasa/ basar biarkan untuk berdiri sendiri
ü Menjelaskan
factor – factor yang akan menyertai selama episode kejang
ü Beri
dukungan terhadap orang tua