Wednesday 26 November 2014

askep NHS



BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.  Konsep Dasar Medik
Dalam konsep keperawatan medik akan dijelaskan dari defenisi sampai komplikasi yaitu sebagai berikut:
1.   Pengertian
            Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh terhentinya suplai darah ke otak. (Smeltzer, S. C & Bare, B. G, 2002, Hal. 2131)
Stroke adalah edema otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak. (Corwin, E. J, 2001, Hal 181)
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa defisit neurologis fokal dan/atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. (Mansjoer, Arief, 2000, Hal 17)
Stroke atau cerebral vascular akut (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak (smeltzer,2002)
Stroke adalah cedera vaskular akut pada otak ini berarti bahwa stroke adalah cedera mendadak dan berat pada pembuluh –pembuluh darah pada otak (feigyn, 2006).
Berdasarkan pengertian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa Stroke adalah adanya edema otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah ke otak sehingga terjadi kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh terhentinya suplai darah ke otak.
2.   Klasifikasi Stroke
Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya dapat diklsifikasikan menjadi :
a).  Stroke Hemoragik  
Terjadi pendarahan cerebral dan mungkin juga pendarahan subrachnoid yang disebabkan pecahnya pembuluh darah otak, umumnya terjadi pada saat melakukan aktivitas, namun juga dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumya menurun dan penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol
b).  Stroke Non Hemoragik
      Dapat berupa iskemia emboli, spasme, ataupun thrombus pembuluh darah otak. Umumnya terjadi setelah beristirahat lama atau bangun tidur.

3.   Angka Prevelensi
Penulis menampilkan data statistik kejadian stroke secara sistemati
a).  Internasional
Penderita stroke di Amerika serikat :700.000-1000.000 orang/tahun (16%-19%) penderita stroke dan yang merupakan kasus baru setiap tahun adalah 500.000-600.000 kasus.
b).  Nasional
Berdasarkan statistik, stroke menempati urutan ke-3 setelah jantung dan kanker, yaitu ditemukan sebanyak 63,52 % penduduk Indonesia menderita penyakit stroke yang berumur ≥ 65 tahun dengan jumlah angka kematian 125.000 orang/tahun.
c).  RSUD Labuang Baji Makassar
            Penderita stroke yang tercatat di Medical Record Rumah Sakit Labuang Baji Makassar Tahun 2007 didapatkan data sebanyak 120 orang.  Pada usia (25-44) sebanyak 6 orang (5%) pada usia dewasa tua (45 – 64 tahun)sebanyak 73 orang (60,83%), pada usia lanjut (>65 tahun) sebanyak 41 orang (34,10%), Tahun 2008 didapatkan data sebanyak 45 orang.  Pada usia dewasa tua (45 – 64 tahun) sebanyak 15 orang (33,33%), pada usia lanjut (>65 tahun) sebanyak 30 orang (66,66%) .(Rekam Medik RSUD Labuang Baji Makassar 2007 - 2008).

4.   Anatomi Fisisologi
Sistem saraf mengatur kegiatan tubuh yang cepat, seperti kontraksi otot, peristiwa viceral yang berubah dengan cepat, menerima ribuan informasi dari berbagai organ sensori dan kemudian menginteraksikannya untuk menentukan reaksi yang harus dilakukan oleh tubuh. Membran sel
bekerja sebagai suatu sekat pemisah yang amat efektif dan selektif antara cairan ekstracelurer dan cairan intracelurer (syarifuddin,2006).

Embolisme pada otak









Pembekuan darah  pada otak






Sumber: Anatomi Fisiologi Untuk Keperawatan 2000
a).  Organ Fungsi Sistem Syaraf
Segala aktifitas susunan saraf pusat yang dapat dilihat, didengar, direkam dan diperiksa berwujud gerak otot. Hasil pikiran yang dinyatakan lewat tulisan atau pidato adalah hasil karya gerak otot, jari tangan laring dan otot pernafasan, gerak jalan, gerak otot wajah, gerak otot yang menentukan sikap tubuh dan gerak otot skeletal. Apapun merupakan manisfestasi eksternal susunan saraf. Sistem saraf pusat terdiri dari :
1).  Sistem Saraf Pusat (SSP)
SSP menunjuk pada otak dan korda spinalis, fungsinya memproses informasi sensorik, mengintegrasikannya dengan pengalaman untuk memberi komando pada motorik agar bereaksi secara cepat.
2).  Sistem Saraf Tepi (SST)
SST terdiri dari reseptor dan efektor motorik, reseptor sensorik terletak pada organ, bertugas mendeteksi perubahan lingkungan luar atau dalam tubuh, serta mengkomunikasikannya pada SSP melalui saraf aferen.
Sistem saraf pusat terdiri dari tiga lapisan :
a).  Durameter: lapisan teratas yang melapisi otak dan medulla       spinalis.
b).  Arachnoid: Lapisan yang tipis, lembut, berwarna putih dan tidak dialiri darah, dan pada dindingnya terdapat pleksus kheroid yang bertanggung jawab memproduksi cairan cerebro spinal).
c).  Piameter   : Membran paling tipis dan transparan menutup otak.
b.   Struktur dan Fungsi Otak
1). Otak besar (cerebrum) terdiri atas  dua belahan yaitu hemisfer kiri dan kanan. Fungsi hemisfer kiri :
a).  Mengendalikan gerakan sisi tubuh sebelah kanan.
b).  Mengintreprestasikan perasaan (sensibilitas) yang berasal dari paru sebelah kanan tubuh.
c).  Menginterprestasikan penglihatan sisi kanan lapang penglihatan.
d).  Mengendalikan fungsi bicara dan pemahaman pada 99% ornag yang dominan tangan kanan dan 60% orang yang dominan tangan kiri (kidal).
1) Fungsi hemisfer cerebri kanan:
a).  Mengendalikan gerakan sisi tubuh sebelah kiri
b).  Mengintreprestasikan perasaan (sensibilitas) yang berasal dari paru sebelah kiri tubuh.
c).  Menginterprestasikan penglihatan sisi kiri lapang penglihatan
d).  Mengendalikan fungsi bicara dan pemahaman pada kurang lebih 40%  orang yang kidal dan 1% orang yang dominan kanan.
2) Hemisfer Cerebri dibagi menjadi 4 lobus:
1).  Lobus frontalis: untuk gerakkan volunteer: menulis
2).  Lobus parientalis : untuk memproses informasi sensorikmisalnya nyeri,suhu dll.
3).  Lobus occipitalis : untuk menerima informasi penglihatan dan sensasi warna .
4).  Lobus temporalis : untuk menerima suara.


3) Cerebral terbagi lagi menjadi korteks cerebri dan struktur subcoritical yang terdiri dari:
a.    Talamus: berfungsi dalam gerakkan volunteer, ingatan, pengecapan, penilaian nyeri, pikiran, perhatian, sensasi somatic.
b.    Hypotholamus : memiliki fungsi vegetatif ,fungsi dlam perilaku seks ,emosi, kemarahan, ketakutan,dan motivasi dan motivasi dlam sekresi gonatropin.
c.    Basal ganglia : bersama korteks motorik berfungsi mengendalikan aktivitas motorik volunteer.
d.    Hipofise
2).  Otak kecil(cerebelum)
     Berfungsi untuk mengkordianasi gerakan
3).  Batang otak (brain stain)
Berfungsi untuk menmeruskan pesan dari dan ke otak, secara khusus batang otak berhubungan dengan gerakkan mata dan kesadaran, dari batang otak ini keluar 12 pasang saraf cranial.
1.   Nervus olfakforius
a)      Sifat saraf: sensorik
b)      Fungsi :penghidu/ penciuman

2.   Nervus optikus
a)      Sifat saraf: sensorik
b)      Fungsi :bola mata untuk penglihatan
3.   Nervus okulomotorius
a)      Sifat saraf: motorik
b)      Fungsi :pengerakkan bola mata dan mengangkat kelopak mata.
4.   Nervus troklearis
a)      Sifat saraf: motorik
b)      Fungsi :mata, memutar mata dan pengerak bola mata
5.   Nervus trigenimus
a) Sifat saraf: motorik dan sensorik
a)    Nervus oftalmikus
a) System saraf :motorik
b) Fungsi: kulit kepala dan kelopak mata atas
b)    Nervus maksilaris
a) Sifat saraf: sensorik
b) Fungsi :Rahang atas pelatum dan hidung


c)    Nervus medibularis
a) Sifat saraf: motorik dan sensorik
b) Fungsi:rahang bawah dan lidah
6.  Nervus abdusen
a) System saraf: motorik
 b)  Fungsi :mata.Pengoyang sisi mata
7.  Nervus facialis
a) Sistem saraf : motorik dan sensorik
b) Fungsi:otot lidah mengerakkan lidah dan selaput lendir   rongga mulut
8.   Nervus auditoralis /vestibulok
a) Sistem saraf:sensorikoklearis
b) Fungsi: telinga ,rangsangan pendengaran
9.   Nervus glosofaringeus
a)    Sifat saraf: sensorik dan motorik
b)    Fungsi: faring(menelan dan refleks muntah)
c)    Sensorik: faring lidah posterion termasuk rasa pahit)


10. Nervus vagus
a)      System saraf: motorik
b)      Fungsi: faring ,laring ( menelan ,  refleks muntah)
c)      Sensorik:faring, aring (refleks muntah;viseraleher;toraks dan abdomen)
11. Nervus Accsesoris
a)      Sifat saraf :motorik
b)      Fungsi: leher, otot leher
12. Nervus hipoglosus
a)      Sifat saraf: motorik
b)      Fungsi: pergerakan lidah
            Medulla spinalis adalah satu-satunya saraf yang terkena serangan stroke karena:
Penyumbatan dalam pembuluh nadi yang mempengaruhi medula spinalis lebih jarang dijumpai pada system saraf yang lain ,tapi kalu terjadi penyumbatan penderita biasanya mengalami kelumpuhan pada kedua tungkai. (paraplegia)
Fungsi medula spinalis yaitu :
1.    Pusat gerakan otot –otot tubuh tersebar dikorm motorik atau korm ventralis
2.    Mengurus kegiatan –kegiatann refleks spinalis serta refleks lutut
3.    Menghantarkan rangsangan koordinasi dari otot dan sendi keserebrum
4.    Sebagai penhubung antar segmen medulla spinalis
5.    Mengadakan komunikasi antara otak dan semua bagian tubuh
5.   Etiologi
Stroke biasnya disebabkan oleh:
a.   Etiologi stroke terbagi menjadi (smeltzer 2002 hal 2132)
1).  Stroke Non Hemoragik
a)    Trombosis cerebral
 disebabkan oleh atherosclerosis dan reaksi peradangan dinding pembuluh darah.
b)    Emboli cerebral
 Disebkan oleh penyumbatan darah otak oleh keeping darah ,tumor,lemak,           bakteri, atauuadara yang dapat menyumbat slah satu pembuluh darahotak tersebut.
2).  Stroke Hemoragik
Pendarahan cerebral disebabkanoleh pecahnya arteri dan hipertensi
b.   Factor resiko (smeltzer 2002 hal 2132)
Ada beberapa factor resiko stroke yang sering teridentifikasi , yaitu:

1).     Hipertensi.
Dapat disebabkan  oleh aterosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dapat menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga dapat mengaggu aliran darah cerebral.
2).     Aneurisma pembuluh darah cerebral
Adanya kelainan pembuluh darah yakni berupa perubahan pada satu tempat yang yang diikuti oleh penipisan ditempat lain .pada daerah pernafasan dengan maneuver tertentu dapat menimbulkan pendarahan.
3).     Kelainan Jantung / Penyakit Jantung
Paling banyak dijumpai pada pasienn post mci,atrial fibrilasi dan endolearitis.Kerusakan kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran darah keotak.
4).     Diabetes Militus (Dm)
Penderita DM berpotensi mengalami stroke karena 2 alasan :
Yaitu terjadinya peningkatan viskesitas darah sehingga memperlambat aliran darah khusus nya cerebral dan adanya kelainan mikrovaskuler sehingga berdampak juga terhadap kelainan yang terjadi pada pembuluh darah cerebral.

5).     Usia lanjut
Pada usia lanjut terjadi prose klasifikasi pembuluh darah , termasuk darah otak.
6).     Policitemia
Pada policitemia viskositas darah meningkat dan aliran darah menjadi lambat sehingga perfusi otak menurun
7).     Peningkatan kolesterol (lipid total)
         Kolesterol tubuh yang tinggi dapat menyebabkan arterosklerosis dan terbentuknya embolus dari lemak.
8).     Obesitas
         Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah , salah satunya pembuluh darah otak.
9).     Perokok
Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi aterosklerosis.
10).   Kurang aktivitas fisik
                  Kurang aktifitas fisik dapat juga mengurangi kelemahan fisik termasuk kelenturan pembuluh darah (pembuluh darah menjadi kaku).
c.   Factor Predisposisi
1).  umur (60-90 tahun)
2).  Gender / jenis kelamin: > laki-laki
3).  Herediter: riwayat keluarga
4).  Ras : orang kulit putih
6.   Patofisiologi






































Gambar 1 : pembagian stroke menurut penyebabnya
Perubahan patofisologi dibawah sesuai dengan klasifikasi pada stroke
1).     Stroke Hemoragik (Auryn,2007)
Pendarahan yang terjadi bila arteri diotak pecah yang menyebabkan sel darah keluar dari pembuluh darah .Stroke jenis ini tidak ditandai dengan gejala awal (karena terjadi tiba-tiba ).biasanya terjadi akibat tekanan darah yang tinggi . Dapat juga terjadi karena adanya kelainan bawaan pada pembuluh darah.
2).     Stroke Non Hemoragik (silvia ,2005)
Dapat disebabkan oleh adanya iskemia , emboli ataupun trombus pembuluh darah otak.
1).     Penyakit hipertensi menyebabkan syndrom stroke yang biasanya timbul dalam beberapa jam atau kadang-kadang lebih lama .infark lakuner terjadi setelah oklusi arterotrombotik atau hialin lipid salah satu dari cabang-cabang penentrasis sirkulus willisi, arteri serebri media ,atau arteri vertebralis dan basi laris masing-masing cabang ini sangat halus dan menembus jauh kedalam subtansia grisia dan alba cerebrum dan batang otak , dan menyebabkan trombosis yang terjadi dipembuluh ini ,  sehingga menyebabkan daerah –daerah infak yang kecil , lunak yang disebut lakuna .
2).     Stroke iskemik terjadi akibat obstruksi atau bekuan disalah satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi cerebrum. Obstruksi disebabkan oleh bekuan (thrombus) yang terbentuk didalam suatu pembuluh otak  atau organ distal. Pada thrombus vaskularal distal, bekuan dapat dilepas atau mungkin terbentuk didalam suatu organ seperti : jantung dan kemudia dibawah melalui system arteri keotak sebagai suatu embolus. sumbatan aliran diarteri karotis interna sering merupakan penyebab stroke pada orang berusia lanjut dan sering mengalami pembentukan plak aterosklerosis dipembuluh darah sehingga terjadi penyempitan ataustenosis, darah terdorong melalui system vaskuler oleh gradien tekanan, tetapi pada pembuluh yang menyempit aliran darah yang lebih dapat melalui lumen yang lebih kecil akan menurunkan gradient tekanan ditempat konstriksi tersebut
Dan apabila stenosis mencapai tingakat kritas tertentu , maka meningkatnya turbelensi disekitar penyumbatan akan Menyebabkan penurunan tajam kecepatan aliran
7.   Manisfestasi Klinik.
1).  Ganguan yang terjadi pada arteri media / pembuluh cabang yang menuju keotak bagian tengah :
a).  Ganguan gerak (motorik)
yaitu kelumpuhan dari tingkatringan sampai total pada lengan atau tungkai /kaki sebelah
b).  Ganguan rasah didaerah muka (hanya sebelah)
biasanya disertai gangguan rasa pada bagian lengan dan tungkai yang hanya sebelah
c).  Lidah terasa keluh/kaku
hal ini menyebabkan pasien sulit berbicara dan kadang sulit mengerti pembicaraan orang lain .
d).  Ganguan pada penglihatan
e).  Biasanya berupa kebutaan sebelah
f).   Bola mata selalu melirik kearah satu sisi saja
g).  Tingkat kesadaran menurun
h).  Sulit  mengenal oang-orang yang sebelumnya sudah dikenal
i).   Separuh badan terasa mati
j).   Tidak dapat membedakan antara kanan dan kiri
k).  Mulut jadi mancung
l).   Kehilangan kemampuan ,keterampilan yang dulu sudah ada .
2). Ganguan yang terjadi pada arteri cerebri anterior atau pembuluh cabang yang menuju keotak,bagian depan.
a).  Kelumpuhan salah satu tungkai
b).  Ganguan saraf perasa
c).  Inkontinensia urine
d).  Pingsan secara tiba-tiba
e).  Sulit mengungkapkan keinginan
f).   Secara tidak sadar meniru pembicaraan orang lain.
3)   Ganguan pada pembuluh cabang yang menuju otak bagian belakang
a).  Kebutaan yang mencakup seluruh area pandang satu sisi atau separuh area pandang pada kedua bola mata .
b).  Terjadi rasa nyeri spontan
c).  Sulit memahami yang dilihat
8.   Test Diagnostik
1).  CT- scan
Memperlihatkan adanya edema ,hematom , iskemia dan adanya infark .
2).  Angiografi Serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
3).  Pungsi Lumbal
-     Menunjukan adanya tekanan normal
-     Tekan meningkat an dan cairan yang mengandung darah mewnunjuk adanya perdarahan.
4).  MRI : menunjukan daerah yang mengalami infark atau hemoragik
5).  EEG : Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
6).  Ultrasonografi Dopler ,mengidentifikasi penyakit arteriovena.
7).  Sinar x Tengkorak : menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal.(Dongoes,Marylin,2000 hal 292)
9.   Penatalaksanaan
a.   Penatalaksanaan medik
1).  Tirah baring total pada fase akut
2).  Pengaturan nutrisi dan cairan melalui infuse
3).  Diet ;puasa jika refleks menelan berkurang,rendah sodium atau lemak
4).  Rehabilitasi neurologik
5).  Mempertahankan kelancaran jalan napas dan pemberian O2
6).  Pemasangan katerter
b.   Penatalaksanan farmakologi obat-obat:
1).  Antihipertensi
2).  Antikonvulsi
3).  Antikoagulasi
4).  Anti piretik
5).  Kortikosteroid.
10. komplikasi
Dibawah ini beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada stroke:
a.   Herniasi Otak
Herniasi terjadi bila bagian jaringan otak tergeser dari daerah tekanan tinggi kedaerah tekanan rendah.
b.   Ganguan Nafas
Dalam keadaan tidak sadar , harus tetap dipertahankan jalan nafas , salah satu gejala dari stroke adalah penurunan kesadaran yang dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas karena epiglotisdan lidah mungkin rileks yang menghambat orofaring sehingga terjadi gagal nafas.
c.   Disritmia Jantung
                  Dengan adanya embolisme cerebral akan menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya menurunkan aliran darah serebral. Otak akan memacu jantung untuk memompa darah keotak sesuai denagn kebutuhan yang mengakibatkan terjadinya disritmia jantung
d.   Malnutrisi
Dengan adanya ganguan fungsi otak mengakibatkan terjadinya amoreksia yang menyebabkan intake tidak adekuat sehingga menimbulkan malnutrisi

e.   Tekanan Intrakarnial Tinggi
Tekanan Intrakarnial adalah hasil Dari sejumlah volume daerah intracranial dan cairan serebrospinal  didalam tengkorak.Ruang cranial yang kaku berisi daerah cairan serebrospinal, dan apabila cairan tersebut meningkat terus menerus akan mengakibatkan perubahan pada volume yang lain ,dengan mengubah posisi atau menggeser cairan serebrospinal, sehingga terjadi peningkatan tekanan intracranial
B.  Konsep Dasar Keperawatan
1.   Pengkajian:
a.   Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan.
Ds: adnya penyakit jantung ( rematik, penyakit jantung vascular), polisitemia, riwayat hipotensi postural.
Do: hipertensi arterial ( dapat ditemukan / terjadi pada (SV)sehubungan dengan adanya embolisme)
b.   Pola Nutrisi Metabolik
Ds: nafsu makan hilang mual muntah selama fase akut (peningkatan TIK) kehilangan sensasi (rasa kecap) pada lidah, dan tengkorak , disfagia. Adanya riwayat diabetes , peningkatan lemak dalam darah.
Do: kesulitan menelan ( ganguan pada refleks palatum dan faringeal). 

c.   Pola Eliminasi
Ds: perubahan pola berkemih, seperti inkontinensia urine, anuria , distensi abdomen (distensi kandung kemih berlebihan ) bising usus negative (ileus paralitik).
d.   Pola Aktivitas Dan Latihan
Ds: merasa kesulitan dalam melakukan aktivitas Karena kelemahan, kehilangan sensasi atau paralisis( hemiplegia)merasa mudah lelah , susah untuk beristirahat.
Do: ganguan tonus otot, hemiplegia dan terjadi kelemahan umum. Ganguan penglihatan dan ganguan kesadaran.
e.   Pola Tidur Dan Istirahat
Ds: susah untuk beristirahat
Do: tingkah laku yang tidak stabil, gelisah ketegangan paa otot.
f.    Pola Persepsi dan Kognitif
Ds: sinkope / sebelum serangan , sakit kepala akan sangat berat dengan adanya perdarahan intraserebral atau subracnoid , kelemahan / kesemutan (biasanya terjadi pada seranganTIA  yang ditemukan dalam berbagai derajat pada stroke jenis yang lain) sisi yangtyerkena terlihat seperti mati /lumpuh. Penglihatan menurun, seperti buta total, kehilangan daya lihat sebagian ,penglihatan ganda (diplopia) atau ganguan yang lain.
Do: status mental / tingkat kesadaran; biasanya terjadi, pada tahap awal emorgis ,ketidak sadaran biasanya akan tetap sadar jika penyebabnya adalah trombosis yang bersifat alami:ganguan tingkah laku (seperti lateragi,apatis);ganguan fungsi kognitif (seperti penurunan memori , pemecahan masalah).ekstremitas : kelemahan paralysis, gengaman tidak sama ,pada wajah terjadi paralysis atau parase.afasia : ganguan atau kehilangan fungsi bahasa mungkin afasia motorik(kesulitan untuk mengungkapkan kata).
g.   Pola Persepsi Dan Konsep Diri
Ds: perasaan tidak berdaya , perasaan putus asa.
Do: emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih dan gembira, kesulitan untuk mengekspresikan diri.
h.   Pola peran hubungan sesama
Ds: masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasi. Afasia: ganguan atau kehilangan fungsi bahasa dan motorik.
i.    Motorik pola mekanisme stres dan koping
Ds: perasaan tidak berdaya ,perasaan putus asa
Do:emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah


2.   Diagnosa Keperawatan
a.   Perubahan perfusi jaringan cerebral b/d adanya sumbatan pembuluh darah otak, vasospasme cerebral
b.   Hambatan mobilitas fisik b/d kelemahan fisik
c.   Hambatan komunikasi verbal b/d :
1).  Kerusakan neouromuskuler
2).  Kerusakan otot-otot wajah
3).  Kelemahan otot secara umum atau menyeluruh
   4).  Menurunya atau terhambatnya sirkulasi cerebral
d.   Perubahan persepsi sensori b/d :
      1).  Perubahan persepsi sensori transmisi, integrasi
      2).  Stres psikologi (penyempitan lapang perseptual yang dihasilkan     oleh ansietas)
e.   Kurang perawatan diri b/d
1).  Adanya kelemahan
2).  Kehilangan koordinasi
3).  Menurunya persepsi kognitif
4).  Nyeri depresi
f.    Ganguan harga diri b/d perubahan geografis fisikososial, perseptual, konseptual.
g.   Resiko tinggi kerusakan menelan b/d kerusakan neuromuskuler
h.   Kurang pengetahuan mengenai kondisi dn pengobatan b/d keterbatasan kognitif, tidak mengenal sumber-sumber informasi.
3.   Intervensi Keperawatan
a.   Perubahan perfusi jaringan cerebral b/d adnya suumbatan pembuluh darah otak. Hasil yang diharapkan: mempertahankan tingkat-tingkat kesadaran biasanya membaik , fungsi kognitif dan motorik /sensorik.
Intervensi :
1).  Kaji tanda dan gejala ganguan perfusi jaringan cerebral
      R/ ganguan perfusi jaringan pada otak mempengaruhi tingkat kesadaran
2).  Kaji TTV seperti : tekanan darah, nadi, dan suhu.     
R/ perubahan pada ttv pasien memberi petunjuk adanya perubahan pada kondisi pasien
3).  Pantau status cairan termasuk asupan dan haluaran .
R/ ketidakseimbangan cairan  dapat menyebabkan terjadinya peruabahan perfusi jaringan pada otak.
4). Ciptakan suasana yang tenang.
R/ membantu pasien dalam beristirahat dan dapat meningkatkan relaksasi.
5). Tinggikan kepala 0-45°.
R/ dapat menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan sirkulasi atau perubahan cerebral
6).  Pantau respon neurologist pasien terhadap aktivitas perawatan.
R/ Untuk mengetahui tingkat kesadaran pasien
7).  Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan
R/ hipertensi lama/kronis memerlukan penanganan yang hati-hati bila berlebihan maka akan meningkatkan resiko kerusakan jaringan.
b.   Hambatan mobilitas fisik b/d kelemahan fisik
hasil yang diharapkan :mempertahankan / meningkatkan dan dapat memberi informasi mengenai pemulihan.
Intervensi:
1).  Kaji kemampuan pasien dalam beraktifitas
R/ untuk mengetahui kemampuan pasien dalam beraktifitas
2).  Ubah posisi mimnimal tiap 2 jam
R/ menurunkan resiko iskemik jaringan
3).  Lakukan latihan rentang gerak aktif pasif pada semua eksteremitas
R/ meminimalkan atrofi otot , meningkatkan sirkulasi dan membantu mencegah kontraktur.
4).  Anjurkan pasien untuk membantu pergerakan  dan latihan dengan menggunakan  ekstremitas yang tidak sakit untuk menyokong daerah tubuh yang lemah
R/ dapat berespon  dengan baik jika daerah yang sakit tidak lebih terganggu dan memerlukan dorongan serta latihan yang aktif.
5).  Kolaborasi dengan ahli fisioterapi.                         
R/ program khusus dapat dikembangkan untuk menentukan kebutuhan yang berarti menjaga kekurangan tersebut dalam keseimbangan.
c.   Hambatan komunikasi verbal b/d kehilangan tonus control otot fasial
hasil yang diharapkan : mengindikasikan penekanan dengan masalah komunikasi.
Intervensi:
1).  Kaji tipe / derajat disfungsi seperti pasien tidak tampak memahami kata atau mengalami kesulitan berbicara atau membuat pengertian sendiri.
R/ membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan cerebral yang terjadi dan kesulitan pasien dalam beberapa atau seluruh tahap proses komunikasi
2).  Perhatikan kesalahan dalam berkomunikasi dan berikan umpan   balik
R/ pasien mungki tidak menyadari bahwa komunikasi yang diucapkan tidak nyata. Ucapan balik membantu pasien merealisasikan makna yang terkandung dalam ucapannya.
3).  Minta pasien untuk mengucapkan suara sederhana seperti “sh” atau “pus”
R/ mengidentifikasi adanya disatria sesuai komponen motorik dan bicar yang dapat mempengaruhi artikulasi
4).  Tunjukan objek dan minta pasien menyebutkan nama benda tersebut.
R/ melakukan penilaian terhadap adanya kerusakn motorik.
5).  Minta pasien untuk menulis nama / kalimat yang pendek dan minta pasien membacanya.
R/ menilai kemampuan menulis (agrafia) dan kekurangan dalam membaca ( aleksia).
d.   Perubahan persepsi sensori b/d peruabahan persepsi sensori, transmisi, integrasi, stres psikologis.
Hasil yang diharapkan : mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi perseptual
                  Intervensi:
1).  Catat adanya penurunan lapang pandang, peruabahan ketajaman  persepsi adanya diplopia.
R/ munculnya ganguan penglihatan dapat berdampak negative terhadap pasien untuk menerima lingkungan  dan meningkatkan resiko terjadinya cedera.
2).  Dekati pasien dari daerah penglihatan yang normal biarkan lampu menyala, letakkan benda dalam jangkauan lapang penglihatan normal, tutup mata yang sakit bila perlu
R/ pemberian pengenalan terhadap adanya orang / benda dapat membantu persepsi penutupan mata, mungkin dapat menurunkan kebingungan karena adanya pandangan ganda.
3).  Ciptakan lingkungan yang sederhana, pindahkan perabot yang membahayakan
R/ menurunkan jumlah stimulus penglihatan yang mungkin dapat menimbulkan kebingungan terhadfap interpretasi lingkungan , menurunkan resiko kecelakaan.
4).  Kaji kesadaran sensorik seperti membedakan panas / dingin tajam /tumpul, posisi bagian tubuh/ otot, rasa persendian.
R/ penurunan kesadaran terhadap sensorik berpengaruh buruk terhadap keseimbangan atau posisi tubuh, meningkatkan resiko terjadinya trauma.
5).  Berikan stimulus sentuhan seperti beriakan pasien suatu benda untuk disentuh.
R/ membantu melatih kembali saraf sensorik untuk mengintegrasikan persepsi dan interpretasi stimulasi .
6).  Hilangnya kebisingan stimulasi eksternal yang berlebihan sesuai kebutuhan.
R/ menurunkan ansietas dan respon emosi yang berlebihan/ kebingungan yang berhubungan dengan sensori berlebihan.
7).  Orientasi kembali pasien pada lingkungan, staf dan tindakan yang akan dilakukan.
R/ membantu pasien untuk menbgidentifikasi ketidak konsistenan dan persepsi dan integrasi stimulus dan menurunkan distorsi persepsi pada realitas.
e.    Ketidakmampuan merawat diri b/d adanya kelemahan, kehilangan koordinasi,  menurunya persepsi kognitif. Hasil yang diharapkan pasien dapat menolong diri sendiri sesuai dengan kondisinya,dapat mengungkapkan kebutuhannya.


      Intervensi:
      1).  Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan  (dengan menguankan skala 0-4) untuk kebutuhan sehari-hari.
R/ membantu dalam mengantisipasi pemenuhan kebutuhan secara individual.
      2).  Hindari melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan untuk pasien sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan.
            R/ pasien mungkin menjadi sangat tergantung.
      3).  Sadari perilaku/aktifitas inpulsif karena gangguan dalm mengambil keputusan .
R/ saat menunjukkan kebutuhan intervensi dan pengawasan tambahan untuk meningkatkan keamanan pasien.
                  4). Pertahankan dukungan ,sikap tegas. Beri waktu pasien yang cukup untuk mengerjakan tugasnya.
R/ pasien akan memerlukan empati tetapi perlu untuk mengetahui pemberian asuhan yang akan membantu pasien secara konsisten.
      5).  Berikan umpan balik positif untuk asuahan yang dilakukan.
R\  meningkatkan perasaan makna diri , kemandirian dan mendorong pasien untuk berusaha secara kontiniu.
      6).  Konsultasikan dengan ahli terapi akupasi.
R/ memberikan bantuan yang mantap untuk mengembangkan rencana terapi dan mengidentifikasikan kebutuhan alt penyokong khusus.
f.    Gangguan harga diri b/d perubahan geografi fisiko sosial perceptual, konseptual.
Hasil yang diharapkan mengungkapkan peneriamaan pada diri sendiri dalam situasi 
Intervensi:
1).  Kaji luasnya gangguan persepsi dan hiubungan dengan derajat ketidakmampuan
R/ penentuan factor-faktor secara individu membantu dalam mengembangkan perencanaan asuhan.
2).  Identifikasi arti dari kehilangan jarring disfungsi atau perubahan pada pasien
R/ kadang-kadang pasien menerima dan mengatasi ganguan secara efektif dengan sedikit penanganan, dilain pihak ada juga orang yang mengalami kesulitan dalam menerima dan mengatasi kekurangannya.

3). Anjurkan pasien untuk mengekspresikan perasaannya.
R/ mendemonstrasikan penerimaan/ membantu pasien dalam mengenal dan mulai memahami perasaan
4).  Tekankan kebersihan yang kecil sekali pun baik mengenal penyembuhan fungsi tubuh ataupun kemandirian pasien.
R/ kebersihan membantu menurunkan perasaan marah dan ketidakberdayaan dan menimbulkan perasaan adanya perkembangan.
5).  Bantu dan dorong kebiasaan bepakaian dan berdandan yang baik.
R/ membantu meningkatkan rasa harga diri dan kontrol ats salah satu bagian kehidupan.
6).  Dorong orang terdekat agar memberi kesempatan pada pasien untuk melakukan sebanyak mungkin untuk dirinya sendiri.
R/ membantu kembali rassa kemandirian dan menerima kebanggaan dan meningkatkan proses rehabilitas.
7).  Rujuk pada evaluasi neuropsikologis atau konseling sesuai kebutuhan.
R/ dapat memudahkan adaptasi terhadap perubahan peran menjadi orang yang produktif.

G.  Resiko tinggi terhadap kerusakan menelan b/d kerusakan neuromuscular.
Hasil yang diharapkan: kebutuhan nutrisi terpenuhi dan tidak terjadi aspirasi berat badan normal
Intervensi :
1)    kaji kemampuan menelan pasien secara individual, catat luasnya paralysis pasial, ganguan lidah, kemampuan untuk melindungi jalan nafas.
R/ intervensi nutrisi / pilihan rute makan ditentukan oleh factor-faktor ini.
2).  Letakkan pasien pada posisi duduk/ tegak setlah makan
R/ mengunakan gravitasi untuk memudahkan proses menelan dan menurunkan resiko terjadinya aspirasi.
3).  Anjurkan pasien mengunakan sedotan untuk meminum cairan.
R/ menguatkan otot Facial  dan otot menelan dan menurunkan resiko terjadinya tersedak
4).  berikan makan dengan peralahan pada lingkungan yang tenang
R/ pasien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adanya distraksi / ganguan dari luar.
5).  Anjurkan orang terdekat untuk membawakan makanan kesukaan pasien.
R/ menstimulasi upaya makan dan meningkatkan menela/ masukkan.
H.  Kurang pengetahuan mnegenai kondisi dan pengobatan b/d keterbatasan kognitif , tidak mengenal sumbner-sumber informasi. Hasil yang diahrapkan: mengungkapkan pemahaman tentang kondisi / prognosis.
      Intervensi:
1.    Evaluasi tipe, derajat dan ganguan persepsi sensori
R/ defist mempengaruhi pilihan metode pengajaran dan isi
2.    Diskusikan keadaan patologis dan kekuatan pada individu
R/ membantu dalam keadaan membangun harapan yang realistis dan meningkatkan pemahaman terhadap keadaan.
3.    Tinjau ulang / pertegas kembali pengobatan yang akan diberikan.
R/ aktivitas yang dianjurkan, pembatasan dan kebutuhan obat atau terapi dibuat pada dasar pendapatan interdisiplin terkoordinasi.
4.    Berikan instruksi dan jadwal tertulis mengenai aktivitas pengobatan dan factor-faktor penting yang lainnya
R/ memberikan penguatan visual dan sumber rujukan setelah sembuh.
5.    Saran kan pasien menurunkan / membatasi stimulasi lingkungan terutam selama kegiatan berfikir.
R/ stimulasi yang beragama dapat memperbesar ganguan proses berfikir
6.    Rujuk/ tegaskan perlunya evaluasi dengan tim ahli rehabilitas seperti ahli fisioterapi fisk , terapi ekupasi, terapi bicara.
R/ kerja yang baik pada akhirnya diharapkan meminimalkan adanya gejala sisa atau penurunan neurologist.
4.   Perencanaan Pulang (discharge planning )
a.).    Anjurkan pada keluarga , setalah keluar dari rumah sakit agar pasien selalu    mengontrol diri kedokter
b).     Anjurkan kepada keluarga agar membantu pasien dalam hal pemenuhan, kebutuhan misalnya personal hygiene.
c.)     Anjurkan kepada keluarga  agar membantu pasien setelah keluar dari rumah sakit harus beristirahat
d.).    Memberi tahu kepada pasien untuk minum obat dengan tuntas sesuai dengan kebutuhan