Wednesday 27 August 2014

contoh soal gadar ilmu keperawatan



1.       Karakteristik keperawatan gawat darurat
·    Kondisi kegawatan seringkali tidak terprediksi: kondisi klien, jumlah klien dan klg yang datang
·    Kecemasan tinggi/panik dari klien dan keluarga
·    Keterbatasan sumber daya dan waktu
·    Pengkajian, diagnosis, dan tindakan keperawatan diberikan untuk seluruh usia, dengan data dasar yang sangat terbatas
·    Jenis tindakan yang diberikan: tindakan yang memerlukan kecepatan dan ketepatan yang tinggi
·    Adanya saling ketergantungan yang tinggi antara profesi kesehatan yang bekerja di ruang gawat darurat
2.       Prinsip-prinsip keperawatan gadar
·      Menerapkan prinsip universal precaution dan asuhan yang aman untuk klien
·      Cepat dan tepat
·      Tindakan keperawatan diberikan untuk mengatasi masalah fisik dan psikososial klien.
·      Monitoring kondisi klien
·      Penjelasan dan pendidikan kesehatan
·      Asuhan diberikan menyeluruh (triase, proses resusitasi, stabilisasi,  kematian, dan penanganan  bencana)
·      Sistem dokumentasi dapat digunakan secara mudah, cepat dan tepat
·      Aspek etik dan legal keperawatan perlu dijaga.
3.       Fungsi perawat gadar
·       INDEPENDEN
-        Triase
-        Asuhan keperawatan
-        BHD
-        Balut bidai
-        Stabilisasi dan evaluasi 
-        Penanggung jawab kelengkapan prasarana dan sarana 
-        IGD
·       DEPENDEN
-        Jahit luka
-        Memberikan obat
·       KOLABORASI
-        Resusitasi cairan
-        Intubasi/ett yang memerlukan obat-obat anastesi.
4.       Tujuan Triase
§  Menjaga alur klien di IGD
§  Menetapkan derajat kegawatan klien
KLASIFIKASI (KODE/WARNA)
Merah   à GD  
Kuning  à Darurat tidak gawat
Hijau    à Tidak gawat dan tidak daurat
Hitam   à death on arrival
§  Memberikan tindakan yang cepat dan tepat
§  Meningkatkan kualitas pelayanan
5.       Kondisi mengancam jiwa
1. Gawat Darurat (mengancam kehidupan)
§  Kesulitan bernafas                                    - cedera kepala berat
§  Henti jantung (cardiac arrest)                              - keracunan
§  Gangguan vertebrata                                               - shok
§  Nyeri dada                                                    - multipel injuri berat
§  Luka terbuka dada dan abdomen       - kelainan persalinan
§  Perdarahan tidak terkontrol/mayor   - Kejang                                                                              
2. Gawat tidak darurat
§  Nyeri karena gangguan paru                 - luka bakar
§  Multipel fraktur                                          - penurunan kesadaran
§  Diare, muntah terus menerus                              - panas tinggi
6.       Prinsip-prinsip universal precaution
·         cek agama agar dapat memberikan asuhan yang sesuai agama pasien
·         empati akan kondisi keluarga; menunjukkan ekspresi muka tenang dan tersenyum, menatap keluarga
·         mendengar aktif keluhan
·         berdiri di samping keluarga dengan tenang
·         memberikan lingkungan yang tenang,
·         memberikan dukungan sesuai agama
·         merujuk ke tim bina rohani
7.       Trauma Toraks macam-macamnya
·         Tamponade jantung : disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke mediastinum/daerah jantung.
·         Hematotoraks : disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam, traumatik atau spontan.
·          Pneumothoraks : spontan (bula yang pecah) ; trauma (penyedotan luka rongga dada) ; iatrogenik (“pleural tap”, biopsi paaru-paru, insersi CVP, ventilasi dengan tekanan positif)
8.       Tindakan emergency yang dilakukan pada open pneumotoraks :
Open Pneumotoraks membutuhkan intervensi kedaruratan. Menghentikan aliran udara yang melewati lubang pada dinding dada merupakan tindakan menyelamatkan jiwa. Pada situasi darurat tersebut, apasaja dapat digunakan untuk menup luka dada misalnya handuk, sapu tangan, atau punggung tangan. Jika sadar, pasien diinstruksikan untuk menghirup dan mengejan dengan glotis tertutup. Aksi ini membantu mengembangkan kembali paru dan mengeluarkan udara dari toraks. Di rumah sakit, lubang ditutup dengan kassa yang dibasahi dengan petrolium. Balutan tekan dipasang dan diamankan dengan lilitan melingkar. Biasanya, selang dada yang dihubungkan dengan drainase water-seal (WSD) dipasang untuk memungkinkan udara dan cairan mengalir. Anti biotik biasanya diresepkan untuk melawan infeksi akibat kontaminasi.
Hal yang perlu dilakukan adalah :
·         Tekankan tindakan pertolongan untuk mengatasi masalah pernapasan yang dialami.
·         Kita perlu memperhatikan linkungan sekitar demi keamanan dan kenyaman penolong dan korban.
·         Prioritaskan ke-3 hal penting yaitu system kardi, pulmoner, dan serebral yang mana jika tidak ditangani segera dalam waktu 4-6 menit maka akan menyebabkan kematian biologis.
·         Jangan cepat menyerah apabila tindakannya yang kita berikan belum mencapai hasil yang kita inginkan. Tetap monitor dan berikan tindakan untuk membantu menyelamatkan nyawa korban.
·         Jangan lupa proteksi diri untuk menghindari penularan penyakit.
9.       Tindakan emergency yang dilakukan pada tension pneumotoraks :
·         tindakan utama yang harus dilakukan dekompresi tehadap tekanan intra pleura yang tinggi tersebut yaitu dengan membuat hubungan udara ke luar
·         Membuat hubungan rongga pleura dengan dunia luar dengan cara :
a.        Menusukan jarum melalui dinding dada terus masuk ke rongga pleura dengan demikian tekanan udara yang positif dirongga pleura akan berubah menjadi negatif kerena udara yang positif dorongga pleura akan berubah menjadi negatif  karena udara yang keluar melalui jarum tersebut.
b.       Membuat hubungan dengan udara luar  melalui kontra ventil.
-          Dapat memakai infus set
-           Jarum abbocath
-          Pipa  WSD ( Water Sealed Drainage )
Pipa khusus ( thoraks kateter ) steril, dimasukan kerongga pleura dengan perantara thoakar  atau dengan bantuan klem penjepit ( pean ). Pemasukan pipa plastik( thoraks kateter ) dapat juga dilakukan melalui celah yang telah dibuat dengan insisi kulit dari sela iga ke 4 pada baris aksila tengah atau pada garis aksila belakang. Swelain itu data pula melalui sela iga ke 2 dari garis klavikula tengah. Selanjutnya ujung sela plastik didada dan pipa kaca WSD dihubungkan melalui pipa plastik lainya,posisi ujung pipa kaca yang berada dibotol sebaiknya berada 2 cm dibawahpermukaan air supaya gelembung udara dapat dengan mudah keluar melalui tekanan tersebut.
c.        Penghisapan terus – menerus ( continous suction ).
Penghisapan dilakukan terus – menerus apabial tekanan intra pleura tetap positif, penghisapan ini dilakukan dengan memberi tekanan negatif sebesar 10 – 20 cm H2O dengan tujuan agar paru cepat mengembang dan segera teryjadi perlekatan antara pleura viseralis dan pleura parentalis.
d.       Apabila paru telah mengembang maksimal dan tekanan intrapleura sudah negative lagi, drain drain dapat dicabut, sebelum dicabut drain ditutup dengan cara dijepit atau ditekuk selama 24 jam. Apabila paru tetap mengembang penuh, maka drain dicabut.
10.   Ada riwayat trauma toraks ,TD menurun,distensi vena jugularis, Bunyi jantung kecil, tapi tidak sesak disebut
11.   Perbedaan gigitan ular berbisa dan tidak berbisa :
Ular beracun / berbisa:
·         Bekas luka gigitan hanya 2 lubang berjajar
·         Luka bekas gigitan ada gangguan perdarahan
·         Didapatkan ecchymosis
·         Bengkak, didapatkan vesicula sampai dengan nekrosis
Ular tidak beracun / tidak berbisa:
  • Bekas luka gigitan ada 4 lubang berderet
  • Luka berbentuk goresan yang tidak dalam
  • Tidak didapatkan
  • Bisa berupa luka robek

12.    Penatalaksanaan kasus intoksikasi oral
13.    Masalah keperawatan yang muncul pada intoksikasi oral :
·         Tidak efektifnya pola nafas b.d hipoventilasi/hiperventilasi
·         Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh b.d mual dan muntah
·         Tidak efektifnya koping individu b.d kecemasan
14.    Mekanisme trauma capitis
·         Akselerasi.
Bila kepala yang bergerak kesuatu arah atau kepala sedang dalam keadaan tidak bergerak , tiba-tiba mendapat gaya yang kuat searah dengan gerakan kepala maka kepala akan mendapat percepatan (akselerasi) pada arah tersebut.  Mula-mula tulang tengkorak yang bergerak lebih cepat , jaringan otak masih diam , kemudian jaringan otak ikut bergerak ke arah yang sama. Peristiwa ini terjadi sangat cepat dalam waktu yang sangat singkat. Pada peristiwa ini terjadi gesekan antara jaringan otak dan dasar tengkorak serta terjadi benturan antara jaringan otak dan dinding tengkorak.
Mekanisme akselerasi dapat menyebabkan luka/robekan/laserasi pada bagian bawah jaringan otak dan memar pada jaringan otak serta putusnya vena – vena kecil yang berjalan dari permukaan otak ke duramater (Bridging veins)
·         Deselerasi.
Bila kepala bergerak dengan cepat ke satu arah tiba-tiba dihentikan oleh suatu benda , misalnya kepala menabrak tembok maka kepala tiba-tiba akan terhenti gerakannya. Kepala mengalami deselerasi (perlambatan) secara mendadak.
Mula-mula tengkorak akan terhenti gerakannya , jaringan otak masih bergerak kemudian jaringan otak terhenti gerakannya karena “menabrak “ tengkorak. Peristiwa ini terjadi sangat cepat dalam waktu yang sangat singkat. Mekanisme deselerasi dapat menyebabkan kelainan serupa seperti pada mekanisme  akselerasi.
·         Rotasi
Hendaklah diingat bahwa batang otak (brain stem) berupa sebuah “batang” yang terletak di bagian tengah jaringan otak dan berjalan vertikal kearah Foramen Magnum , sehinga otak seolah-olah terletak pada sebuah sumbu (axis).Bila tengkorak tiba-tiba mendapat gaya mendadak yang membentuk sudut terhadap arah gerak kepala  , misalnya pada bagian depan (frontal) atau pada bagian belakang (oksipital) ,maka otak akan terputar pada “sumbu”nya.
Mekanisme rotasi dapat menyebabkan laserasi dari bagian bawah jaringan otak dan kerusakan pada batang otak. Kerusakan pada batang otak dapat merupakan peristiwa yang mematikan. Mekanisme rotasi dapat terjadi pada seorang petinju yang mendapat pukulan”jab” yang sangat keras.
Di dalam kejadian yang sebenarnya , misalnya trauma capitis karena kecelakaan lalu lintas , ketiga mekanisme tersebut di atas terjadi secara bersamaan.
·         Lesi “countercoup” ialah lesi pada jaringan otak yang terjadi “diseberang” tempat terjadinya pukulan / benturan yang diterima kepala . Misalnya kepala dipukul di daerah oksipital , terjadi perdarahan  jaringan otak di frontal.
15.   Ketoasidosis terjadi pada DM tipe I disebabkan oleh meningkatnya keasaman tubuh benda-benda keton akibat kekurangan atau defisiensi insulin, di karakteristikan dengan hiperglikemia, asidosis, dan keton akibat kurangnya insulin
16.   Kasus GGA :
a.       Prarenal (hipoperfusi ginjal).
Kondisi klinis yang umum adalah status penipisan volume misalnya karena kekurangan cairan mendadak (dehidrasi) seperti pada pasien muntaber yang berat atau kehilangan darah yang banyak (Lumenta & Nefro, 2004 :65), vasodilatasi (sepsi dan anafilaksis), gangguan fungsi jantung (infark miokardium, gagal jantung kongestif, syok kardiogenik). Klien akan menunjukkan gejala seperti : hipotensi, takhikardi, penurunan haluaran urine, penurunan cardiac output dan tekanan vena sentral (CPV), letargi
b.      Intrarenal
Penyebabnya adalah akibat dari kerusakan struktur glomerulus atau tubulus ginjal. Kondisi seperti rasa terbakar, cedera akibat benturan, infeksi, agen nefrotoksik, adanya hemoglobin dan mioglobin akibat cedera terbakar mengakibatkan toksik renal/ iskemia atau keduanya, transfusi terus menerus dan pemakaian obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID). Klien akan menunjukkan gejala: oliguria atau anuria, edema, takhikardi, nafas pendek, distensi vena jugularis, peningkatan berat badan, bunyi nafas rales atau crackles, anoreksia, nausea, mual muntah, letargi atau mengalami tingkat kesadaran yang bervariasi, abnormalitas elektrolit kadang-kadang terjadi
c.       Pasca renal
Yang termasuk kondisi penyebab pascarenal antara lain : Obstruksi traktus urinarius, batu, tumor, BPH, striktur uretra dan bekuan darah. (Brunner & Suddarth, 2002: 1444). Klien mungkin akan memperlihatkan perbaikan. Perawat harus tetap memonitor adanya oliguria atau anuria intermitten, gejala uremia dan letargi
17.   Jantung berdebar adalah ciri-ciri krisis tiroid
18.   Penatalaksanaan amputasi :
a.       Tingkat Amputasi
Amputasi dilakukan pada titik paling distal yang masih dapat mencapai penyembuhan dengan baik. Tempat amputasi ditentukan berdasarkan dua faktor yaitu peredaran darah pada bagian itu dan kegunaan fungsional. Tujuan pembedahan adalah mempertahankan sebanyak mungkin panjang ekstremitas konsisten dengan pembasmian proses penyakit. Mempertahankan lutut dan siku adalah pilihan yang diinginkan. Hampir pada semua tingkat amputasi dapat dipasangi protesis.
b.      Sisa Tungkai
-          Tujuan bedah utama adalah mencapai penyembuhan luka amputasi, menghasilkan sisa tungkai yang tidak nyeri tekan, dengan kulit yang sehat untuk penggunaan protesis.
-          Balutan rigid tertutup. Balutan rigid tertutup sering digunakan untuk mendapatkan kompresi yang merata, menyangga jaringan lunak, mengontrol nyeri, dan mencegah kontraktur.
-          Balutan lunak. Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan bila diperlukan inspeksi berkala puntung sesuai kebutuhan. Bidai imobilisasi dapat dibalutkan dengan balutan. Hematoma (luka) puntung dikontrol dengan alat drainase luka untuk meminimalkan infeksi.
c.       Amputasi bertahap. Amputasi bertahap bisa dilakukan bila ada gangren atau infeksi
19.   Posisi trauma capitis
20.   Masalah keperawatan ketoasidosis
  1. Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik akibat hiperglikemia, pengeluaran cairan berlebihan : diare, muntah; pembatasan intake akibat mual, kacau mental
  2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral, status hipermetabolisme
  3. Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa, penurunan fungsi lekosit, perubahan pada sirkulasi
  4. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori-perseptual berhubungan dengan ketidkseimbangan glukosa/insulin dan/atau elektrolit
  5. Kelelalahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi : status hipermetabolik/infeksi
  6. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang, ketergantungan pada orang lain
  7. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan pengoobatan berhubungan dengan  kesalahan menginterpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi
21.   Masalah keperawatan trauma amputasi :
·         Gangguan citra diri berhubungan dengan faktor biopsiko atau kehilangan bagian tubuh
·         Nyeri berhubungan dengan cidera fisik/jaringan dan trauma syaraf. Dampak psikologis dari kehilangan bagian tubuh
·         Perfusi jaringan, perubuhan perifer berhubungan dengan penurunan aliran darah, edema jaringan
·         Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer (kulit robek, jaringan traumatik) prosedur invasif, terpajan pada lingkungan
·         Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan tungkai, gangguan perceptual
·         Kurang pengetahuan/kebutuhan belajar tentang kondisi prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang perpajan/mengingat