Thursday 13 February 2014

Pemphigoid Gestationis (Ibu Ini Alergi dengan Bayinya Sendiri )



Seorang ibu baru, Zuleika Closs (26) terkejut ketika dia memasuki masa 20 minggu kehamilannya. Dia melihat banyak bintik-bintik merah di sekujur tubuhnya. Bintik-bintik tersebut menimbulkan gatal yang sangat luar biasa. Caters News Agency/Daily Mail Gejala awal sebelum bintik-bintik itu muncul, ialah dia merasakan ada yang menjalar di dalam kulitnya, lambat laun rasa gatal pun menjalar dan tidak tertahankan. Lalu tampak bintik-bintik merah gelap pada tangan, kaki dan bagian tubuh lainnya. Bintik itu menyebar dengan cepat di sekujur tubuh Zuleika. Menurut pengakuan Zuleika pada Dailymail.co.uk, parahnya ialah di saat Zuleika menggaruk bintik-bintik merah tersebut, potongan besar kulitnya malah terkelupas. Bagian yang terparah ialah pada kakinya. Caters News Agency/Daily Mail Dia pergi ke dokter untuk memeriksakan alergi aneh tersebut. Namun dokter salah mendiagnosa. Dokter mengatakan bahwa dirinya terkena semacam penyakit kudis parah. Zuleika diberikan antibiotik dan salep kulit, serta dokter menyuruhnya untuk merendam pakaiannya dalam air panas saat mencucinya. Namun, upaya itu pun tidak berhasil untuk mengobati rasa gatal yang hebat. Alergi aneh tersebut terus berlanjut sampai dia melahirkan putra yang diberi nama Emmanuel. Sampai-sampai, Zuleika menolak untuk menggendong bayi yang baru dilahirkannya itu, karena takut buah hatinya itu tertular penyakit kulit yang dia derita. Caters News Agency/Daily Mail Uniknya, setelah Emmanuel lahir, bintik-bintik merah yang sudah menyebar banyak, tiba-tiba saja hilang. Tapi beberapa hari kemudian, bintik dan rasa gatal itu muncul lagi. Akhirnya, Zuleika memutuskan pergi ke dokter yang berbeda. Dan jawaban si dokter malah membuatnya terkejut. Dokter itu mengatakan bahwa ibu ini diduga mengalami Pemphigoid Gestationis, yaitu sebuah penyakit yang disebabkan oleh jaringan plasenta masuk dalam aliran darah si ibu, sehingga bereaksi dengan sistem kekebalan tubuhnya, sehingga timbullah bintik-bintik merah yang gatal itu. Dengan kata lain, tubuhnya alergi dengan kehamilannya. Hingga kini, bekas luka garuk dari bintik-bintik tersebut belum hilang. Masa kehamilan menjadi momok yang menakutkan bagi Zuleika, tapi rasa sakit dan gatal itu sebanding dengan terlahirnya Emmanuel. Dia pun tetap ingin beri adik untuk putranya supaya mereka bisa tumbuh bersama nantinya. (yk)



Thursday 6 February 2014

Menggigil 10 Menit Sama dengan Olahraga 1 Jam

Sebuah penelitian yang baru diterbitkan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa menggigil selama 10 hingga 15 menit bisa membawa manfaat yang sama dengan satu jam berolahraga tingkat sedang.
Salah satu penelitinya adalah Endokrinolog Dr Paul Lee, dari Garvan Institute, Sydney, Australia. Ia sendiri selama enam tahun memilih mandi dengan pancuran dan air dingin untuk menggarap apa yang disebut sebagai lemak coklat dalam tubuhnya.
Lemak coklat dilaporkan dapat membakar energi, tidak seperti lemak putih yang menyimpan kalori berlebih. Kedua jenis lemak tersebut ada dalam tubuh manusia dan lemak putih bisa diubah menjadi lemak coklat.
Dr Lee baru kembali dari National Institute of Health di Washington, Amerika, setelah dua tahun di sana. Institut tersebut mendalami teori bahwa paparan terhadap rasa dingin bisa meningkatkan aktivitas lemak coklat.
"Kami mengundang individu-individu sehat dan memaparkan mereka pada temperatur dingin, mulai dari 18 derajat celsius hingga 12 celsius, hinga menggigil, dan mengukur tingkat hormon dalam tubuh mereka," cerita Lee.
"Kami mendapati bahwa seiring penurunan suhu, individu-individu itu mulai menggigil dan dua hormon dalam tubuh mereka meningkat," jelasnya.
Termasuk dalam dua hormon yang diamati adalah FGF21, yang terdapat dalam lemak coklat, dan irisin, yang diproduksi oleh otot. Keduanya dapat juga meningkat melalui olahraga.
Menurut temuan Dr. Lee dan rekan-rekannya, ada cara khusus hormon-hormon tersebut berkomunikasi hingga dapat menjalankan perubahan lemak putih menjadi lemak coklat.
Para peneliti akan mencari cara membuat obat yang dapat meniru perilaku tersebut. "Di satu sisi, saya rasa tak perlu diragukan lagi bahwa paparan ringan terhadap rasa dingin bisa mengaktivasikan lemak coklat. Tapi pertanyaannya, seberapa praktiskah ini?" ucapnya.
"Saat ini, kita semua suka alat pemanas sentral, dan kita lebih suka berpakaian hangat saat musim dingin. Jadi, adakah cara untuk mengambil manfaat ini tanpa harus terpapar dingin?" tambah Dr Lee.
Menurut dia, setelah penemuan tentang tindakan hormon ini, maka hormon-hormon tersebut akan dijadikan target terapi.
Sementara menunggu ditemukannya obat yang bisa meniru efek paparan terhadap dingin, mungkin ada juga yang ingin mencoba mandi air dingin seperti Dr. Lee.
Namun, menurut Lee, harus hati-hati dan mungkin berlatih lebih dahulu untuk mempraktekkan ini, apalagi bila anda tinggal di negara yang mengalami musim dingin.
Selain itu, solusi berat badan berlebih bukan hanya suhu dingin. "Saya tak bisa cukup mengingatkan: diet dan olahraga tetaplah dua pengobatan paling efektif yang kita tahu untuk membantu melawan obesitas, diabetes, dan sejumlah gangguan lainnya," ucapnya, "Selain berkonsentrasi pada olahraga dan diet, mungkin kita bisa mencoba meninjau suhu di dalam gedung."
sumber : tribun .com

Monday 3 February 2014

asuhan keperawatan sistim endokrin ( asuhan keperawatan diabetes millitus)



BAB  II

TINJAUAN PUSTAKA

A.    Konsep Dasar Medik

1.      Pengertian diabetes mellitus
a.       Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis. Barbara C. Long, (1995 : 4)
b.      Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat. Brunner dan Sudarta, (1999 : 1220)
c.       Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO).
d.      Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 2002).


2.      Anatomi Fisiologi Pankreas
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertanda dan strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah, panjang kira-kira 15 cm berat 60 – 100 gram. Letak pada daerah umbilical, dimana kepalanya dalam lekukan duodenum dan ekornya menyentuh kelenjar lympe, menyekresikan insulin dan glikogen ke darah.
Pankreas terdiri dari tiga bagian yaitu :
a.       Kepala pankreas merupakan bagian paling besar terletak di sebelah kanan umbilical dalam lekukan duodenum.
b.      Badan pankreas merupakan bagian utama organ itu letaknya sebelah lambung dan depan vertebra lumbalis pertama.
c.       Ekor pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang sebenarnya menyentuh lympa.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :
a.       Acini yang menyekresi getah pencernaan ke duodenum.
b.      Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah.
Pulau langerhans manusia mengandung tiga jenis sel utama yaitu sel alfa, beta dan delta yang satu sama lain dibedakan dari struktur dan sifat pewarnaannya. Sel beta menyekresi insulin, sel alfa menyekresi glukagon, dan sel-sel delta mengekresi somatostatin.

Fungsi pankreas ada dua, maka disebut organ rangka, yaitu :
a.       Fungsi eksokrin, dilaksanakan oleh sel sekretori lobula yang membentuk getah pankreas berisi enzim dan elektrolit. Jenis-jenis enzim dari pankreas adalah :
1.)    Amylase ; menguraikan tepung menjadi maltosa atau maltosa dijadikan polisakarida dan polisakarida dijadikan sakarida kemudian dijadikan monosakarida.
2.)    Tripsin ; menganalisa pepton menjadi polipeptida kemudian menjadi asam amino.
3.)    Lipase ; menguraikan lemak yang sudah diemulsi menjadi asam lemak dan gliserol gliserin.
b.      Fungsi endokrin atau kelenjar tertutup berfungsi membentuk hormon dalam pulau langerhans yaitu kelompok pulau-pulau kecil yang tersebar antara alveoli-alveoli pankreas terpisah dan tidak mempunyai saluran.
Oleh karena itu hormon insulin yang dihasilkan pulau langerhans langsung diserap ke dalam kapiler darah untuk dibawa ke tempat yang membutuhkan hormon tersebut. Dua hormon penting yang dihasilkan oleh pankreas adalah insulin dan glukagon
1).    Insulin
Insulin adalah suatu hormon yang dihasilkan oleh sel-sel beta di kelenjar pankreas. Fungsi insulin dalam tubuh sangat bermacam-macam. Salah satunya adalah membantu menurunkan kadar glukosa (gula) dalam darah. Cara kerja insulin yang terdapat pada membran sel, sehingga permeabilitas sel berubah dan  zat makanan tadi bisa masuk ke dalam sel. Dengan kata lain, insulin dapat dianggap sebagai suatu anak kunci yang bertugas membuka pintu sel agar glukosa dapat masuk ke dalam sel. Perlu diketahui juga bahwa walaupun tidak semua sel tubuh kita membutuhkan insulin untuk memasukkan glukosa ke dalam selnya (seperti sel darah merah, sel hati dan sel ke otak), tetapi sebagian besar sel tubuh kita sangat tergantung dengan insulin untuk memasukkan glukosa ke dalam selnya.
Mekanisme untuk mencapai derajat pengontrolan yang tinggi yaitu :
a.)    Fungsi hati sebagai sistem buffer glukosa darah yaitu meningkatkan konsentrasinya setelah makan, sekresi insulin juga meningkat sebanyak 2/3 glukosa yang diabsorbsi dari usus dan kemudian disimpan dalam hati dengan bentuk glikogen.
b.)    Sebagai sistem umpan balik maka mempertahankan glukosa darah normal.
c.)    Pada hypoglikemia efek langsung glukosa darah yang rendah terhadap hypothalamus adalah merangsang simpatis. Sebaliknya epinefrin yang disekresikan oleh kelenjar adrenalin masih menyebabkan pelepasan glukosa yang lebih lanjut dari hati. Juga membantu melindungi terhadap hypoglikemia berat.
Adapun efek utama insulin terhadap metabolisme karbohidrat, yaitu :
a.)    Menambah kecepatan metabolisme glukosa
b.)    Mengurangi konsentrasi gula darah
c.)    Menambah penyimpanan glukosa ke jaringan.
2).    Glukagon
Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa pulau langerhans mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan insulin. Fungsi yang terpenting adalah : meningkatkan konsentrasi glukosa dalam darah. Glukagon merupakan protein kecil mempunyai berat molekul 3842 dan terdiri dari 29 rantai asam amino.
Dua efek glukagon pada metabolisme glukosa darah :
a.)    Pemecahan glikogen (glikogenolisis)
b.)    Peningkatan glukosa (glukogenesis)
Pengatur sekresi glukosa darah perubahan konsentrasi glukosa darah mempunyai efek yang jelas berlawanan pada sekresi glukagon dibandingkan pada sekresi insulin, yaitu penurunan glukosa darah dapat menghasilkan sekresi glukagon, bila glukagon darah turun 70 mg/100 ml darah pankreas menyekresi glukosa dalam jumlah yang sangat banyak yang cepat memobilisasi glukosa dari hati. Jadi glukagon membantu melindungi terhadap hypoglikemia.
3.      Etiologi
Etiologi dari diabetes mellitus tipe II sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti dari studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahui bahwa diabetes mellitus adalah merupakan suatu sindrom yang menyebabkan kelainan yang berbeda-beda dengan lebih satu penyebab yang mendasarinya.
Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu :
a.       Faktor genetik
Riwayat keluarga dengan diabetes :
Pincus dan White berpendapat perbandingan keluarga yang menderita diabetes mellitus dengan kesehatan keluarga sehat, ternyata angka kesakitan keluarga yang menderita diabetes mellitus mencapai 8, 33 % dan 5, 33 % bila dibandingkan dengan keluarga sehat yang memperlihatkan angka hanya 1, 96 %.
b.      Faktor non genetik
1.)    Infeksi
Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah mempunyai predisposisi genetic terhadap diabetes mellitus.
2.)    Nutrisi
a.)    Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.
b.)    Malnutrisi protein
c.)    Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.


3.)    Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya menyebabkan hyperglikemia sementara.
4.)    Hormonal
Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi, akromegali karena jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma karena konsentrasi glukagon dalam darah tinggi, feokromositoma karena kadar katekolamin meningkat
4.      Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu :
a.       Diabetes mellitus type insulin, Insulin Dependen diabetes mellitus (IDDM) yang dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset diabetes (JOD), klien tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda dapat disebabkan karena keturunan.
b.      Diabetes mellitus type II, Non Insulin Dependen diabetes mellitus (NIDDM), yang dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset diabetes (MOD) terbagi dua yaitu :
1.)    Non obesitas
2.)    Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pankreas, tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.
Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas.
c.       Diabetes mellitus type lain
1.)    diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pankreas, kelainan hormonal, diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan lain-lain.
2.)    Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :
Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik
3.)    diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.
5.      Patofisiologi
Sebagian besar patologi diabetes mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut : (1) Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml. (2) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak, menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang mengakibatkan aterosklerosis. (3) Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada diabetes mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine klien diabetes mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa meningkat melebihi 180 mg%.
Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke metabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua energinya pada lemak, kadar asam aseto – asetat dan asam Bihidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter sampai setinggi 10 Meq/Liter.
6.      Gambaran Klinik
Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut :
Pada tahap awal sering ditemukan :
a.       Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
b.      Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
c.       Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.
d.      Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus
e.       Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.


7.      Diagnosis
Diagnosis diabetes mellitus umumnya dipikirkan dengan adanya gejala khas diabetes mellitus berupa poliuria, polidipsi, poliphagia, lemas dan berat badan menurun. Jika keluhan dan gejala khas ditemukan dan pemeriksaan glukosa darah sewaktu yang lebih 216 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosa diabetes mellitus.
8.      Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.
Pada penderita dengan diabetes mellitus harus rantang gula dan makanan yang manis untuk selamanya. Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus adalah tiga  J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :
J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.
J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
J 3 : jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis).


Diet pada penderitae diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain :
a.       Diet A     :   terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak 30 %, protein 20 %.
b.      Diet B     :   terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.
c.       Diet B1    :   terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.
d.      Diet B1 dan B­2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal ginjal.
Indikasi diet A :
Diberikan pada semua penderita diabetes mellitus pada umumnya.
Indikasi diet B :
Diberikan pada penderita diabetes terutama yang :
a.       Kurang tahan lapan dengan dietnya.
b.      Mempunyai hyperkolestonemia.
c.       Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya pernah mengalami cerobrovaskuler acident (cva) penyakit jantung koroner.
d.      Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya terdapat retinopati diabetik tetapi belum ada nefropati yang nyata.
e.       Telah menderita diabetes dari 15 tahun
Indikasi diet B1
Diberikan pada penderita diabetes yang memerlukan diet protein tinggi, yaitu penderita diabetes terutama yang :
a.       Mampu atau kebiasaan makan tinggi protein tetapi normalip idemia.
b.      Kurus (underweight) dengan relatif body weight kurang dari 90 %.
c.       Masih muda perlu pertumbuhan.
d.      Mengalami patah tulang.
e.       Hamil dan menyusui.
f.       Menderita hepatitis kronis atau sirosis hepatitis.
g.      Menderita tuberkulosis paru.
h.      Menderita penyakit graves (morbus basedou).
i.        Menderita selulitis.
j.        Dalam keadaan pasca bedah.
Indikasi tersebut di atas selama tidak ada kontra indikasi penggunaan protein kadar tinggi.
Indikasi B2 dan B3
Diet B2
Diberikan pada penderita nefropati dengan gagal ginjal kronik yang klirens kreatininnya masih lebar dari 25 ml/mt.
Sifat-sifat diet B2
a.       Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari tetapi mengandung protein kurang.
b.      Komposisi sama dengan diet B, (68 % hidrat arang, 12 % protein dan 20 % lemak) hanya saja diet B2 kaya asam amino esensial.
c.       Dalam praktek hanya terdapat diet B2 dengan diet 2100 – 2300 kalori / hari.
Karena bila tidak maka  jumlah perhari akan berubah.
Diet B3
Diberikan pada penderita nefropati diabetik dengan gagal ginjal kronik yang klibers kreatininnya kurang dari 25 MI/mt
Sifat diet B3
a.       Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari).
b.      Rendah protein tinggi asam amino esensial, jumlah protein 40 gram/hari.
c.       Karena alasan No 2 maka hanya dapat disusun diet B3 2100 kalori dan 2300 / hari. (bila tidak akan merubah jumlah protein).
d.      Tinggi karbohidrat dan rendah lemak.
e.       Dipilih lemak yang tidak jenuh.
Semua penderita diabetes mellitus dianjurkan untuk latihan ringan yang dilaksanakan secara teratur tiap hari pada saat setengah jam sesudah makan. Juga dianjurkan untuk melakukan latihan ringan setiap hari, pagi dan sore hari dengan maksud untuk menurunkan BB.
Penyuluhan kesehatan.
Untuk meningkatkan pemahaman maka dilakukan penyuluhan melalui perorangan antara dokter dengan penderita yang datang. Selain itu juga dilakukan melalui media-media cetak dan elektronik.

DM I – Diit B
Kalori            :   1100
Protein           :   36,49 gram
Lemak           :   22,81
Hidrat arang  :   179,35 gram
Kolesterol      :   93,25 mgram
DM II – Diit B
Kalori            :   1300 gram
Protein           :   41.74 gram
Lemak           :   28.55 gram
Hidrat arang  :   217.88 gram
Kolesterol      :   93.25 gram
DM III – Diit B
Kalori            :   1500
Protein           :   47.3 gram
Lemak           :   34.3 gram
Hidrat arang  :   253.5 gram
Kolesterol      :   93.75 gram
DM IV – Diit B
Kalori            :   1700
Protein           :   49.82 gram
Lemak           :   36.28 gram
Hidrat arang  :   300.58
Kolesterol      :   112.5 mgram
Pagi pukul 06.30                     Snack pukul 19.30
Nasi               :   90 gram         Pisang : 150 gram
Daging          :   25 gram
Tempe           :   25 gram
Sayuran A     :   100 gram
Sayuran B     :   25 gram
Minyak          :   5 gram
Siang pukul 12.30                   Snack pukul 15.30
Nasi               :   130 gram       Pisang/kentang : 175 gram
Daging          :   40 gram
Tempe           :   -
Sayuran A     :   100 gram
Sayuran B     :   50 gram
Minyak          :   7.5 gram
Sore pukul 18.30                     Snack pukul 21.30
Nasi               :   130 gram       Pisang / kentang : 175 gram
Daging          :   25 gram
Tempe           :   -
Sayuran A     :   100 gram
Sayuran B     :   50 gram
Minyak          :   7.5 gram
DM V – Diit B
Kalori            :   1900
Protein           :   53.97 gram
Lemak           :   38.88 gram
Hidrat arang  :   328.41 gram
Kolesterol      :   112.5 mgram
DM VI – Diit B
Kalori            :   2100
Protein           :   65.49 gram
Lemak           :   45.89 gram
Hidrat arang  :   377.45 gram
Kolesterol      :   112.5 mgram
DM VII – Diit B
Kalori            :   2300
Protein           :   67.85 gram
Lemak           :   50.89 gram
Hidrat arang  :   395.73 gram
Kolesterol      :   112.5 mgram
DM VIII – Diit B
Kalori            :   2500
Protein           :   75.11 gram
Lemak           :   57.29 gram
Hidrat arang  :   424.98 gram
Kolesterol      :   112.5 mgram
DM IX – Diet B
Kalori            :   2700
Protein           :   82.33 gram
Lemak           :   62.55 gram
Hidrat arang  :   479.39 gram
Kolesterol      :   150 mgram
DM X – Diit B
Kalori            :   2900
Protein           :   92.3 gram
Lemak           :   67.69 gram
Hidrat arang  :   511.32 gram
Kolesterol      :   175 mgram
DM I – Diit B1
Kalori            :   1100
Protein           :   59.36 gram
Lemak           :   25.07 gram
Hidrat arang  :   171.15 gram
Kolesterol      :   93.75 mgram

DM II – Diit B1
Kalori            :   1300
Protein           :   69.21 gram
Lemak           :   31.16 gram
Hidrat arang  :   190.27 gram
Kolesterol      :   93.75 mgram
DM III – Diit B1
Kalori            :   1500
Protein           :   76.12 gram
Lemak           :   31.79 gram
Hidrat arang  :   224.07 gram
Kolesterol      :   106.25 mgram
DM IV – Diit B1
Kalori            :   1700
Protein           :   87.26 gram
Lemak           :   35.95 gram
Hidrat arang  :   255.55 gram
Kolesterol      :   131.25 mgram
Pagi pukul 06.30                     Snack pukul 09.30
Nasi               :   80 gram         Tepung s.skim : 25 gram
Daging          :   25 gram         Pepaya : 175 gram
Tempe           :   25 gram
Sayuran A     :   100 gram
Sayuran B     :   25 gram
Minyak          :   5 gram
Siang pukul 12.30                   Snack pukul 15.30
Nasi               :   110 gram       Tepung s.skim : 25 gram
Daging          :   40 gram         Pepaya : 175 gram
Tempe           :   25 gram
Sayuran A     :   100 gram
Sayuran B     :   50 gram
Minyak          :   5 gram
DM VI – Diit B1
Kalori            :   2100
Protein           :   105.41 gram
Lemak           :   48.7 gram
Hidrat arang  :   317.11 gram
Kolesterol      :   187.5 gram
DM VII – Diit B1
Kalori            :   2300
Protein           :   115.44 gram
Lemak           :   51.19 gram
Hidrat arang  :   348.005 gram
Kolesterol      :   187.5 gram
DM VIII – Diit B1
Kalori            :   2500
Protein           :   126.78 gram
Lemak           :   51.78 gram
Hidrat arang  :   395.92 gram
Kolesterol      :   243.75 gram
DM IX – Diit B1
Kalori            :   2700
Protein           :   135.10 gram
Lemak           :   60.42 gram
Hidrat arang  :   413.05 gram
Kolesterol      :   318.75 gram
DM X – Diit B1
Kalori            :   2900
Protein           :   144.77 gram
Lemak           :   68.22 gram
Hidrat arang  :   443.18 gram
Kolesterol      :   443.18 gram
DM 2100 – Diit B2
Kalori            :   2115.05
Protein           :   61.32 gram
Lemak           :   49.12 gram
9.      Komplikasi
a.       Akut
1.)    Hypoglikemia
2.)    Ketoasidosis
3.)    Diabetik
b.      Kronik
1.)    Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
2.)    Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik, nefropati diabetic.
3.)    Neuropati diabetic.

B.     Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien dan keluarga, untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal dalam melakukan proses terapeutik maka perawat melakukan metode ilmiah yaitu proses keperawatan.
Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang dilakukan secara sistematis dengan latar belakang pengetahuan komprehensif untuk mengkaji status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah dan diagnosa, merencanakan intervensi mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi rencana sehubungan dengan proses keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin.
1.      Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
Hal yang perlu dikaji pada klien degan diabetes mellitus :
a.       Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
b.      Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung.
c.       Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
d.      Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
e.       Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.
f.       Nyeri
Pembengkakan perut,  meringis.
g.      Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h.      Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i.        Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria.

2.      Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien diabetes mellitus yaitu :
a.       Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
b.      Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan  tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
c.       Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
d.      Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
e.       Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
f.       Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
g.      Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi.

3.      Rencana Keperawatan
a.       Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan :
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
1.)    Pantau tanda-tanda vital.
Rasional      :   Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
2.)    Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.
Rasional      :   Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat.
3.)    Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.
Rasional      :   Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
4.)    Timbang berat badan setiap hari.
Rasional      :   Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
5.)    Berikan terapi cairan sesuai indikasi.
Rasional      :   Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respons pasien secara individual.
b.      Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan  tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
Tujuan :
-          Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat
-          Menunjukkan tingkat energi biasanya
-          Berat badan stabil atau bertambah.
Intervensi :
1.)    Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien.
Rasional      :   Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
2.)    Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
Rasional      :   Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya).
3.)    Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan etnik/kultural.
Rasional      :   Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.
4.)    Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi.
Rasional      :   Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada keluarga untuk memahami nutrisi pasien.
5.)    Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi.
Rasional      :   Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.
c.       Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
Tujuan :
-          Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.
-          Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.
Intervensi :
1).    Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.
Rasional      :   Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.
2).    Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri.
Rasional      :   Mencegah timbulnya infeksi silang.
3).    Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.
Rasional      :   Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman.
4).    Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.
Rasional      :   Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.
5).    Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.
Rasional      :   Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan memobilisasi sekret.
d.      Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
Tujuan :
-          Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi.
-          Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.
Intervensi :
1.)    Pantau tanda-tanda vital dan status mental.
Rasional      :   Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal
2.)    Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhannya.
Rasional      :   Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak dengan realitas.
3.)    Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya.
Rasional      :   Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan mempertahankan orientasi pada lingkungannya.
4.)    Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada paha/kaki.
Rasional      :   Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat, kehilangan sensasi sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.
e.       Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
Tujuan :
-          Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
-          Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.
Intervensi :
1.)    Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.
Rasional      :   Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.
2.)    Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.
Rasional      :   Mencegah kelelahan yang berlebihan.
3.)    Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas.
Rasional      :   Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.
4.)    Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi.
Rasional      :   Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi.
f.       Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
Tujuan :
-          Mengakui perasaan putus asa
-          Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.
-          Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri.
Intervensi :
1.)    Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang perawatan di rumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan.
Rasional      :   Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara pemecahan masalah.
2.)    Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.
Rasional      :   Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain atau diri sendiri dapat mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan kontrol diri dan mungkin mengganggu kemampuan koping.
3.)    Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai dengan usaha yang dilakukannya.
Rasional      :   Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.
4.)    Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri.
Rasional      :   Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.
g.      Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, keselahan interpretasi informasi.
Tujuan :
-          Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.
-          Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.
-          Dengan benar melakukan prosedur yang perlu  dan menjelaskan rasional tindakan.
Intervensi :
1.)    Ciptakan lingkungan saling percaya
Rasional      :   Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.
2.)    Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya.
Rasional      :   Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup.
3.)    Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat.
Rasional      :   Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam merencanakan makan/mentaati program.
4.)    Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab pertanyaan pasien/orang terdekat.
Rasional      :   Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih ketat.