Seorang ibu baru, Zuleika Closs (26) terkejut ketika dia
memasuki masa 20 minggu kehamilannya. Dia melihat banyak bintik-bintik merah di
sekujur tubuhnya. Bintik-bintik tersebut menimbulkan gatal yang sangat luar
biasa. Caters News Agency/Daily Mail Gejala awal sebelum bintik-bintik itu
muncul, ialah dia merasakan ada yang menjalar di dalam kulitnya, lambat laun
rasa gatal pun menjalar dan tidak tertahankan. Lalu tampak bintik-bintik merah
gelap pada tangan, kaki dan bagian tubuh lainnya. Bintik itu menyebar dengan
cepat di sekujur tubuh Zuleika. Menurut pengakuan Zuleika pada Dailymail.co.uk,
parahnya ialah di saat Zuleika menggaruk bintik-bintik merah tersebut, potongan
besar kulitnya malah terkelupas. Bagian yang terparah ialah pada kakinya.
Caters News Agency/Daily Mail Dia pergi ke dokter untuk memeriksakan alergi
aneh tersebut. Namun dokter salah mendiagnosa. Dokter mengatakan bahwa dirinya
terkena semacam penyakit kudis parah. Zuleika diberikan antibiotik dan salep
kulit, serta dokter menyuruhnya untuk merendam pakaiannya dalam air panas saat
mencucinya. Namun, upaya itu pun tidak berhasil untuk mengobati rasa gatal yang
hebat. Alergi aneh tersebut terus berlanjut sampai dia melahirkan putra yang
diberi nama Emmanuel. Sampai-sampai, Zuleika menolak untuk menggendong bayi
yang baru dilahirkannya itu, karena takut buah hatinya itu tertular penyakit
kulit yang dia derita. Caters News Agency/Daily Mail Uniknya, setelah Emmanuel
lahir, bintik-bintik merah yang sudah menyebar banyak, tiba-tiba saja hilang.
Tapi beberapa hari kemudian, bintik dan rasa gatal itu muncul lagi. Akhirnya,
Zuleika memutuskan pergi ke dokter yang berbeda. Dan jawaban si dokter malah
membuatnya terkejut. Dokter itu mengatakan bahwa ibu ini diduga mengalami
Pemphigoid Gestationis, yaitu sebuah penyakit yang disebabkan oleh jaringan
plasenta masuk dalam aliran darah si ibu, sehingga bereaksi dengan sistem
kekebalan tubuhnya, sehingga timbullah bintik-bintik merah yang gatal itu.
Dengan kata lain, tubuhnya alergi dengan kehamilannya. Hingga kini, bekas luka
garuk dari bintik-bintik tersebut belum hilang. Masa kehamilan menjadi momok
yang menakutkan bagi Zuleika, tapi rasa sakit dan gatal itu sebanding dengan
terlahirnya Emmanuel. Dia pun tetap ingin beri adik untuk putranya supaya
mereka bisa tumbuh bersama nantinya. (yk)
Halo Teman-teman selamat datang di blognya anak kesehatan, Di Blog Ini banyak berisi tentang akrediatasi puskesmas,, pendataan tenaga non asn, tenaga honorer di hapuskan, PPPK GURU, seputar kesehatan, skripsi mahasiswa keperawatan, judul skripsi, asuhan keperawatan, asuhan kebidanan, untuk mencari materi yang teman-teman butuhkan silakan cari di tombol search this blog
Thursday 13 February 2014
Thursday 6 February 2014
Menggigil 10 Menit Sama dengan Olahraga 1 Jam
Sebuah penelitian yang baru diterbitkan di Amerika
Serikat menunjukkan bahwa menggigil selama 10 hingga 15 menit bisa
membawa manfaat yang sama dengan satu jam berolahraga tingkat sedang.
Salah
satu penelitinya adalah Endokrinolog Dr Paul Lee, dari Garvan
Institute, Sydney, Australia. Ia sendiri selama enam tahun memilih mandi
dengan pancuran dan air dingin untuk menggarap apa yang disebut sebagai
lemak coklat dalam tubuhnya.
Lemak coklat
dilaporkan dapat membakar energi, tidak seperti lemak putih yang
menyimpan kalori berlebih. Kedua jenis lemak tersebut ada dalam tubuh
manusia dan lemak putih bisa diubah menjadi lemak coklat.
Dr Lee
baru kembali dari National Institute of Health di Washington, Amerika,
setelah dua tahun di sana. Institut tersebut mendalami teori bahwa
paparan terhadap rasa dingin bisa meningkatkan aktivitas lemak coklat."Kami mengundang individu-individu sehat dan memaparkan mereka pada temperatur dingin, mulai dari 18 derajat celsius hingga 12 celsius, hinga menggigil, dan mengukur tingkat hormon dalam tubuh mereka," cerita Lee.
"Kami mendapati bahwa seiring penurunan suhu, individu-individu itu mulai menggigil dan dua hormon dalam tubuh mereka meningkat," jelasnya.
Termasuk dalam dua hormon yang diamati adalah FGF21, yang terdapat dalam lemak coklat, dan irisin, yang diproduksi oleh otot. Keduanya dapat juga meningkat melalui olahraga.
Menurut temuan Dr. Lee dan rekan-rekannya, ada cara khusus hormon-hormon tersebut berkomunikasi hingga dapat menjalankan perubahan lemak putih menjadi lemak coklat.
Para peneliti akan mencari cara membuat obat yang dapat meniru perilaku tersebut. "Di satu sisi, saya rasa tak perlu diragukan lagi bahwa paparan ringan terhadap rasa dingin bisa mengaktivasikan lemak coklat. Tapi pertanyaannya, seberapa praktiskah ini?" ucapnya.
"Saat ini, kita semua suka alat pemanas sentral, dan kita lebih suka berpakaian hangat saat musim dingin. Jadi, adakah cara untuk mengambil manfaat ini tanpa harus terpapar dingin?" tambah Dr Lee.
Menurut dia, setelah penemuan tentang tindakan hormon ini, maka hormon-hormon tersebut akan dijadikan target terapi.
Sementara menunggu ditemukannya obat yang bisa meniru efek paparan terhadap dingin, mungkin ada juga yang ingin mencoba mandi air dingin seperti Dr. Lee.
Namun, menurut Lee, harus hati-hati dan mungkin berlatih lebih dahulu untuk mempraktekkan ini, apalagi bila anda tinggal di negara yang mengalami musim dingin.
Selain itu, solusi berat badan berlebih bukan hanya suhu dingin. "Saya tak bisa cukup mengingatkan: diet dan olahraga tetaplah dua pengobatan paling efektif yang kita tahu untuk membantu melawan obesitas, diabetes, dan sejumlah gangguan lainnya," ucapnya, "Selain berkonsentrasi pada olahraga dan diet, mungkin kita bisa mencoba meninjau suhu di dalam gedung."
sumber : tribun .com
Monday 3 February 2014
asuhan keperawatan sistim endokrin ( asuhan keperawatan diabetes millitus)
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Konsep Dasar Medik
1.
Pengertian diabetes mellitus
a.
Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks
yang mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan
berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis.
Barbara C. Long, (1995 : 4)
b.
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis yang
menimbulkan gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia
yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat.
Brunner dan Sudarta, (1999 : 1220)
c.
Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis
yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama,
mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi
dapat dikontrol (WHO).
d.
Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul
pada seseorang akibat peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 2002).
2.
Anatomi Fisiologi Pankreas
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertanda dan
strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah, panjang kira-kira 15 cm berat
60 – 100 gram. Letak pada daerah umbilical, dimana kepalanya dalam lekukan
duodenum dan ekornya menyentuh kelenjar lympe, menyekresikan insulin dan
glikogen ke darah.
Pankreas terdiri dari tiga bagian yaitu :
a.
Kepala pankreas merupakan bagian paling besar terletak
di sebelah kanan umbilical dalam lekukan duodenum.
b.
Badan pankreas merupakan bagian utama organ itu
letaknya sebelah lambung dan depan vertebra lumbalis pertama.
c.
Ekor pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri, dan
yang sebenarnya menyentuh lympa.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :
a.
Acini yang menyekresi getah pencernaan ke duodenum.
b.
Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya
keluar, tetapi menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah.
Pulau langerhans manusia mengandung tiga jenis sel
utama yaitu sel alfa, beta dan delta yang satu sama lain dibedakan dari
struktur dan sifat pewarnaannya. Sel beta menyekresi insulin, sel alfa menyekresi
glukagon, dan sel-sel delta mengekresi somatostatin.
Fungsi pankreas ada dua, maka disebut organ rangka,
yaitu :
a.
Fungsi eksokrin, dilaksanakan oleh sel sekretori lobula
yang membentuk getah pankreas berisi enzim dan elektrolit. Jenis-jenis enzim
dari pankreas adalah :
1.)
Amylase ; menguraikan tepung menjadi maltosa atau
maltosa dijadikan polisakarida dan polisakarida dijadikan sakarida kemudian
dijadikan monosakarida.
2.)
Tripsin ; menganalisa pepton menjadi polipeptida
kemudian menjadi asam amino.
3.)
Lipase ; menguraikan lemak yang sudah diemulsi menjadi
asam lemak dan gliserol gliserin.
b.
Fungsi endokrin atau kelenjar tertutup berfungsi
membentuk hormon dalam pulau langerhans yaitu kelompok pulau-pulau kecil yang
tersebar antara alveoli-alveoli pankreas terpisah dan tidak mempunyai saluran.
Oleh karena itu hormon insulin yang dihasilkan pulau langerhans langsung
diserap ke dalam kapiler darah untuk dibawa ke tempat yang membutuhkan hormon
tersebut. Dua hormon penting yang dihasilkan oleh pankreas adalah insulin dan
glukagon
1).
Insulin
Insulin adalah suatu hormon yang dihasilkan oleh sel-sel beta di kelenjar
pankreas. Fungsi insulin dalam tubuh sangat bermacam-macam. Salah satunya
adalah membantu menurunkan kadar glukosa (gula) dalam darah. Cara kerja insulin
yang terdapat pada membran sel, sehingga permeabilitas sel berubah dan zat makanan tadi bisa masuk ke dalam sel.
Dengan kata lain, insulin dapat dianggap sebagai suatu anak kunci yang bertugas
membuka pintu sel agar glukosa dapat masuk ke dalam sel. Perlu diketahui juga
bahwa walaupun tidak semua sel tubuh kita membutuhkan insulin untuk memasukkan
glukosa ke dalam selnya (seperti sel darah merah, sel hati dan sel ke otak),
tetapi sebagian besar sel tubuh kita sangat tergantung dengan insulin untuk
memasukkan glukosa ke dalam selnya.
Mekanisme untuk mencapai derajat pengontrolan yang tinggi yaitu :
a.)
Fungsi hati sebagai sistem buffer glukosa darah yaitu
meningkatkan konsentrasinya setelah makan, sekresi insulin juga meningkat
sebanyak 2/3 glukosa yang diabsorbsi dari usus dan kemudian disimpan dalam hati
dengan bentuk glikogen.
b.)
Sebagai sistem umpan balik maka mempertahankan glukosa
darah normal.
c.)
Pada hypoglikemia efek langsung glukosa darah yang
rendah terhadap hypothalamus adalah merangsang simpatis. Sebaliknya epinefrin
yang disekresikan oleh kelenjar adrenalin masih menyebabkan pelepasan glukosa
yang lebih lanjut dari hati. Juga membantu melindungi terhadap hypoglikemia
berat.
Adapun efek utama insulin terhadap metabolisme karbohidrat, yaitu :
a.)
Menambah kecepatan metabolisme glukosa
b.)
Mengurangi konsentrasi gula darah
c.)
Menambah penyimpanan glukosa ke jaringan.
2).
Glukagon
Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh
sel-sel alfa pulau langerhans mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan
insulin. Fungsi yang terpenting adalah : meningkatkan konsentrasi glukosa dalam
darah. Glukagon merupakan protein kecil mempunyai berat molekul 3842 dan
terdiri dari 29 rantai asam amino.
Dua efek glukagon pada metabolisme glukosa darah :
a.)
Pemecahan glikogen (glikogenolisis)
b.)
Peningkatan glukosa (glukogenesis)
Pengatur sekresi glukosa darah perubahan konsentrasi
glukosa darah mempunyai efek yang jelas berlawanan pada sekresi glukagon
dibandingkan pada sekresi insulin, yaitu penurunan glukosa darah dapat
menghasilkan sekresi glukagon, bila glukagon darah turun 70 mg/100 ml darah pankreas
menyekresi glukosa dalam jumlah yang sangat banyak yang cepat memobilisasi
glukosa dari hati. Jadi glukagon membantu melindungi terhadap hypoglikemia.
3.
Etiologi
Etiologi dari diabetes mellitus tipe II sampai saat
ini masih belum diketahui dengan pasti dari studi-studi eksperimental dan
klinis kita mengetahui bahwa diabetes mellitus adalah merupakan suatu sindrom
yang menyebabkan kelainan yang berbeda-beda dengan lebih satu penyebab yang
mendasarinya.
Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering
dianggap penyebab yaitu :
a.
Faktor genetik
Riwayat keluarga dengan diabetes :
Pincus dan White berpendapat perbandingan keluarga yang menderita diabetes
mellitus dengan kesehatan keluarga sehat, ternyata angka kesakitan keluarga
yang menderita diabetes mellitus mencapai 8, 33 % dan 5, 33 % bila dibandingkan
dengan keluarga sehat yang memperlihatkan angka hanya 1, 96 %.
b.
Faktor non genetik
1.)
Infeksi
Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah mempunyai
predisposisi genetic terhadap diabetes mellitus.
2.)
Nutrisi
a.)
Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap
insulin.
b.)
Malnutrisi protein
c.)
Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya
pankreatitis.
3.)
Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya
menyebabkan hyperglikemia sementara.
4.)
Hormonal
Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi,
akromegali karena jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma karena
konsentrasi glukagon dalam darah tinggi, feokromositoma karena kadar
katekolamin meningkat
4.
Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi
beberapa type yaitu :
a.
Diabetes mellitus type insulin, Insulin Dependen diabetes
mellitus (IDDM) yang dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset diabetes (JOD), klien
tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan
mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda dapat disebabkan
karena keturunan.
b.
Diabetes mellitus type II, Non Insulin Dependen diabetes
mellitus (NIDDM), yang dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset diabetes (MOD)
terbagi dua yaitu :
1.)
Non obesitas
2.)
Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel
beta pankreas, tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.
Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun)
atau anak dengan obesitas.
c.
Diabetes mellitus type lain
1.)
diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pankreas,
kelainan hormonal, diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin,
kelainan genetik dan lain-lain.
2.)
Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara
lain :
Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan
asam hidotinik
3.)
diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi
glukosa selama kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan
kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik
somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan
glukosa ke fetus.
5.
Patofisiologi
Sebagian besar patologi diabetes mellitus dapat
dikaitkan dengan satu dari tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut :
(1) Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat
peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml.
(2) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak,
menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding
vaskuler yang mengakibatkan aterosklerosis. (3) Pengurangan protein dalam
jaringan tubuh.
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah
patofisiologi pada diabetes mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan
ke dalam urine klien diabetes mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus
ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa
dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi
glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila
kadar glukosa meningkat melebihi 180 mg%.
Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme
karbohidrat ke metabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir
semua energinya pada lemak, kadar asam aseto – asetat dan asam
Bihidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter sampai
setinggi 10 Meq/Liter.
6.
Gambaran Klinik
Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus
sebagai berikut :
Pada tahap awal sering ditemukan :
a.
Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis
yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh
banyak kencing.
b.
Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak
karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
c.
Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami
starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi
walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada
sampai pada pembuluh darah.
d.
Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka
tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak
dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan
memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan
otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus
e.
Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol
fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat
penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
7.
Diagnosis
Diagnosis diabetes mellitus
umumnya dipikirkan dengan adanya gejala khas diabetes mellitus berupa poliuria,
polidipsi, poliphagia, lemas dan berat badan menurun. Jika keluhan dan gejala
khas ditemukan dan pemeriksaan glukosa darah sewaktu yang lebih 216 mg/dl sudah
cukup untuk menegakkan diagnosa diabetes mellitus.
8.
Penatalaksanaan
Tujuan utama
penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk mengatur glukosa
darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika klien berhasil
mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau
hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari
tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik
oral dan insulin.
Pada penderita dengan
diabetes mellitus harus rantang gula dan makanan yang manis untuk selamanya.
Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus
adalah tiga J (jumlah, jadwal dan jenis
makanan) yaitu :
J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter
harus dihabiskan.
J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan
jam makan terdaftar.
J 3 : jenis makanan harus diperhatikan (pantangan
gula dan makanan manis).
Diet pada penderitae diabetes mellitus dapat dibagi
atas beberapa bagian antara lain :
a.
Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung
karbohidrat 50 %, lemak 30 %, protein 20 %.
b.
Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %,
protein 12 %.
c.
Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %,
protein 20 %.
d.
Diet B1 dan B2 diberikan untuk
nefropati diabetik dengan gangguan faal ginjal.
Indikasi
diet A :
Diberikan
pada semua penderita diabetes mellitus pada umumnya.
Indikasi
diet B :
Diberikan
pada penderita diabetes terutama yang :
a.
Kurang tahan lapan dengan dietnya.
b.
Mempunyai hyperkolestonemia.
c.
Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya pernah
mengalami cerobrovaskuler acident (cva) penyakit jantung koroner.
d.
Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya terdapat
retinopati diabetik tetapi belum ada nefropati yang nyata.
e.
Telah menderita diabetes dari 15 tahun
Indikasi diet B1
Diberikan pada
penderita diabetes yang memerlukan diet protein tinggi, yaitu penderita
diabetes terutama yang :
a.
Mampu atau kebiasaan makan tinggi protein tetapi
normalip idemia.
b.
Kurus (underweight) dengan relatif body weight kurang
dari 90 %.
c.
Masih muda perlu pertumbuhan.
d.
Mengalami patah tulang.
e.
Hamil dan menyusui.
f.
Menderita hepatitis kronis atau sirosis hepatitis.
g.
Menderita tuberkulosis paru.
h.
Menderita penyakit graves (morbus basedou).
i.
Menderita selulitis.
j.
Dalam keadaan pasca bedah.
Indikasi tersebut
di atas selama tidak ada kontra indikasi penggunaan protein kadar tinggi.
Indikasi B2
dan B3
Diet B2
Diberikan pada
penderita nefropati dengan gagal ginjal kronik yang klirens kreatininnya masih
lebar dari 25 ml/mt.
Sifat-sifat diet
B2
a.
Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari tetapi
mengandung protein kurang.
b.
Komposisi sama dengan diet B, (68 % hidrat arang, 12 %
protein dan 20 % lemak) hanya saja diet B2 kaya asam amino esensial.
c.
Dalam praktek hanya terdapat diet B2 dengan
diet 2100 – 2300 kalori / hari.
Karena
bila tidak maka jumlah perhari akan
berubah.
Diet B3
Diberikan pada
penderita nefropati diabetik dengan gagal ginjal kronik yang klibers
kreatininnya kurang dari 25 MI/mt
Sifat diet B3
a.
Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari).
b.
Rendah protein tinggi asam amino esensial, jumlah
protein 40 gram/hari.
c.
Karena alasan No 2 maka hanya dapat disusun diet B3
2100 kalori dan 2300 / hari. (bila tidak akan merubah jumlah protein).
d.
Tinggi karbohidrat dan rendah lemak.
e.
Dipilih lemak yang tidak jenuh.
Semua penderita
diabetes mellitus dianjurkan untuk latihan ringan yang dilaksanakan secara
teratur tiap hari pada saat setengah jam sesudah makan. Juga dianjurkan untuk
melakukan latihan ringan setiap hari, pagi dan sore hari dengan maksud untuk
menurunkan BB.
Penyuluhan
kesehatan.
Untuk
meningkatkan pemahaman maka dilakukan penyuluhan melalui perorangan antara
dokter dengan penderita yang datang. Selain itu juga dilakukan melalui
media-media cetak dan elektronik.
DM I – Diit B
Kalori : 1100
Protein : 36,49
gram
Lemak : 22,81
Hidrat arang : 179,35
gram
Kolesterol : 93,25
mgram
DM II – Diit B
Kalori : 1300
gram
Protein : 41.74
gram
Lemak : 28.55
gram
Hidrat arang : 217.88
gram
Kolesterol : 93.25
gram
DM III – Diit B
Kalori : 1500
Protein : 47.3
gram
Lemak : 34.3
gram
Hidrat arang : 253.5
gram
Kolesterol : 93.75
gram
DM IV – Diit B
Kalori : 1700
Protein : 49.82
gram
Lemak : 36.28
gram
Hidrat arang : 300.58
Kolesterol : 112.5
mgram
Pagi pukul 06.30 Snack pukul 19.30
Nasi : 90
gram Pisang : 150 gram
Daging : 25
gram
Tempe : 25 gram
Sayuran A : 100
gram
Sayuran B : 25
gram
Minyak : 5
gram
Siang pukul 12.30 Snack pukul 15.30
Nasi : 130
gram Pisang/kentang : 175 gram
Daging : 40
gram
Tempe : -
Sayuran A : 100
gram
Sayuran B : 50
gram
Minyak : 7.5
gram
Sore pukul 18.30 Snack pukul 21.30
Nasi : 130
gram Pisang / kentang : 175 gram
Daging : 25
gram
Tempe : -
Sayuran A : 100
gram
Sayuran B : 50
gram
Minyak : 7.5
gram
DM V – Diit B
Kalori : 1900
Protein : 53.97
gram
Lemak : 38.88
gram
Hidrat arang : 328.41
gram
Kolesterol : 112.5
mgram
DM VI – Diit B
Kalori : 2100
Protein : 65.49
gram
Lemak : 45.89
gram
Hidrat arang : 377.45
gram
Kolesterol : 112.5
mgram
DM VII – Diit B
Kalori : 2300
Protein : 67.85
gram
Lemak : 50.89
gram
Hidrat arang : 395.73
gram
Kolesterol : 112.5
mgram
DM VIII – Diit B
Kalori : 2500
Protein : 75.11
gram
Lemak : 57.29
gram
Hidrat arang : 424.98
gram
Kolesterol : 112.5
mgram
DM IX – Diet B
Kalori : 2700
Protein : 82.33
gram
Lemak : 62.55
gram
Hidrat arang : 479.39
gram
Kolesterol : 150
mgram
DM X – Diit B
Kalori : 2900
Protein : 92.3
gram
Lemak : 67.69
gram
Hidrat arang : 511.32
gram
Kolesterol : 175
mgram
DM I – Diit B1
Kalori : 1100
Protein : 59.36
gram
Lemak : 25.07
gram
Hidrat arang : 171.15
gram
Kolesterol : 93.75
mgram
DM II – Diit B1
Kalori : 1300
Protein : 69.21
gram
Lemak : 31.16
gram
Hidrat arang : 190.27
gram
Kolesterol : 93.75
mgram
DM III – Diit B1
Kalori : 1500
Protein : 76.12
gram
Lemak : 31.79
gram
Hidrat arang : 224.07
gram
Kolesterol : 106.25
mgram
DM IV – Diit B1
Kalori : 1700
Protein : 87.26
gram
Lemak : 35.95
gram
Hidrat arang : 255.55
gram
Kolesterol : 131.25
mgram
Pagi pukul 06.30 Snack pukul 09.30
Nasi : 80
gram Tepung s.skim : 25 gram
Daging : 25
gram Pepaya : 175 gram
Tempe : 25 gram
Sayuran A : 100
gram
Sayuran B : 25
gram
Minyak : 5
gram
Siang pukul 12.30 Snack pukul 15.30
Nasi : 110
gram Tepung s.skim : 25 gram
Daging : 40
gram Pepaya : 175 gram
Tempe : 25 gram
Sayuran A : 100
gram
Sayuran B : 50
gram
Minyak : 5
gram
DM VI – Diit B1
Kalori : 2100
Protein : 105.41
gram
Lemak : 48.7
gram
Hidrat arang : 317.11
gram
Kolesterol : 187.5
gram
DM VII – Diit B1
Kalori : 2300
Protein : 115.44
gram
Lemak : 51.19
gram
Hidrat arang : 348.005
gram
Kolesterol : 187.5
gram
DM VIII – Diit B1
Kalori : 2500
Protein : 126.78
gram
Lemak : 51.78
gram
Hidrat arang : 395.92
gram
Kolesterol : 243.75
gram
DM IX – Diit B1
Kalori : 2700
Protein : 135.10
gram
Lemak : 60.42
gram
Hidrat arang : 413.05
gram
Kolesterol : 318.75
gram
DM X – Diit B1
Kalori : 2900
Protein : 144.77
gram
Lemak : 68.22
gram
Hidrat arang : 443.18
gram
Kolesterol : 443.18
gram
DM 2100 – Diit B2
Kalori : 2115.05
Protein : 61.32
gram
Lemak : 49.12
gram
9.
Komplikasi
a.
Akut
1.)
Hypoglikemia
2.)
Ketoasidosis
3.)
Diabetik
b.
Kronik
1.)
Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh
darah jantung pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
2.)
Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati
diabetik, nefropati diabetic.
3.)
Neuropati diabetic.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses
terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien dan
keluarga, untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal dalam melakukan proses
terapeutik maka perawat melakukan metode ilmiah yaitu proses keperawatan.
Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan
yang dilakukan secara sistematis dengan latar belakang pengetahuan komprehensif
untuk mengkaji status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah dan diagnosa,
merencanakan intervensi mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi rencana
sehubungan dengan proses keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
endokrin.
1.
Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem
endokrin diabetes mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi
: biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan
masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
Hal yang perlu dikaji pada klien degan diabetes mellitus :
a.
Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan
tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
b.
Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada
ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata
cekung.
c.
Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
d.
Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
e.
Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,
disorientasi, letargi, koma dan bingung.
f.
Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
g.
Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h.
Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i.
Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi
impoten pada pria.
2.
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering
terjadi berdasarkan teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
klien diabetes mellitus yaitu :
a.
Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan
diuresis osmotik.
b.
Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan
insulin, penurunan masukan oral.
c.
Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
d.
Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori
berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
e.
Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik.
f.
Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka
panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
g.
Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat,
kesalahan interpretasi informasi.
3.
Rencana Keperawatan
a.
Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan
diuresis osmotik.
Tujuan :
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil,
nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran
urine tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
1.)
Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : Hypovolemia
dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
2.)
Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan
membran mukosa.
Rasional : Merupakan
indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat.
3.)
Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.
Rasional : Memberikan
perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari
terapi yang diberikan.
4.)
Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Memberikan
hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan
selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
5.)
Berikan terapi cairan sesuai indikasi.
Rasional : Tipe
dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respons
pasien secara individual.
b.
Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan
insulin, penurunan masukan oral.
Tujuan :
-
Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat
-
Menunjukkan tingkat energi biasanya
-
Berat badan stabil atau bertambah.
Intervensi :
1.)
Tentukan program diet dan pola makan pasien dan
bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien.
Rasional : Mengidentifikasi
kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
2.)
Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
Rasional : Mengkaji
pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya).
3.)
Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk
kebutuhan etnik/kultural.
Rasional : Jika
makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan, kerjasama
ini dapat diupayakan setelah pulang.
4.)
Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai
indikasi.
Rasional : Meningkatkan
rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada keluarga untuk memahami nutrisi
pasien.
5.)
Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai
indikasi.
Rasional : Insulin
reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu
memindahkan glukosa ke dalam sel.
c.
Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
Tujuan :
-
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan
resiko infeksi.
-
Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.
Intervensi :
1).
Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.
Rasional : Pasien
mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan
ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.
2).
Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci
tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk
pasiennya sendiri.
Rasional : Mencegah
timbulnya infeksi silang.
3).
Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.
Rasional : Kadar
glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan
kuman.
4).
Berikan perawatan kulit dengan teratur dan
sungguh-sungguh.
Rasional : Sirkulasi
perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko
terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.
5).
Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan
nafas dalam.
Rasional : Membantu
dalam memventilasi semua daerah paru dan memobilisasi sekret.
d.
Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori
berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
Tujuan :
-
Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi.
-
Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.
Intervensi :
1.)
Pantau tanda-tanda vital dan status mental.
Rasional : Sebagai
dasar untuk membandingkan temuan abnormal
2.)
Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai
dengan kebutuhannya.
Rasional : Menurunkan
kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak dengan realitas.
3.)
Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin,
dorong untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya.
Rasional : Membantu
memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan mempertahankan
orientasi pada lingkungannya.
4.)
Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau
kehilangan sensori pada paha/kaki.
Rasional : Neuropati
perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat, kehilangan sensasi
sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan kulit dan
gangguan keseimbangan.
e.
Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik.
Tujuan :
-
Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
-
Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi
dalam aktivitas yang diinginkan.
Intervensi :
1.)
Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.
Rasional : Pendidikan
dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien
mungkin sangat lemah.
2.)
Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat
yang cukup.
Rasional : Mencegah
kelelahan yang berlebihan.
3.)
Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah
sebelum/sesudah melakukan aktivitas.
Rasional : Mengindikasikan
tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.
4.)
Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas
sehari-hari sesuai toleransi.
Rasional : Meningkatkan
kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat
ditoleransi.
f.
Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka
panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
Tujuan :
-
Mengakui perasaan putus asa
-
Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi
perasaan.
-
Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan
secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri.
Intervensi :
1.)
Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan
perasaannya tentang perawatan di rumah sakit dan penyakitnya secara
keseluruhan.
Rasional : Mengidentifikasi
area perhatiannya dan memudahkan cara pemecahan masalah.
2.)
Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.
Rasional : Harapan
yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain atau diri sendiri
dapat mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan kontrol diri dan mungkin mengganggu
kemampuan koping.
3.)
Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta
dalam perawatan diri sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai dengan
usaha yang dilakukannya.
Rasional : Meningkatkan
perasaan kontrol terhadap situasi.
4.)
Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta
dalam perawatan diri sendiri.
Rasional : Meningkatkan
perasaan kontrol terhadap situasi.
g.
Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, keselahan
interpretasi informasi.
Tujuan :
-
Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.
-
Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses
penyakit dan menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.
-
Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan.
Intervensi :
1.)
Ciptakan lingkungan saling percaya
Rasional : Menanggapai
dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil bagian
dalam proses belajar.
2.)
Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya.
Rasional : Memberikan
pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup.
3.)
Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan
tinggi serat.
Rasional : Kesadaran
tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam merencanakan
makan/mentaati program.
4.)
Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara
teratur dan jawab pertanyaan pasien/orang terdekat.
Rasional : Membantu
untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih ketat.
Subscribe to:
Posts (Atom)