ASKEP PADA ANAK DENGAN SPINA BIFIDA
A. pengertian Spina bifida
Spina bifida adalah malformasi spinal yang terjadi pada
ruang spinal dan dalam bentuk yang paling sederhana dilihat sebagai kegagalan
dorsal ruas untuk bersatu dengan yang lainnya. Biasanya terdapat di Sacrolumbal
SB ada beberapa macam, antara lain.
Spina Bifida occulta
Suatu defek dinding posterior dari kalanisa spinalis
dengan tidak terjadi pada lumen beberapa tulang belakang, tetapi M. spinalis
lapisan + lap meningeal masih terletak pada tempat yang normal
Spina bifida cistica adalah kelainan yang lebih berat
karena susunan saraf, meningen, CSF menonjol keluar. Spina bifida cistica dapat
berbentuk
ü Meningocele
ü Mielocele
ü Meningomyelocele
B.
Etiologi
Pada dasarnya tidak diketahui, tetapi dicurigai akibat
infeksi virus, radiasi dan pengaruh-pengaruh lingkungan, serta bersifat
heredieter.
C.
|
Tabung saraf gagal menutup
Spina bifida
(SB occulta, Meningocele, Myelomeningocele)
Ø Proses penutupan yang terganggu pada usia gestasi 20 minggu depresi
pada neural tube melekuk tampak pada ektrodem dorsal embrio.
Ø Sebelum umur gestasi 4 minggu lekukan kedalam bergerak cepat naik
sampai batas tertinggi luar kemudian membentuk sumbu pada porsal untuk
membentuk neural tube.
Ø Pembentukan neural tube dimulai pada bagian servikal dekat dengan
pusat embrio dilanjutkan kearah caudal sepalikal.
Ø Akhir minggu ke 4 gestasi pembentukan terakhir neural tube, pada
bagian anterior dan posterior neuropore menutup.
Ø Pada awal defek dari neural tube terjadi malformasi dari kegagalan
neural tube.
D.
Manifestasi klinik
Gejala klinis SB sangat bervariasi sampai dengan
tingkatan cacat spinal. Cacat dapat terlihat dengan infeksi spina bifida yang
akan dibahas hanya :
1.
SBO
Sulit di deteksi, tetapi kadang-kadang terdapat
pertumbuhan rambut yang abnormal pada daerah lakukan, telangiektasis, lipoma,
subcutaneous.
2.
Meningocele
Terdapat kantong lunak berisi meningen dan CSF. Kantong
ditutupi membrane tebal / jaringan epitel dan completely transluminated. Dapat
ditemukan gangguan sensoris yang bersamaan dengan disfungsi motoris.
3.
Mielomeningocele
Bervariasi sesuai dengan defek spinal. Secara langsung
berhubungan dengan tingkat defek anatomis dan saraf-saraf yang terkena. Akan
jelas terlihat saat lahir beberapa kista / kantung penuh menonjol keluar dari
spina.
Manifestasi
klinik menurut tempat defek
a)
L1 – L3 : Paraplegi total, hilangnya fungsi motorik
pelvis + tungkai, hilangnya sensasi pada abdomen bawah + tungkai, tidak
terkontrol BAB dan BAK.
b)
L4 – S1 : Paraplegi, hilangnya beberapa fungsi motorik
pada pangkal paha, lutut dan kaki.
c)
S2 – S4 : Hilangnya fungsi motorik dari angkle planter
fleksor, hilangnya sensasi bagian tungkai + perineum, gangguan fungsi BAB dan
BAK.
E.
Insiden
Lumbosacral 90 %
Thorakal 6 %
Servical 3 % Spina Bifida
Hidrhocephalus 70 %
Pada mielomeningocel banyak
terjadi di daerah lumbosakral
F.
Tindakan Medis
Neurosurgical untuk eksisi mielomengocel dan penutupan
durameter, piameter, cacat sekitar kulit.
I.
Pengkajian
a.
Anamnesa
Biodata (nama anak, ortu, umum dll)
Keluhan utama : adanya lekukan / benjolan yang abnormal
pada tulang belakang
RPS : PQRST dari kelenjar utama
RPK : pernakah terjadi hal yang sama sebelum ?
b.
Pemeriksaan fisik
Kaji tanda-tanda vital
Kaji status neurologis
Tingkat kesadaran
Respon pupil terhadap cahaya
Gerak extremitas
Sensory motoris
Inspeksi apa ada lekukan ? benjolan pada lumbosacral
Kaji fungsi bledder bowel control
c.
Pemeriksaan diagnostic
Radiografhy
Termography
CT Scan
U S G
II.
Diagnosis Keperawatan Yang Mungkin Timbul
1.
Resiko trauma b/d adanya lesi
halus pada spinal
Tujuan : mencegah trauma local
Intervensi :
Rawat bayi dengan hati-hati
Tempatkan bayi pada posisi
telungkup / miring
Modifikasi aktif rutin
keperawatan seperti saat makan, membersihkan tempat tidur, aktif yang
menenangkan.
2.
Resiko infeksi b/d kantong meningeal
yang tidak tertutup
Tujuan : mencegah terjadinya infeksi
Intervensi :
Posisi bayi tidak mencegah dari
urine dan feces
Bersihkan meningocele dengan
NaCl
Gunakan baju yang bersih,
lembabkan dengan cairan steril yang diperlukan (NaCl, antibiotic, Perak nitrat)
3.
Resiko gangguan integritas
kulit b/d paralysis sehingga urine dan feses keluar terus menerus.
Tujuan : mencegah iritasi kulit
Intervensi :
Jaga area prianal supaya kering
dan bersih
Ganti diaper / popok sesegerah
mungkin jika ada urine / feces
III.
Evaluasi
Kantung meningeal bersih, tidak
terjadi lesi
Ueine / feces dapat dijauhkan
dari kantong meningeal
Area perianal berisi dan kering
tidak terjadi iritasi
Tidak terjadi infeksi
Posisi klien dapat
dipertahankan (prone / miring) sehingga tidak terjadi peningkatan TIK.
Persiapan Pre Operasi dan Post Operasi
Pre Operasi
a.
Monitor system neurologist
b.
Monitor tanda vital
c.
Ukuran lingkar kepala setiap
hari untuk mengetahui bila terjadi pembesaran / dicurigai Hydrocephalus
d.
Observasi seccus meninggal
e.
Aberasi ?
f.
Infeksi ?
g.
Kebocoran CSF ?
h.
Pertahankan posisi tidur (prone
/ miring)
i.
Puasa selama 4 jam sebelum
operasi
j.
Berikan kenyamanan pada anak
dengan sentuhan, suara dan kasih saying
Post Operasi
a.
Monitor vital sing, system
neurologist, lingkar kepala, keadaan luka, eliminasi, perubahan TL.
b.
Pertahankan posisi pronasi
untuk melindungi luka operasi dari kontaminasi urine / feces.
c.
Monitor intake dan output
d.
Positioning dan skin care :
(mika – miki disupport)
e.
Family teaching
Lebih di fokuskan pada long term care. Diberikan penekanan
mengenai tanda-tanda peningkatan TIK dan perawatan anak di rumah
f.
Mobilisasi anak dengan support
g.
Toilet training
Perhatian yang sedikit > untuk membimbing anak
kehidupan yang indipenden senormal mungkin dengan berinteraksi, memberi
semangat.
No comments:
Post a Comment