LAPORAN
PENDAHULUAN
STRUMA
Konsep
Dasar Medik
A. Pengertian
Struma adalah pembesaran kelenjar gondok
yang disebabkan oleh penambahan jaringan kelenjar gondok yang menghasilkan
hormaon tiroid dalam jumlah banyak sehingga menimbulkan keluhan seperti
berdebar - debar, keringat, gemetaran, bicara jadi gagap, mencret, berat badan
menurun, mata membesar, penyakit ini dinamakan hipertiroid (graves’ disease).
Ada juga struma yang tidak menimbulkan gejala seperti itu bahkan tidak ada
gejala sama sekali sehingga pasien datang berobat hanya karena keluhan merasa
takut atau risih karena gondoknya membesar, hal ini bisa disebabkan oleh cairan
tiroid (kista tiroid) dan kanker kelenjar tiroid. Struma juga bisa disebakan
oleh asupan mineral yodium yang kurang dalam waktu yang lama (gondok endemik).
Pengertian
struma nodosa non toksik
Struma
nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinik teraba
nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidisme.
B. Etiologi
Berbagai
faktor di identifikasikan sebagai penyebab terjadinya hipertropi kelenjar
tiroid termasuk di dalamnya defisiensi yodium, gaitrogenik glikosida agent (zat
atau bahan ini dapat mensekresi hormon tiroid seperti ubi kayu, jagung, lobak,
kangkung, kubis bila dikonsumsi secara berlebihan). Obat-obatan anti tiroid,
peradangan dan tumor/neoplasma.
C.
Gambaran Klinik
1. Leher
bertambah besar atau tidak
2. Sulit
menelan
3. Sesak
nafas
4. Suara
serak atau parau
5. Pada
palpasi kelenjar tiroid, nodul tunggal atau ganda dengan konsistensi keras atau
tidak.
6. Tes
TSN serum meningkat
7. Biasanya
tanpa rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan di daerah nodul.
D.
Pencegahan
Dapat di cegah dengan
pemberian senyawa yodium pada anak-anak di daerah yang kandungan yodiumnya
buruk. Hipertropi terjadi karena asupan rerata yodium kurang dari 40 mg/hari,
WHO menganjurkan yodiosasi garam hingga mencapai konsentrasi satu bagian dalam
100.000 yang sudah cukup untuk pencegahan pembesaran kelenjar tiroid.
Pengenalan garam beryodium merupakan satu-satunya cara yang paling efektif
untuk mencegah penyakit ini dalam masyarakat yang rentan.
E.
Penatalaksanaan
v Untuk
menekan aktivitas kelenjar hipofisis yang menstimulasi tiroid di beri preparat
supplement yodium, seperti larutan jenuh kalium yoyida.
v Dilakukan
tindakan operatif
Komplikasi pasca bedah dapat
dikurangi dengan menciptakan keadaan eutiroid dengan preparat antitiroid dan
pemberian senyawa yoyida praoperatif untuk mengurangi ukuran serta
vaskularisasi kelenjar tiroid tersebut.
Konsep Dasar Keperawatan
A. Pengkajian
1. Kaji
riwayat penyakit
-
Sejak
kapan keluhan dirasakan klien ?
-
Apakah ada anggota
keluarga yang berpenyakit yang sama ?
2.
Tempat
tinggal sekarang dan masa balita
3. Usia
dan jenis kelamin
4. Penggunaan
obat-obatan :
-
Kaji
jenis obat-obat yang digunakan dalam 3 bulan terakhir
-
Sudah berapa lama
digunakan
5. Keluhan
klien
-
Leher bertambah besar
-
Sesak nafas, apakah
bertambah sesak bila beraktivitas
-
Sulit menekan
-
Suara serak – parau
-
Merasa
malu dengan leher yang besar dan tidak simetris
6. Pemeriksaan
fisik
-
Palpasi kelenjar
tiroid, nodul tunggal atau ganda, konsistensi, simetris tidaknya, apakah terasa
nyeri pada saat di palpasi.
-
Inpeksi bentuk leher
simetris tidaknya
-
Auskultasi bunyi pada
arteri tyroidea
-
Nilai kualitas suara
-
Palpasi apakah terjadi
deviasi trachea
7. Pemeriksaan
diagnostik
-
Pemeriksaan
kadar T3 dan T4 serum
-
Test TSH serum
8. Lakukan
pengkajian lengkap dampak perubahan patologis diatas terhadap kemungkinan
adanya gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi, cairan dan elektrolit serta
gangguan rasa aman dan perubahan konsep diri seperti :
-
Status pernapasan,
frekuensi, pola dan teratur tidaknya, dan apakah klien menggunakan otot
pernapasan tambahan seperti retraksi sternal dan cuping hidung
-
Warna kulit apakah
tampak pucat atau sianosis
-
Suhu kulit khususnya
aerah akral
-
KU/Kesadaran
apakah tampak gelisah atau tidak berdaya
-
Berat badan dan tinggi
badan
-
Kadar Hb.
-
Kelembaban kulit dan
teksturnya
-
Porsi makan yang
dihabiskan
-
Turgor
-
Jumlah
dan jenis cairan per oral yang di konsumsi
-
Kondisi mukosa mulut
-
Kualitas suara
-
Bagaimana
ekspresi wajah, cara berkomunikasi dan gaya berinteraksi klien dengan orang di
sekitarnya.
-
Bagaimana klien
memandang dirinya sebagai seorang pribadi.
B.
Diagnosa Keperawatan
PRA OPERASI
1. Pola
napas tidak efektif b/d penekanan kelenjar tiroid terhadap trachea
Tujuan : Selama dalam perawatan,
pola napas klien efektif kembali (sambil menunggu tindakan pembedahan bila di
perlukan) dengan kriteria sebagai berikut :
-
Frekuensi
napas 16-20 x/mnt dan pola teratur
-
Akral hangat
-
Kulit tidak pucat atau cianosis
-
Klien tenang/tidak
gelisah
Intevensi :
1.
Batasi
aktivitas, hindari aktivitas yang berlebihan/melelahkan
2.
Posisi
tidur setengah duduk dengan kepala ekstensi bila diperlukan.
3.
Bantu
aktivitas klien di tempat tidur
4. Observasi
keadaan klien secara teratur
5. Kolaborasi
pemberian obat-obatan seperti Dexametazon
6.
Bila
dengar konservatif gejala tidak hilang, kolaborasi tindakan operatif.
2.
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan nutrien kurang akibat disfagia.
Tujuan :
Nutrisi klien dapat terpenuhi dalam waktu 1-2 minggu dengan kriteria sebagai
berikut :
-
Berat badan bertambah
-
Hb 12-14 mg %
-
Tekstur kulit baik
Intervensi :
1.
Beri
makan lunak dan cair sesuai kondisi klien
2.
Beri
porsi makan kecil tapi sering
3. Beri
makanan tambahan diantar jam makan
4. Timbang
BB tiap 2 kali sekali
5. Ciptakan
lingkungan yang menyenangkan
6. Kolaborasi
pemberian roboransia bila diperlukan
3.
Gangguan
konsep diri; citra diri b/d perubahan bentuk leher
Tujuan : setelah menjalani perawatan, klien memiliki
gambaran diri yang positif kembali, dengan kriteria :
-
Klien
dapat melakukan upaya-upaya untuk mengurangi dampak negatif pembesaran pada
leher.
-
Klien dapat melakukan aktivitas dan sosial sehari-hari
-
Klien
menyenangi kembali tubuhnya.
Intervensi
1.
Dorong klien mengungkapkan pikiran dan perasaannya
tentang bentuk leher yang berubah.
2.
Jelaskan penyebab terjadinya perubahan bentuk leher dan
jalan keluar yang dapat dilakukan seperti tindakan operasi.
3.
Jelaskan setiap resiko yang perlu diantisipasi dari
setiap tindakan yang dapat dilakukan.
4.
Diskusikan upaya-upaya yang dapat dilakukan klien untuk
mengurangi perasaan malu seperti menggunakan baju yang berkerah tertutup.
5.
Ikut sertakan klien dalam kegiatan keperawatan sesuai
kondisi klien.
4.
Ansietas
b/d perubahan status kesehatan
Tujuan : klien dapat menyadari dan menerima keadaannya
serta dapat mengekspresikan perasaannya, dengan kriteria :
-
Klien
tampak rileks
-
Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik
-
Klien melaporkan kecemasannya berkurang sampai tingkat dapat
diatasi.
Intervensi
1.
Observasi
tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas
2.
Bicara singkat dengan kata yang sederhana
3.
Tinggal bersama klien dan mempertahankan sikap yang
tenang serta berikan kesempatan mengungkapkan perasaannya.
4.
Diskusikan dengan klien atau orang terdekat penyebab
emosi yang labil.
5.
Jawab setiap pertanyaan klien dengan penuh perhatian dan
berikan informasi yang benar.
Pasca Operasi
5. Nyeri
b/d terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan invasif (operasi)
Tujuan : Klien akan mengatakan rasa sakit telah
hilang/terkontrol, dengan kriteria
-
Keluhan
nyeri tidak ada
-
Dapat
tidur/istirahat
Intervensi :
1.
Kaji
rasa sakit dengan skala nyeri : 0-5
0 : tidak nyeri
1 : Nyeri tanpa gangguan istirahat / aktivitas
2 : Nyeri dengan tidak nyaman
3 : Nyeri dirasakan saat perubahan posisi
4 : Nyeri sekali dan bertambah bila digerakkan
5 : Saat istirahat pun nyeri (nyeri sekali).
2. Observasi
tanda-tanda vital
3. Dorong
penggunaan tehnik relaksasi misalnya latihan napas dalam, visualisasi.
4. Lakukan
reposisi sesuai petunjuk misalnya semi fowler, miring.
5. Penatalaksanaan
pemberian analgetik
6. Resiko
tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d pembatasan pemasukan cairan secara
oral (prosedur medis, adanya rasa mual)
Tujuan : klien akan menunjukkan keseimbangan cairan
adekuat, dengan kriteria sebagai berikut :
-
Tanda-tanda
vital normal
-
Turgor
kulit normal
-
Membran
mukosa lembab
-
Pengeluaran
urine individu yang sesuai
Intervensi
1.
Ukur
dan catat pemasukan dan pengeluaran
2.
Observasi
tanda-tanda vital
3.
Kaji
pengeluaran urinarius, terutama untuk tipe prosedur operasi yang dilakukan
4.
Periksa
pembalut dan drain pada interval regular. Kaji luka untuk terjadinya
pembengkakan.
5.
Pantau
suhu kulit, palpasi denyut perifer
6.
Penatalaksanaan
pemberian cairan parenteral, tingkatkan kecepatan tetesan IV jika diperlukan.
7. Resiko
infeksi b/d luka operasi akibat tindakan invasif
Tujuan : klien tidak
menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi
Intervensi
1. Kaji
tanda-tanda vital
2. Cuci
tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan
3. Rawat
luka dengan tehnik aseptic dan anti septik
4.
Pertahankan
lingkungan yang bersih dan linen yang dipakai
5. Penatalaksanaan
pemberian obat antibiotik.
No comments:
Post a Comment