Wednesday 14 November 2012

asuhan keperawatan struma by junaedy bonggaupa



LAPORAN PENDAHULUAN
STRUMA
Konsep Dasar Medik
A.    Pengertian
Struma adalah pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh penambahan jaringan kelenjar gondok yang menghasilkan hormaon tiroid dalam jumlah banyak sehingga menimbulkan keluhan seperti berdebar - debar, keringat, gemetaran, bicara jadi gagap, mencret, berat badan menurun, mata membesar, penyakit ini dinamakan hipertiroid (graves’ disease). Ada juga struma yang tidak menimbulkan gejala seperti itu bahkan tidak ada gejala sama sekali sehingga pasien datang berobat hanya karena keluhan merasa takut atau risih karena gondoknya membesar, hal ini bisa disebabkan oleh cairan tiroid (kista tiroid) dan kanker kelenjar tiroid. Struma juga bisa disebakan oleh asupan mineral yodium yang kurang dalam waktu yang lama (gondok endemik).
Pengertian struma nodosa non toksik
Struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinik teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidisme.
B.     Etiologi
Berbagai faktor di identifikasikan sebagai penyebab terjadinya hipertropi kelenjar tiroid termasuk di dalamnya defisiensi yodium, gaitrogenik glikosida agent (zat atau bahan ini dapat mensekresi hormon tiroid seperti ubi kayu, jagung, lobak, kangkung, kubis bila dikonsumsi secara berlebihan). Obat-obatan anti tiroid, peradangan dan tumor/neoplasma.
C.     Gambaran Klinik
1.      Leher bertambah besar atau tidak
2.      Sulit menelan
3.      Sesak nafas
4.      Suara serak atau parau
5.      Pada palpasi kelenjar tiroid, nodul tunggal atau ganda dengan konsistensi keras atau tidak.
6.      Tes TSN serum meningkat
7.      Biasanya tanpa rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan di daerah nodul.
D.    Pencegahan
Dapat di cegah dengan pemberian senyawa yodium pada anak-anak di daerah yang kandungan yodiumnya buruk. Hipertropi terjadi karena asupan rerata yodium kurang dari 40 mg/hari, WHO menganjurkan yodiosasi garam hingga mencapai konsentrasi satu bagian dalam 100.000 yang sudah cukup untuk pencegahan pembesaran kelenjar tiroid. Pengenalan garam beryodium merupakan satu-satunya cara yang paling efektif untuk mencegah penyakit ini dalam masyarakat yang rentan.
E.     Penatalaksanaan
v  Untuk menekan aktivitas kelenjar hipofisis yang menstimulasi tiroid di beri preparat supplement yodium, seperti larutan jenuh kalium yoyida.
v  Dilakukan tindakan operatif
Komplikasi pasca bedah dapat dikurangi dengan menciptakan keadaan eutiroid dengan preparat antitiroid dan pemberian senyawa yoyida praoperatif untuk mengurangi ukuran serta vaskularisasi kelenjar tiroid tersebut.
Konsep Dasar Keperawatan

A.    Pengkajian

1.      Kaji riwayat penyakit
-          Sejak kapan keluhan dirasakan klien ?
-          Apakah ada anggota keluarga yang berpenyakit yang sama ?
2.      Tempat tinggal sekarang dan masa balita
3.      Usia dan jenis kelamin
4.      Penggunaan obat-obatan :
-          Kaji jenis obat-obat yang digunakan dalam 3 bulan terakhir
-          Sudah berapa lama digunakan
5.      Keluhan klien
-          Leher bertambah besar
-          Sesak nafas, apakah bertambah sesak bila beraktivitas
-          Sulit menekan
-          Suara serak – parau
-          Merasa malu dengan leher yang besar dan tidak simetris
6.      Pemeriksaan fisik
-          Palpasi kelenjar tiroid, nodul tunggal atau ganda, konsistensi, simetris tidaknya, apakah terasa nyeri pada saat di palpasi.
-          Inpeksi bentuk leher simetris tidaknya
-          Auskultasi bunyi pada arteri tyroidea
-          Nilai kualitas suara
-          Palpasi apakah terjadi deviasi trachea
7.      Pemeriksaan diagnostik
-          Pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum
-          Test TSH serum
8.      Lakukan pengkajian lengkap dampak perubahan patologis diatas terhadap kemungkinan adanya gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi, cairan dan elektrolit serta gangguan rasa aman dan perubahan konsep diri seperti :
-          Status pernapasan, frekuensi, pola dan teratur tidaknya, dan apakah klien menggunakan otot pernapasan tambahan seperti retraksi sternal dan cuping hidung
-          Warna kulit apakah tampak pucat atau sianosis
-          Suhu kulit khususnya aerah akral
-          KU/Kesadaran apakah tampak gelisah atau tidak berdaya
-          Berat badan dan tinggi badan
-          Kadar Hb.
-          Kelembaban kulit dan teksturnya
-          Porsi makan yang dihabiskan
-          Turgor
-          Jumlah dan jenis cairan per oral yang di konsumsi
-          Kondisi mukosa mulut
-          Kualitas suara
-          Bagaimana ekspresi wajah, cara berkomunikasi dan gaya berinteraksi klien dengan orang di sekitarnya.
-          Bagaimana klien memandang dirinya sebagai seorang pribadi.

B.     Diagnosa Keperawatan

PRA OPERASI

1.      Pola napas tidak efektif b/d penekanan kelenjar tiroid terhadap trachea
Tujuan : Selama dalam perawatan, pola napas klien efektif kembali (sambil menunggu tindakan pembedahan bila di perlukan) dengan kriteria sebagai berikut :
-          Frekuensi napas 16-20 x/mnt dan pola teratur
-          Akral hangat
-          Kulit tidak pucat atau cianosis
-          Klien tenang/tidak gelisah
Intevensi :
1.      Batasi aktivitas, hindari aktivitas yang berlebihan/melelahkan
2.      Posisi tidur setengah duduk dengan kepala ekstensi bila diperlukan.
3.      Bantu aktivitas klien di tempat tidur
4.      Observasi keadaan klien secara teratur
5.      Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti Dexametazon
6.      Bila dengar konservatif gejala tidak hilang, kolaborasi tindakan operatif.
2.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan nutrien kurang akibat disfagia.
Tujuan : Nutrisi klien dapat terpenuhi dalam waktu 1-2 minggu dengan kriteria sebagai berikut :
-          Berat badan bertambah
-          Hb 12-14 mg %
-          Tekstur kulit baik
Intervensi :
1.      Beri makan lunak dan cair sesuai kondisi klien
2.      Beri porsi makan kecil tapi sering
3.      Beri makanan tambahan diantar jam makan
4.      Timbang BB tiap 2 kali sekali
5.      Ciptakan lingkungan yang menyenangkan
6.      Kolaborasi pemberian roboransia bila diperlukan
3.      Gangguan konsep diri; citra diri b/d perubahan bentuk leher
Tujuan : setelah menjalani perawatan, klien memiliki gambaran diri yang positif kembali, dengan kriteria :
-          Klien dapat melakukan upaya-upaya untuk mengurangi dampak negatif pembesaran pada leher.
-          Klien dapat melakukan aktivitas dan sosial sehari-hari
-          Klien menyenangi kembali tubuhnya.
Intervensi
1.      Dorong klien mengungkapkan pikiran dan perasaannya tentang bentuk leher yang berubah.
2.      Jelaskan penyebab terjadinya perubahan bentuk leher dan jalan keluar yang dapat dilakukan seperti tindakan operasi.
3.      Jelaskan setiap resiko yang perlu diantisipasi dari setiap tindakan yang dapat dilakukan.
4.      Diskusikan upaya-upaya yang dapat dilakukan klien untuk mengurangi perasaan malu seperti menggunakan baju yang berkerah tertutup.
5.      Ikut sertakan klien dalam kegiatan keperawatan sesuai kondisi klien.
4.      Ansietas b/d perubahan status kesehatan
Tujuan : klien dapat menyadari dan menerima keadaannya serta dapat mengekspresikan perasaannya, dengan kriteria :
-          Klien tampak rileks
-          Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik
-          Klien melaporkan kecemasannya berkurang sampai tingkat dapat diatasi.
Intervensi
1.      Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas
2.      Bicara singkat dengan kata yang sederhana
3.      Tinggal bersama klien dan mempertahankan sikap yang tenang serta berikan kesempatan mengungkapkan perasaannya.
4.      Diskusikan dengan klien atau orang terdekat penyebab emosi yang labil.
5.      Jawab setiap pertanyaan klien dengan penuh perhatian dan berikan informasi yang benar.
Pasca Operasi
5.      Nyeri b/d terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan invasif (operasi)
Tujuan : Klien akan mengatakan rasa sakit telah hilang/terkontrol, dengan kriteria
-          Keluhan nyeri tidak ada
-          Dapat tidur/istirahat
Intervensi :
1.      Kaji rasa sakit dengan skala nyeri : 0-5
0 : tidak nyeri
1 : Nyeri tanpa gangguan istirahat / aktivitas
2 : Nyeri dengan tidak nyaman
3 : Nyeri dirasakan saat perubahan posisi
4 : Nyeri sekali dan bertambah bila digerakkan
5 : Saat istirahat pun nyeri (nyeri sekali).
2.      Observasi tanda-tanda vital
3.      Dorong penggunaan tehnik relaksasi misalnya latihan napas dalam, visualisasi.
4.      Lakukan reposisi sesuai petunjuk misalnya semi fowler, miring.
5.      Penatalaksanaan pemberian analgetik
6.      Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d pembatasan pemasukan cairan secara oral (prosedur medis, adanya rasa mual)
Tujuan : klien akan menunjukkan keseimbangan cairan adekuat, dengan kriteria sebagai berikut :
-          Tanda-tanda vital normal
-          Turgor kulit normal
-          Membran mukosa lembab
-          Pengeluaran urine individu yang sesuai
Intervensi
1.      Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran
2.      Observasi tanda-tanda vital
3.      Kaji pengeluaran urinarius, terutama untuk tipe prosedur operasi yang dilakukan
4.      Periksa pembalut dan drain pada interval regular. Kaji luka untuk terjadinya pembengkakan.
5.      Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer
6.      Penatalaksanaan pemberian cairan parenteral, tingkatkan kecepatan tetesan IV jika diperlukan.
7.      Resiko infeksi b/d luka operasi akibat tindakan invasif
Tujuan : klien tidak  menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi
Intervensi
1.      Kaji tanda-tanda vital
2.      Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan
3.      Rawat luka dengan tehnik aseptic dan anti septik
4.      Pertahankan lingkungan yang bersih dan linen yang dipakai
5.      Penatalaksanaan pemberian obat antibiotik.

No comments:

Post a Comment