Wednesday 14 November 2012

asuhan keperawatan *BENIGNA PROSTAT HIPERTROPI by junaedi



                                                                                                                                                                                                                                                                                                                             




junaedy bonggaupa

  BENIGNA PROSTAT HIPERTROPI
Konsep Dasar Medik
A.    Pengertian
Hyperplasia prostat jinak adalah pertumbuhan nodul-nodul fibroadenomatosa majemuk dalam prostat , pertumbuhantersebut dimulai dari bagian periuretral sebaga proliferasi yang terbatas dan tumbuh menekan kelanjar normal yang tersisa ( Price & Wilson 2005).
Benigna prostat hipertropi adalah tumor jinak dan kelenjar prostat bagian paling dalam (medial prostat) membesar oleh karena pembesaran ke arah tepi-tepi menimbulkan penyempitan uretra. Pembesaran tersebut dapat menyebabkan dorongan sampai ke arah basis vesika urinaria, sehingga mengakibatkan kesulitan miksi.
B.     Etiologi
Penyebab secara pasti pada hipertropi prostat benigna belum jelas tetapi ada dugaan oleh faktor penuaan atau bertambahnya usia (> 50 tahun) akan terjadi perubahan keseimbangan testosteron karena produksi testosteron menurun dan terjadi konveksi testosteron menjadi esterogen pada jaringan adipose di perifer.
Penyebab hiperplasia prostat belum diketahui dengan pasti, ada beberapa pendapat dan fakta yang menunjukan, ini berasal dan proses yang rumit dari androgen dan estrogen. Dehidrotestosteron yang berasal dan testosteron dengan bantuan enzim 5-α reduktase diperkirakan sebagai mediator utama pertumbuhan prostat. Dalam sitoplasma sel prostat ditemukan reseptor untuk dehidrotestosteron (DHT). Reseptor ini jumlahnya akan meningkat dengan bantuan estrogen. DHT yang dibentuk kemudian akan berikatan dengan reseptor membentuk DHT-Reseptor komplek. Kemudian masuk ke inti sel dan mempengaruhi RNA untuk menyebabkan sintesis protein sehingga terjadi protiferasi sel. Adanya anggapan bahwa sebagai dasar adanya gangguan keseimbangan hormon androgen dan estrogen, dengan bertambahnya umur diketahui bahwa jumlah androgen berkurang sehingga terjadi peninggian estrogen secara retatif. Diketahui estrogen mempengaruhi prostat bagian dalam (bagian tengah, lobus lateralis dan lobus medius) hingga pada hiperestrinism, bagian inilah yang mengalami hyperplasia.
C.     Patofisiologi
Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika dan akan menghambat aliran urin. Keadaan ini dapat meningkatkan tekanan intravesikal. Sebagai kompensasi terhadap tahanan uretra prostatika, maka otot detrusor dari buli - buli berkontraksi lebih kuat untuk dapat memompa urin keluar. Kontraksi yang terus - menerus menyebabkan perubahan anatomi dari buli - buli berupa : hipertropi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula dan difertikel buli - buli.
D.    Manifestasi Klinik
1.      Kesulitan dan sering berkemih
2.      Retensi urin
3.      Nyeri perineal
4.      Nokturia
5.      Hematuria
6.      Sakit pinggang
7.      Nyeri panggul
8.      Oliguria (penurunan haluan win)
9.      Kelemahan, mual

E.     Penatalaksanaan

1.      Kateterisasi segera dilakukan, pada kasus yang berat mungkin digunakan kateter logam dengan tonjolan kurva prostatik
2.      Prostatektomy
3.      Pengobatan yang mencakup “Watch-full waiting” insisi prostat transuretral (TUIP), dilatasi balon penyekat alfa.
4.      Manipulasi hormonal dengan preparat anti androgen seperti finus teride
5.      Prosedur pembedahan :
§  Reseksi transuretral prostat (TUR atau TURP) adalah prosedur yang paling umum dilakukan melalui endoskopy
§  Prostatektomy suprapubis : mengangkat kelenjar melalui insisi abdomen.
§  Prostatektomy perineal : mengangkat kelenjar melalui insisi dalam perineum
§  Prostatektomy retropubik : insisi abdomen rendah mendekati kelenjar prostat yaitu antara arcus pubis dan kandung kemih tanpa memasuki kandung kemih
§  Insisi prostat transuretral (TUIP) merupakan prosedur lain untuk menangani HPB dengan cara memasukkan instrumen melalui uretra
F.      KOMPLIKASI
  1. Pielonefritis
2.      Gangguan fungsi ginjal
3.      Septikemia

A.    ANALISA DATA PRE OPERASI
NO
DATA
PENYEBAB
MASALAH
KEPERAWATAN
1
DS:
-  Klien menyatakan nyeri saat berkemih
DO:
-  Ekspresi wajah klien nampak meringis
-  Klien tampak gelisah
-  Klien nampak lemah
-  Tanda-tanda vital dalam batas abnormal
Peningkatan umur   Hormon
(>50 tahun)                androgen
 

Benigna prostat Hiperplasia
Peningkatan tonus dan otot polos prostat
Urethra menyempit
Merangsang pengeluaran histamin serotinin, bradikinin dan prostaglandin
Hipotalamus
Korteks serebri
Nyeri dipersepsikan
Nyeri
2
DS:
-  Klien mengatakan susah tidur karena nyeri
Nyeri
Mengaktifasi RAS
Klien terjaga
Klien sulit tidur
Gangguan pola istirahat tidur
3
DS:
-  Klien mengatakan takut jika penyakitnya tidak bisa disembuhkan
DO:
-  Wajah klien tampak pucat
-  Klien tampak khawatir
-  Klien tampak tidak tenang
Benigna prostat Hiperplasia
Perubahan status kesehatan
Sumber informasi yang tidak adekuat
Koping klien tidak efektif
Ansietas
Ansietas

B.     ANALISA DATA POST OPERASI
NO
DATA
PENYEBAB
MASALAH
KEPERAWATAN
1
DS:
-  Klien mengatakan nyeri pada daerah bekas operasi
DO:
-  Klien tampak gelisah
-  Ekspresi wajah klien tampak meringis
-  Klien tampak lemah
-  Tanda-tanda vital dalam batas abnormal
Insisi perut daerah sectio alfa
(di atas blast)
Incontinuitas jaringan kulit
Jaringan mengeluarkan zat kimia bradikinin, serotanin, prostaglandin hingga menstimulasi nyeri
Diteruskan ke thalamus sebagai
pusat sensorik otak
Nyeri dipersepsikan
Nyeri
2
DS :
-  Klien mengatakan takut/cemas tentang keadaan penyakitnya
DO:
-  Klien nampak gelisah
-  Ekspresi wajah nampak tegang
-  TTV dalam batas abnormal
Adanya luka insisi
Gangguan psikologis
Kecemasan
Ansietas
3
DS: -   
DO:
-  Tampak luka operasi
Adanya luka insisi
Buffer pertahanan terganggu
Tempat masuknya kuman potongan melalui insisi
Risiko tinggi infeksi
Risiko tinggi terhadap infeksi

C.    RENCANA PERAWATAN PRE OPERASI
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (TUJUAN, KRITERIA RENCANA TINDAKAN)
1
Nyeri berhubungan dengan pembesaran prostat ditandai dengan:
DS:
-   Klien menyatakan nyeri saat berkemih.
DO:
-   Ekspresi wajah klien nampak meringis
-   Klien tampak gelisah
-   Klien tampak lemah
-   Tanda-tanda vital dalam batas abnormal
T  :    Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dalam jangka waktu 1 hari.
K  :    -   Nyeri berkurang/hilang
         -   Klien berkurang rileks
         -   Tanda-tanda vital dalam batas normal
I    :    -   Kaji tingkat nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0 - 10) lamanya.
         -   Jelaskan pada klien tentang penyebab nyeri
         -   Pertahankan tirah baring bila diindikasikan
         -   Ajarkan ethnic relaksasi seperti latihan napas dalam dan membantu pasien melakukan posisi yang nyaman.
         -   Kolaborasi analgetik sesuai indikasi
2
Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan rangsangan RAS akibat nyeri ditandai dengan:
DS:
-   Klien mengatakan sulit tidur karena nyeri

DO:
-   Klien terlihat lelah
-   Klien tampak lemah
T  :    Kebutuhan istirahat tidur terpenuhi dalam jangka waktu 3 hari
K  :    -   Klien tidur nyenyak
         -   Klien terlihat segar
I    :    -   Anjurkan klien melakukan teknik relaksasi sebelum tidur
         -   Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi klien untuk tidur
         -   Berikan posisi yang nyaman untuk istirahat
         -   Anjurkan klien minum susu hangat sebelum tidur
3
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan:
DS:
-   Klien mengatakan takut jika penyakitnya tidak bisa disembuhkan
DO:
­-   Wajah klien tampak pucat
-   Klien tampak khawatir
-   Klien tampak tidak tenang
T  :    Ansietas teratasi dalam jangka waktu 1 hari
K  :    -   Klien tampak tenang
I    :    -   Buat hubungan saling percaya dengan klien/orang terdekat
         -   Berikan informasi tentang penyakitnya dan teknik pengobatannya
         -   Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan masalah/ perasaan
         -   Beri penguatan informasi klien yang telah diberikan sebelumnya.

D.    RENCANA PERAWATAN POST OPERASI
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (TUJUAN, KRITERIA RENCANA TINDAKAN)
1
Nyeri berhubungan dengan prosedur bedah ditandai dengan:
DS:
-   Klien mengatakan nyeri pada daerah bekas operasi
DO:
-   Klien tampak gelisah
-   Ekspresi wajah klien tampak meringis
-   Klien tampak lemah
-   Tanda-tanda vital dalam batas abnormal
T  :    Nyeri hilang/terkontrol dalam jangka waktu 3 hari
K  :    -   Nyeri berkurang
         -   Klien tampak rileks
         -   Tanda-tanda vital dalam batas normal
I    :    -   Kaji tingkat nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0 - 10)
         -   Observasi tanda-tanda vital
         -   Berikan tindakan kenyamanan seperti perubahan posisi
         -   Ajarkan teknik relaksasi seperti latihan napas dalam, pedoman imajinasi
         -   Kolaborasi dengan pemberian analgetik sesuai dengan indikasi
2
Ansietas berhubungan dengan luka insisi bedah ditandai dengan:
DS:
­    Klien mengatakan cemas tentang keadaan penyakitnya
DO:
-   Klien nampak gelisah
-   Ekspresi wajah nampak tegang
-   Tanda-tanda vital dalam batas abnormal
T  :    Ansietas teratasi dalam jangka waktu 1 hari
K  :    -   Cemas berkurang
         -   Klien nampak tenang
I    :    -   Buat hubungan saling percaya dengan klien/orang terdekat
         -   Berikan informasi tentang penyakitnya dan teknik pengobatannya.
         -   Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan masalah/ perasaan
         -   Beri penguatan informasi klien yang telah diberikan sebelumnya.
3
Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan insisi bedah ditandai dengan:
DS:
DO:
-   Tampak luka operasi
T  :    Mencapai waktu penyembuhan
K  :   
I    :    -   Awasi tanda vital, perhatikan demam ringan, menggigil, nadi pernafasan cepat gelisah
         -   Observasi drainase dan luka, sekitar kateter supra publik
         -   Ganti balutan dengan sering, pembersihan dan pengeringan kulit sepanjang waktu
         -   Lakukan perawatan luka dengan menggunakan teknik aseptik dan septik.
         -   Kolaborasi dengan pemberian antibiotik sesuai indikasi.






No comments:

Post a Comment