Tuesday 23 October 2012

asuhan keperawatan TALASEMIA by junaedy


 TALASEMIA
Talasemia merupakan penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel darah merah didalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100 hari). Penyebab kerusakan tersebut karena hemoglobin yang tidak normal (hemoglobinopatia);  dan kelainan hemoglobin ini karena adanya gangguan pembentukan yang disebabkan oleh :
1.      Gangguan strukturlal pembentukan hemoglobin (hemoglobin abnormal). Misalnya pada Hb S, Hb F, Hb D dan sebagainya.
2.      Gangguan jumlah (salah satu / beberapa) rantai globin seperti pada talasemia.
Kedua kelainan ini sering dijumpai bersama-sama pada seorang pasien seperti talasemia Hb S atau talasemia Hb F. penyakit ini banyak dijumpai di Indonesia bahkan dikatakan merupakan yang paling banyak penderitanya dari pasien penyakit darah lain.
Secara klinik telasemia dibagi menjadi 2 golongan sebagai berikut :
1.      Talasemia mayor, memberikan gejala klinik jelas.
2.      Talasemia minor, biasanya tidak memberikan gejala klinik

Komplikasi :
Akibat anemia yang berat dan lama, sering terjadi gagal jantung. Transfuse darah yang berulang-ulang dan proses hemolisis menyebabkan kadar besi dalam darah sangat tinggi, sehingga ditimbun di dalam jaringan tubuh seperti hepar, limpa, kulit, jantung dan lain-lain. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan fungsi alat tersebut (hemokromatosis). Limpa yang besar mudah rupture akibat trauma yang ringan saja. Kadang-kadang talasemia disertai tanda hipersplenisme seperti leucopenia dan trombositopenia. Kematian terutama disebabkan oleh infeksi dan gagal jantung.

Gambaran Klinik :
Pada talasemia mayor gejala kelinik telah terlihat sejak anak berumur kurang dari 1 tahun. Gejala yang tampak ialah anak lemah, pucat, perkembangan fisik tidak sesuai dengan umur, berat badan kurang. Pada anak yang besar sering di jumpai adanya gizi buruk, perut membuncit, karena adanya pembesaran limpa dan hati tersebut mempengaruhi gerak si pasien karena kemampuannya terbatas. Limpa yang membesar ini akan mudah rupture hanya karena trauma ringan saja.
Gejala lain (khas) ialah bentuk muka yang mongoloid, hidung pesek tanpa pangkal hidung, jarak antara kedua mata lebar dan tulang dahi juga lebar. Hal ini disebabkan karena adanya gangguan perkembangan tulang muka dan tengkorak. (Gambaran Radiologis tulang memperlihatkan medulla yang lebar, korteks tipis dan trabekula kasar).
Keadaan kulit pucat kekuning-kuningan. Jika pasien telah sering mendapat transfuse darah kulit menjadi kelabu serupa dengan besi akibat penimbunan besi dalam jaringan kulit.
Penimbunan besi (hemosiderosis) dalam jaringan tubuh seperti pada hepar, limpa, jantung akan mengakibatkan gangguan faal alat-alat tersebut (hemokromatosis).

Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan laboratorium
Hasil hapusan darah tepi didapatkan gambaran anisositosis, hipokromi, poikiositosis, sel target (fragmentosiy dan banyak sel normoblas). Kadar besi dalam serum (SI) meninggi dan daya ikat serum terhadap besi (IBC) menjadi rendah dapat mencapai nol. Hemoglobin pasien mengandung Hb F yang tinggi biasanya lebih dari 30 %. Kadang-kadang ditemukan juga hemoglobin patologik. Di indinesia kira-kira 45 % pasien talasemia juga mempunyai Hb E. Pada umumnya pasien dengan talasemia Hb E maupun Hb S secara klinik lebih ringan dari talasemia mayor. Biasanya mereka baru dating berobat ke dokter pada umur 4 – 6 tahun.; sedangkan talasemia mayor gejala telah nampak sejak umur 3 bulan.

Penatalaksanaan medik
Hingga kini belum ada obat yang tepat untuk menyembuhkan pasien talasemia. Transfuse darah diberikan jika kadar Hb telah rendah sekali (kurang darin 6 g % ) atau bila anak terlihat lemah tak ada nafsu makan.
Splenektomi dilakukan pada anak yang lebih tua dari umur 2 tahun sebelum terjadi pembesaran limpa atau hemosiderodsis. Disamping itu diberikan berbagai vitamin tetapi preparat yang mengandung besi tidak boleh.
Keperawatan
Pada dasarnya perawatan pasien talasemia sama dengan pasien anemia lainya, yaitu memerlukan perawatan tersendiri dan perhatian lebih.
Masalah pasien yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan nutrisi (pasien menderita anoreksia), resiko terjadi komplikasi akibat transfuse yang berulang-ulang, gangguaj rasa aman dan nyaman, dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.
1.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2.      Resiko terjadi komplikasi akibat transfuse darah
3.      Gangguan psikososial dan rasa aman / nyaman.
4.      Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit

No comments:

Post a Comment